Unwanted Destiny #9

1.3K 131 36
                                    

"Aku lebih senang melihatmu mengomel seharian daripada diam begini, Bum," ungkap Sean yang turut prihatin dengan kondisi sahabatnya.

Kim Bum tidak tampak terpuruk di mata orang-orang. Dia masih tampak menawan dam berkarisma seperti biasanya pasca pengumuman pembatalan pertunangan malam itu. Kinerja di perusahaan juga tetap stabil, semua tugas dan tanggung jawab mampu dituntaskan dengan baik. Akan tetapi, segala kestabilan yang ditunjukkan pria itu kentara sangat janggal di mata Sean. Pria jangkung itu tahu bahwa jauh di lubuk hati Kim Bum, dia masih sangat kecewa atas tindakan So Eun yang mempermainkannya.

"Aku sedang tidak minat mengomeli siapa pun."

Sean berjalan menuju dapur, malam ini Kim Bum memang sengaja berkunjung ke apartemen sang sekretaris. Sekadar ingin menenangkan diri sekaligus berbagi pikiran dengan Sean. Karena hanya pria itu yang memahami perasaannya tanpa perlu banyak Kim Bum bercerita.

"Dia masih mengabaikan panggilanmu?" tanya Sean lagi setelah kembali dari dapur sambil membawa minuman kaleng untuknya dan Kim Bum.

Sean duduk di samping Kim Bum yang sedang menaut pemandangan kota dari balik kaca besar di apartemen Sean.

"Nomornya sudah tidak aktif sejak malam itu," kata Kim Bum diakhiri desahan berat.

"Kau masih tidak percaya dia mencampakkanmu begitu saja?"

"Ya, aku benar-benar tidak mengerti hal besar apa yang membuatnya bersikap seperti ini. Aku yakin, semua yang dia katakan padaku adalah kebohongan. Dia sangat mencintaiku, mustahil rasanya  jika dia tiba-tiba mencampakkanku di saat aku sudah mulai serius padanya."

Sean terkekeh kecil, "Rupanya kau benar-benar sudah jatuh terlalu dalam pada cinta So Eun. Sampai ketika dia mempermalukanmu saja, kau masih mengkhawatirkannya."

"Kau tahu siapa aku Sean, tidak mudah bagiku membuka hati untuk perempuan. Sialan sekali gadis itu pergi di saat aku sudah begitu terbiasa dengan kehadirannya."

Kim Bum tidak tinggal diam usai So Eun mengumumkan pembatalan pertunangan, dia berusaha mencari perempuan itu ke rumahnya namun tentu saja So Eun tidak ada di sana. Malah orang tuanya sedang sangat khawatir karena So Eun memutus akses komunikasi begitu saja. Semua kenalan gadis itu pun tak luput dari interogasi Kim Bum. Siapa tahu So Eun mengunjungi salah satu temannya walau kemungkinannya sangatlah kecil.

"Rutukanmu terdengar seperti tangis kerinduan di telingaku," ejek Sean lagi, Kim Bum tidak minat membalasnya.

"Kalau saja hal ini terjadi sebelum kau jatuh hati pada So Eun, mungkin sekarang kau sedang selebrasi kemenangan. Perusahaan keluargamu tetap aman dan kau sudah terbebas dari So Eun. Sayang, perasaanmu tak lagi sama seperti dulu."

"Ini aku yang bodoh atau dia yang terlalu pintar? Jika benar selama ini niatnya hanya untuk mempermainkanku, aku tidak akan pernah memaafkannya," serius Kim Bum lalu membuka minuman kaleng yang dibawa Sean tadi dan meneguknya.

"Bagaimana dengan reaksi orang tuamu?"

"Mereka marah besar tentu saja, keduanya sudah membenci So Eun dan keluarganya."

"Kemungkinan kau akan bersama dengan dia lagi sangat tipis kalau begitu."

Kim Bum tersenyum nanar, entahlah, pria itu juga tidak yakin harus mengambil sikap seperti apa dalam kondisi ini. Dia sangat ingin mengikuti kata hatinya, menemukan So Eun lalu mendesak gadis itu untuk menjelaskan semua permasalahan ini hingga ke dasae. Agar pria itu tidak perlu menerka-nerka hal yang tak pasti. Agar Kim Bum bisa mantap mengambil langkah, apakah ia harus memperjuangkan hubungannya yang sudah dirusak So Eun? Atau justru harus membiarkan semuanya berakhir sekacau dan setragis ini?

Unwanted DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang