what if (bonus chapter)

90 17 17
                                    


Bagaimana jika Nola adalah orang yang selama ini Hugo cari?




















































2019, 8.25PM

Di malam yang dingin itu, seorang gadis cantik tengah berjalan dibawah lampu-lampu jalan yang redup. Sebelah tangannya menenteng sebuah plastik putih berisikan jajanan yang ia beli di minimarket tadi, sedangkan tangan kanannya fokus menggenggam permen lolipop.

Sesekali kakinya terciprat genangan air yang ia injak sendiri. Hujan deras tadi membuatnya terjebak di minimarket, karna tidak membawa alat pelindung, mau tidak mau ia harus menunggu hujan reda.

Tanpa rasa takut sedikitpun, Nola berjalan sendirian ditepi jalan raya yang cukup sepi. Melihat jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul setengah sembilan, membuat gadis itu mempercepat langkahnya. Sayang, jarak minimarket ke tempat penginapannya agak jauh, itu pasti membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sepanjang jalan Nola bersenandung ria agar tidak terlalu sepi. Namun sesuatu di depan sana membuat senandungnya berhenti. Gadis itu menyipitkan matanya, berusaha untuk melihat dengan jelas. Itu terlihat seperti manusia. Dia berdiri menghadap ke arah dinding pembatas jembatan. Nola tidak begitu memikirkannya, mungkin dia hanya ingin mencari angin. Gadis itu akan memastikannya saat ia lewat nanti.

Suara derasnya air sungai mulai terdengar saat Nola tiba di dekat jembatan besar itu. Lampu-lampu yang menggantung di atas jauh lebih terang, membuat pandangannya kini cukup jelas. Orang itu masih berdiri di sana, kini jaraknya dengan Nola tidak begitu jauh. Oh, dia terlihat seumuran dengan Nola. Tadi dari kejauhan, Nola pikir dia orang dewasa. Apa yang dia lakukan malam malam begini?

Dengan berani Nola menghampiri lelaki itu. "Mau bunuh diri?"

Si jangkung itu sontak menoleh, tatapannya datar dengan wajah penuh luka lebam dan goresan. Nola tidak bereaksi apapun, ia masih diam di tempat, menatap lelaki itu.

"Gak boleh?" jawabnya terdengar ketus.

Nola mengedikkan bahunya sambil berkata, "Boleh aja, sih."

Kemudian, Nola ikut berdiri disamping lelaki itu, memandangi derasnya air sungai serta langit malam yang bersih tanpa awan maupun bintang. Semilir angin membuat rambut panjang itu menerpa wajahnya pelan, Nola mengambil napas dalam-dalam, memejamkan mata. Rasanya begitu tenang. Nola tak menghiraukan lelaki disampingnya yang kini sedang melemparkan tatapan dingin, sedingin angin malam ini.

"Jadi," Nola menggantung kalimatnya, beralih menatap lelaki itu. "Beneran mau bunuh diri?" tanya Nola kemudian.

Alih-alih memberikan jawaban, lelaki itu malah mencondongkan tubuhnya ke depan hingga dirinya bisa melihat jelas ke bawah sana. Sementara Nola masih terdiam, menunggu jawaban.

Kembali berdiri tegap, lelaki itu kini menatap Nola dengan raut datarnya, kemudian menggeleng pelan. Dari kedua mata sayu itu, Nola dapat melihat rasa kecewa dan keputusasaan yang mendalam. Sejujurnya Nola pun tidak tau harus berbuat apa, ia tidak pandai berbicara panjang memberi kata penenang dan nasehat ataupun jadi pendengar yang baik. Nola tidak ingin ikut campur, namun jika begitu bukan manusia namanya.

Mungkin hanya ini hal terbaik yang bisa Nola lakukan. Gadis itu menyimpan permen lolipop yang ada di tangannya ke dalam mulut, kemudian merogoh kantong plastik nya, hingga keluarlah sekotak plaster dan obat luka. Sebenarnya itu untuk Ayah sih, tapi tidak apa, ia bisa membelinya lagi nanti. Nola kemudian menyodorkannya pada lelaki itu, namun dia malah mematung.

Nola mengambil selangkah lebih dekat dengan lelaki itu, menarik tangan kanannya dan menyimpan kedua benda itu di sana. Diperlakukan seperti itu, dia hanya terdiam memperhatikan. Nola kembali menatap lelaki itu, tersenyum tipis.

Flowers in My Hair, Asakura JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang