"Jadi selama ini kau tinggal disini?"
Nola berujar tanpa melepaskan pandangannya dari sebuah pemandangan yang indah dihadapannya. Sungguh, ia tidak pernah melihat tempat seindah ini sebelumnya.
Lagi-lagi sebuah pohon besar yang ia temui, namun kali ini agak sedikit unik. Terdapat sebuah ruangan dari kayu di pohon itu, yang tak lain adalah tempat tinggal Hugo. Kita sebut saja rumah pohon. Jika dilihat dari bawah memang tidak begitu besar, entah bagaimana bentuk aslinya. Selain itu terdapat pula sebuah kolam kecil, persis disamping rumah pohon itu. Bunga teratai mengambang indah di sana. Pencahayaan yang diberikan oleh sang kunang-kunang membuat tempat ini menjadi lebih indah lagi. Nola jadi iri dengan Hugo.
Meski Nola hanya terlihat diam tanpa ekspresi yang begitu tergambarkan diwajahnya, sebenarnya jauh dalam hati ia merasa sangat tidak menyangka bahwa ada tempat seperti ini di dunia.
"Kenapa diam saja? Ayo naik,"
Tangan Hugo terulur kan, membuat Nola langsung tersadar dari lamunannya. Gadis itu menatap tangan putih bersih Hugo, kemudian meraihnya tanpa rasa ragu. Kakinya satu persatu mulai menginjak anak tangga kecil yang menyatu dengan pohon. Tanpa terasa, dirinya kini sudah sampai di rumah pohon Hugo.
"Kau boleh lihat-lihat kedalam kalau mau," ujar lelaki itu sembari menyingkirkan dedaunan hijau yang menjadi pengganti pintu, mempersilahkan Nola untuk masuk.
Dengan senang hati Nola melangkah. Tak henti-hentinya gadis itu tersenyum sambil terus memperhatikan tiap sudut ruangan kecil ini. Ternyata hanya ada satu ruangan, namun terlihat cukup luas dan semua barang tertata sangat rapih. Oh, ya, semua barang itu sebagian besar terbuat dari batang pohon, dedaunan, dan ada pula hiasan bunga-bunga cantik.
Tak lama setelah melihat-lihat, Nola kembali keluar menghampiri Hugo. Lelaki itu terduduk ditepi rumah dengan sepasang kaki yang dibiarkan bergelantung. Nola pun mengikutinya. Menyadari kehadiran Nola, lelaki itu menoleh dengan senyuman.
"Apa tidak ada orang lain? Kau tidak kesepian?" pertanyaan itu keluar dari mulut Nola yang sebenarnya sejak tadi sudah penasaran.
Hugo menjawab kedua pertanyaan itu dengan menggeleng pelan. "Aku tidak pernah merasa kesepian, karena ada mereka," katanya kemudian. Tersenyum penuh makna.
Nola mengangguk paham. Meskipun tidak begitu yakin dengan "mereka" yang dimaksud Hugo, tapi dari kejadian-kejadian tadi sudah tidak seharusnya Nola merasa heran lagi.
"Dan ada kau, Nola."
Mendengar itu, Nola tersentak dan menolehkan kepalanya dengan raut kebingungan. "Aku?"
"Aku merasa sangat senang kau ada disini, menemaniku."
Nola yang tak sanggup melihat senyuman itu langsung membuang muka ke sembarang arah. Sungguh, tatapannya begitu lembut dan indah. Gadis itu sedikit terkekeh, kemudian kembali bersuara.
"Sebenarnya, aku tidak tau kenapa ada di sini," kemudian Nola kembali menoleh, "Beruntungnya aku bertemu denganmu. Bisa saja aku tersesat jika hanya sendirian disini."
Terdengar suara tawa kecil dari lawan bicara. "Benar. Kau bisa jadi makanan para goblin penjaga di sini," ucapnya.
"Betul kah? Ada goblin di hutan ini? Seperti apa wujudnya?" seru Nola penuh penasaran.
"Dia berbadan besar, telinga dan hidungnya pun panjang. Dia akan memakan siapapun yang bertubuh kecil sepertimu" ucap Hugo penuh candaan, berniat menakut-nakuti, namun pandainya Nola tidak percaya.
"Hentikan karanganmu itu! Memangnya goblin memakan manusia?"
"Kalau disini iya."
Nola hanya bergidik ngeri sambil menggeleng kuat, tak lagi membalas percakapan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in My Hair, Asakura Jo
Fanfiction" Flowers in my hair makes me wish that you were here. When my mind goes away, oh i hope that you'll be near me " - Wes Reeve © acornalleys, 2023