Ayu tersenyum hangat menyaksikan Ila yang terus tertawa saat kedua putri Raka datang berkunjung. Kini mereka sedang bermain bersama di ruang tengah dengan banyak mainan juga snack yang mengelilingi mereka.
"Tuh liat anak lo akhirnya bisa ketawa juga kan. Ila sebenernya cuma butuh temen Yu dan perlu adaptasi juga. Jadi jangan terlalu khawatir."
Ayu mengangguk menyetujui. Kegundahan juga ketakutan dengan kondisi putrinya ternyata disadari oleh Sinta.
Perempuan itu lalu menoleh dan mengerutkan kening bingung saat Sinta sudah rapi dengan dress yang membalut indah tubuh langsing sahabatnya itu. Tidak biasanya.
"Mau kemana?"
Sinta mengedikkan bahu menanggapi. Keduanya lalu berjalan ke dapur, Ayu membawa mangkuk bekas puding anak-anak sedangkan Sinta sendiri berniat untuk sarapan.
"Biasalah anak muda. Minggu pagi begini ya kencan diluar. Kenapa? lo mau ikut?"
"Gak ah. Gue jaga anak-anak aja. Lagian gue ngerasa capek Sin, butuh istirahat."
"Iya juga sih apalagi kondisi lagi hamil muda begini. Lebih baik tidur aja di rumah."
Ayu mengangguk setuju. Selesai mencuci wadah bekas makan anak-anak, perempuan itu duduk di kursi kosong sebelah Sinta, memindai penampilan sahabatnya itu masih dengan raut penuh tanya.
"Kenapa ngeliat gue begitu Yu?"
Ayu menggeleng. Setelahnya perempuan itu memusatkan pandangan ke depan, menatap aqurium dengan berbagai jenis ikan yang hidup di dalamnya.
"Soal pak Raka, benar ya dia udah cerai dari istrinya?"
"Yang gue tau begitu apalagi tadi pagi Rara juga sempat nyinggung ayah barunya."
"Padahal dulu kelihatan harmonis dan saling cinta. Ya walaupun hidup satu rumah dengan dua istri itu tetep gak baik."
Ayu diam tak menanggapi. Tak mau terlalu jauh membahas hal pribadi orang lain karena dirinya sendiri sudah pusing dengan masalah pribadi. Biarlah itu menjadi urusan Raka dengan Mila, toh tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
"Yu, denger gue kan?"
Ayu berdecak kecil. Perempuan itu lalu menoleh kesamping untuk menatap Sinta yang menunjukkan raut kesal.
"Iya gue denger. Cuma males aja ngomongin orang."
Sinta akhirnya memilih diam dan melanjutkan acara makan. Keduanya lalu larut dengan pikiran masing-masing.
*****
"Kak Rara?"
Ila memanggil Rara dengan suara lembut. Gadis kecil itu memang menyukai Rara dan sudah mengatakannya sejak pertemuan pertama mereka di Mall beberapa hari yang lalu.
Rara yang mandiri, penyayang dan perhatian membuat Ila nyaman dan mudah sekali akrab dengan putri Raka itu.
"Kenapa dek?"
"Kak Rara senang nggak punya adik?"
Rara awalnya mengerutkan kening bingung namun saat menyadari bahwa tante Ayu tengah hamil muda, gadis cantik bermata sipit itu lekas mengangguk mengiyakan.
"Senang dong. Kak Rara jadi punya teman buat diajak main."
"Eemm kalau sama Ila, kak Rara seneng juga gak?"
"Pasti dong soalnya Ila cantik dan baik hati juga."
Rara menunduk tersipu. Gadis kecil itu lalu mengangkat pandangan dan menatap Rara dengan semburat merah yang menghiasi kedua pipi chubbynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan yang Ternoda (PDF/KARYA KARSA/DREAME)
General FictionAyu mengira kehidupan rumah tangganya adalah fase terbaik dalam hidupnya. Memiliki mertua yang menyayanginya dengan tulus, anak yang cerdas dan suami yang sangat mencintainya membuat perempuan itu tidak lagi mengingkan apapun. Ayu hidup bahagia. Tid...