Happy reading!!
Di mana pun Lo berada, Gue akan selalu bersama Lo!
Tutt!
“HaLo?”
“Arin!!” Sontak Gue langsung menjauhkan ponsel dari telinga. Telingaku langsung berdengung rasanya.
“Astaga, Ta! Lo nggak usah teriak, Gue bakal denger kok.” Rajta hanya tertawa di seberang sana.
“KaLo Gue nggak teriakin, Lo nggak bakal bangun. Gue tahu Lo tahu bangun pas Gue telfon, kan? Ngaku nggak Lo!”
“Hehehe.” Terdengar helaan nafas dari sana.
“Gue itu sudah hafal sama sifat Lo. KaLo Gue banguninnya biasa aja, Gue yakin Lo bakal tidur lagi.”
“Itu Lo tahu.”
“Ya sudah, siap-siap sana. Inget mandi! Jan jorok jadi cewek!”
“Memang Gue cewek, Ta?” tanyaku, berniat ingin tahu bagaimana reaksinya. Atau lebih tepatnya, Gue ingin dia marah. Gue belum puas bikin dia marah.
“Bukan! Lo makhluk astral. Nggak jelas cewek atau cowoknya.” Aku tertawa kecil mendengar Rajta yang tampaknya sudah emosi sekali.
“Berarti, Lo temenan sama makhluk astral dong, Ta?”
“Arinn! Sudah, cepat mandi!!” pekiknya lalu menutup panggilan secara sepihak. Gue hanya tertawa melihat reaksi Rajta. Entah mengapa, membuat Rajta emosi itu, selalu bikin mood Gue naik.
Gue mengambil handuk yang bergantung di belakang pintu kamar, lalu berjalan keluar untuk ke kemar mandi. Rumah Gue terbilang kecil juga pengap. Jadi Gue harus keluar kamar dulu untuk ke kamar mandi.
Saat keluar kamar yang langsung berhubungan dengan ruang tamu, atau ruang keluarga? Entahlah, yang intinya itu, Gue ngeliat botol minuman berserakan di mana-mana. Bungkus rokok serta abunya juga bertebaran. Lo pikir, Gue bakal inisiatif buat bersihin? Dih, ogah!
Buat apa Gue bersihin, kalau dalam hitungan jam, bakal balik kotor lagi? Kan sia-sia.
Setelah melangkahi beberapa botol minuman, Gue sampai dikamar mandi. Setelah mandi, Gue kembali ke kamar untuk bersiap.Sekitar hampir pukul tujuh Gue udah siap dengan seragam yang Gue keluarkan dari rok. Dasi, ikat pinggang juga topi yang selalu berada di dalam tas. Tak pernah Gue pakai.
Saat hendak keluar rumah, dari dalem kedengeran suara barang yang di banting hingga pecah. Juga teriakan seorang perempuan. Gue yakin itu suara nyokap Gue yang ngamuk ngelihat kelakuan bokap Gue, juga bokap Gue yang marah sambil banting barang karena nyokap Gue baru pulang. Gue sudah hafal apa aja yang mereka lakuin setiap pagi begini.
Tapi ada satu hal yang bikin Gue bingung. Mereka sudah ngerasa nggak cocok. Sudah saling bersebrangan pendapat. Tapi kenapa mereka nggak kunjung pisah? Kenapa mereka nggak cerai aja? Daripada setiap hari harus berkelahi.
Gue menggoes sepedah Gue dengan semangat. Gue yakin Rajta sudah ada di kelas.
Tak butuh lama Gue buat ke sekolah. Secaraa, rumah Gue tepat di belakang sekolah. Gue hanya perlu mutar buat saampe di gerbang SMA Cendrawasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rajta Berlina Yanti
Dla nastolatkówBrughh! Gue ngelihat Rajta yang terdiam. Menatap tas miliknya yang sudah beberapa kali terjatuh dari genggamannya. Perlahan air matanya berjatuhan. Seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tertahan di tenggorokannya. "Lo kenapa, Ta? Lo nggak papa kan...