Happy reading
Kini kutahu bahwa cintamu sangat sempurna,
Tak ada yang mampu mengalahkan,
Aku bodoh,
Aku jatuh hati pada hati yang belum tentu jatuh padaku,
Aku memilih melepaskan daripada bergandeng antara sukma,
Skenario kita tak memiliki adegan selanjutnya,
Bukankah mencintaiku adalah luka?
Lantas mengapa kau menyakiti dirimu sendiri?
Banyak wanita yang meminta belaian mu,
Aku hanya wanita yang pergi meninggalkan masa lalu usai,
Di kehidupan selanjutnya kuharap rasa mu berbalas manis,
Tidak, di lain waktu kau pasti tidak akan memilik hati semu—12:22
Dandelion—Aku menuju kelas Mahesa. Aku melihat Mahesa yang sedang tertidur di mejanya dengan tangan silang yang memangku wajahnya. Air mataku tidak bisa terbendung saat melihat wajahnya, rasa bersalah terus menghantuiku.
"Hesa.." Lirihku dengan suara isakan menangis.
Mahesa melenguh dan terbangun dari tidurnya. Mahesa menatapku yang sedang menangis, dia terkejut. Aku tidak sanggup melihat wajahnya, apalagi melihatnya yang sangat mengkhawatirkanku. Tatapannya selalu sama, tidak ada yang berubah dari Mahesa, hanya aku yang berubah.
"Chel, kenapa? Kok nangis? Siapa yang buat nangis? Kamu baru makan? Masih ada sisa bumbu kacang di pinggir mulut kamu, atau kamu keburu nangis jadi gak sempet makan?" Ucap Mahesa seraya menghapus sisa bumbu kacang di pinggiran mulutku dengan tangannya.
"Hesa, gue mau ngomong."
"Iya tapi, jangan nangis ya, mau ngobrol dimana?" Ucap Mahesa seraya menghapus air mataku yang terus saja keluar.
"Di taman."
"Oke."
Sesampainya di taman, aku mencoba menenangkan diri dahulu agar air mata itu tidak jatuh tetapi, rasa bersalah itu tak kunjung menghilang dan terus saja mendorong hingga menyayat sesuatu yang terdalam.
"Hei, aku salah apa? Kamu gapapa kan?" Tanya Mahesa.
"Mahesa, lo gak selingkuh?"
Alih-alih marah, Mahesa malah tersenyum dan matanya menatapku teduh.
"Mana berani aku ngelirik cewek lain, Chel."
Mahesa menyuruhku duduk di bangku taman, lalu dia berjongkok di depanku dan terus menatapku seolah tak ada objek lain yang bisa dia tatap selain aku.
"Sesuka apa lo sama gue?"
"Gak ada yang bisa ukur, Chel, perasaan aku lebih dalem daripada palung dan lebih luas daripada langit, jadi kalau kamu tanya aku juga gatau jawabannya."
"Hesa, gue jahat banget ya?" Ucapku dengan kepala yang menunduk karena tidak sanggup menatap Mahesa.
"Kamu gak akan pernah jahat di mata aku, kalau emang bener iya, berarti aku jahat bukan kamu, kalau kamu salah itu bukan salah kamu tapi, salah aku jadi gak usah nyalahin diri kamu sendiri, ya?"
Selama ini yang kukira Mahesa sangat cuek dan acuh terhadapku ternyata perasaannya lebih dalam dari siapapun. Mahesa selalu memperhatikanku dan memperlakukanku dengan sangat hati-hati, sampai-sampai aku salah paham dibuatnya.
"Hesa, kenapa selama ini lo cuek sama gue? Kenapa lo gak bilang kalau selama ini gue salah tentang perasaan lo?"
"Chelsea, aku gak mau kamu tau keserakahan aku kalau tentang kamu, aku juga gak butuh kata apa-apa tentang perasaan aku, aku berusaha biar kamu sadar sama perasaan aku, karena aku tau kamu gak butuh 1000 kata yang gak bisa aku lakuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
12:22 dandelion
Mystery / ThrillerLelaki abu-abu dan sejuta misterinya, bisakah harta karun buku ku menjadi gambaran? Tak ada yang lebih kurindukan dari buku dan perpustakaan © rainytheeye, 2023