05. KHAWATIR

8 1 0
                                    

Di pagi hari yang indah namun ga indah-indah amat, karena ini hari senin. Baru pelajaran pertama aja udah jumpa sama pak abadi, si guru matematika dengan tatapan setajam mata elang.

"Lagi ngapain?" Lulu bertanya pada Sigit yang sedang berdiam diri sambil menatap layar handphonenya itu.

"Main game,... lu pergi sama adek gua kan tadi?" Tanya si Sigit ke Lulu.

Lulu cuman mengangguk.

"Lah trus anaknya mana? kok ga masuk barengan sama lu?" tanya kebingungan Sigit.

"Oh itu,... dia masih markir keretanya. Susah masuk tadi, penuh banget parkiran." balas Lulu.

Sigit hanya manggut-manggut.

"Eh git, lo ga berencana musuhi si Lili, kan?" tanya Lulu dengan hati-hati.

"Musuhin? gua emang gasuka sama cewe rambut panjang kecuali lo. Tapi ya bukan musuhin juga, paling gua ngomong seadanya aja" ucap Sigit sedikit cuek.

"Eh ngapain di situ Lili?" tanya Sugut yang ngebuat Sigit dan Lulu melihat ke arah luar kelas.

Padaa saat itu juga, Sigit dan Lili saling bertatapan penuh arti.

"Apakah Lili mendengar pembicaraan mereka barusan?" tanya author.

"Sssstt! pelan-pelan dong ngomongnya" ucap Lulu sambil ngebungkam mulut Sugut ini dengan kedua tangannya.

Sugut dan Lilipun masuk bersamaan ke kelas, Lili tersenyum canggung. Benar, dia mendengar pembicaraan Sigit dan Lulu tadi.

Suasana menjadi hening dan penuh rasa canggung untuk berbicara, mereka semua hanya diam membisu tidak ada yang berani untuk memulai berbicara.

Seketika, Alean dan Dean muncul dan memecah keheningan yang baru saja terjadi.

"Yow bro, ada apa nih?? kok pada diem-dieman gini" kekeh Alean diikuti Dean yang masuk ke kelas.

"Perasaan lu aja kali" bales Sigit.

Lili juga ikutan terkekeh kecil.

Pukul 12:13
Di dalam kelas, saat pelajaran sedang berlangsung.

"Baik murid-murid. Itu saja pembahasan kita hari ini. Bah, sekarang ibu akan membagi kelompok kalian. Satu kelompok terdiri atas 4 anggota ya". bu Fitri mengambil buku absen dan memilih acak kelompok mereka.

"Sugut, dean, alean, lulu" selanjutnya "Lili, Bambang, Sigit, Arif" ucap bu Fitri.

Sigit yang mendengarnya langsung menghembuskan nafas gusar seakan tak ikhlas akan suatu hal.

Sedangkan Lili yang tepat di sebelahnya melirik ke arah Sigit.

"Anu sigit, kita mau ngerjain di rumah siapa?" Tanya Lili.

"Rumah lo aja" jawab Sigit tanpa basa basi.

"O-oke, nanti aku kirimin alamatnya" balas Lili dengan perasaan yang sedikit takut.

Sigit hanya berdeham.

Lilipun pergi dari bangkunya bergabung dengan anggota kelompoknya, lalu Dean dan Alean berjalan ke arah bangku Sigit.

"Bro, mau kita temenin?" Tanya Dean ke Sigit.

"Ga, ga perlu... lu kira gua bakal emosian kayak dulu" balas Sigit dengan nada yang judes.

Dean berdecak lalu menoyor kepala sohibnya itu.

"Cih, sok iya lu. tapi kalo ada apa-apa hubungin kita ya" jawab Alean.

Sigit tak merespon dan hanya mengangguk.

Pulang sekolah -

"Git, ayo sekalian ke rumah aku. Supir aku hari ini cuti jadi aku yg nyetir" ucap Lili.

Sigit ragu-ragu dengan tawaran Lili.

"Aku pande nyetir kok! tenang aja, kalian semua di perjalanan aman drhhh" ucap serius Lili untuk meyakinkan mereka.

Ya mau bagaimana lagi, Sugut membawa pulang vespa.
Mau tak mau dia juga harus ikut dengan Lili sekaligus menyelesaikan dengan cepat tugas mereka pikir Sigit.
Sigit, Lili, dan teman kelompoknya pun bergegas naik ke mobil Lili.

Sesampainya mereka di sana, nampak banyak pelayan yang menunggu di depan rumah.

"Selamat sore, non. Hari ini pulang bersama teman-temannya ya. Silahkan masuk, kami akan siapkan teh" ucap salah seorang pelayannya.

"Iya makasih ya, bi" ucap Lili sambil tersenyum manisnya. Sigit dan teman lainnya mengikuti Lili ke arah ruang utama.

Setelah mereka sampai ke ruang utama, Sigit langsung membuka laptopnya lalu membuka micrisift wirrd.

"Kalian mau kue ga?" tawar Lili ke teman-temannya.

Bambang dan teman lainnya mengangguk dan mulai mengambil kue yang ditawarkan Lili. Sedangkan Sigit menolak tawaran Lili dengan alasan ingin menyelesaikan tugas kelompok secepatnya.

"Engga, makasih. Gua maunya kopi, sekalian ini tugas kita selesaikan sekarang" ucap Sigit dengan pandangan yang tidak lepas dari layar laptopnya.

"E-eh, i-iyaa okee, Git" Lili mengiyakan perkataan Sigit dan mulai menyuruh salah seorang pelayannya membuatkan kopi.

Bambang dan teman-teman lainnya memandang heran dan aneh ke arah Sigit karena sikap Sigit barusan.

Sigit tak melirik dan tetap fokus ke lapotopnya dan mengusap-usap kepala tanda dia tidak nyaman berada di sana. Bukan karena tatapan dari teman-temannya, tetapi karena suasana pada saat itu membuat dia teringat salah satu kenangan pada masa lalunya.

"Hal yang perlu kalian tahu, Sigit membenci wanita yang sepantarannya dan berambut panjang karena masalah pribadinya di masa lalu" Note dari author untuk kalian pembaca.

15:33
Waktu terus berlalu dan tugas kelompok yang mereka kerjakan hampir selesai.

Sigit tetap fokus pada laptopnya dan hanya mendengarkan, mengikuti arahan dari diskusi teman-temannya.

Dan pada saat Lili, Bambang dan teman-teman lainnya asik berdiskusi, Sigit merasa kelelahan dan mulai mengalihkan pandangannya dari laptop.

Sigit meminum dan meletekkan kopi miliknya di meja khusus kopi. Saat setelah meletekkan kopinya, Sugut memandang ke arah semua ruangan, dan tak sengaja melihat ke salah satu bingkai foto. Sigit mendelikkan matanya seakan tak percaya.

Sigit dipenuhi rasa kesal dan amarah yang luar biasa.
Sigit hanya mencengkram kuat tangannya untuk menahan luapan emosinya tersebut.

"Sialan, ternyata dia salah satu keluarga anak ini(Lili)" gumam Sigit dengan perasaan kesal yang begitu kuat.

Karena tak tahan dengan apa yang baru saja dia lihat, Sigit menutup dan memasukkan laptopnya ke dalam tas dan bergegas pergi.

Teman-temannya kaget dengan apa yang dilakukan Sigit.

"SIGITTTT!! Kenapa tiba-tiba mau pulang?" panggil Bambang ke Sigit.

"Sorry, gua duluan" balas singkat Sigit yang membuat penasaran teman-temannya.

Teman-temannya seakan tak percaya dan mulai bertanya satu sama lain atas apa yang baru saja terjadi. Tetapi Lili hanya diam dan mencoba memahami situasi dalam kepalanya.

"Sigit,... barusan dia lihat apa? Kenapa tiba-tiba dia kesal begitu?" tanya Lili dalam pikirnya dengan perasaan dipenuhi kekhawatiran.

Lili sontak teringat dengan apa yang tak sengaja dia dengar pada saat di kelas tadi, tetapi tetap saja Lili tak bisa memahami apa yang baru saja terjadi.

Bersambung...

Kopi CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang