Bab II : Hounds of Gods

64 6 0
                                    

"Kita semua adalah korban dari keegoisan orang-orang terdekat"

~{OPIA_2024}~


"Alkisah, pada zaman dahulu kala ada sebuah suku yang mampu mengubah bentuk menjadi serigala. Konon katanya pengubahan bentuk itu dapat terjadi karena pendahulu suku mereka telah melakukan perjanjian dengan jiwa Dewa Serigala, atau biasa disebut sebagai 'Vargr Souls'.

Pada zaman itu peperangan antar suku sangat lumrah terjadi. Pimpinan dari suku yang kalah akan dipasung sebelum akhirnya mereka dibiarkan di bawah terik matahari sampai mati untuk diperah minyak dari tubuhnya. Konon katanya, minyak yang keluar dari tubuh manusia mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kemudian para anggota sukunya akan diambil alih oleh suku yang menang. Entah mereka dijadikan budak atau bahkan peliharaan, itu terserah mereka."

Perempuan yang tengah bercerita itu tiba-tiba saja terdiam. Ia menoleh pada bocah yang tengah asik mendengarkan ceritanya. Saat melihat wajah polos bocah laki-laki di hadapannya, perempuan itu lantas tersadar kalau ceritanya terlalu sadis untuk anak seusia itu.

"Kenapa diam, Kak? Ayo lanjut lagi ceritanya..." ujar bocah itu, seolah tak merasa ketakutan sedikit pun.

Perempuan itu masih terdiam. Ia tahu kalau ia telah melakukan kesalahan dengan menceritakan cerita yang tak seharusnya di dengar pada anak kecil. Namun, ia tak pandai mengekspresikan perasaan bersalahnya.

Anak itu menatap mata perempuan yang lebih tua dengan mata berbinar—menantikan lanjutan cerita yang akan keluar dari mulutnya.

"Hersen!! Ayo pulang!! Langit sudah hampir gelap!!"

Seorang wanita paruh baya berteriak dari kejauhan—memanggil bocah laki-laki yang tengah menikmati dongeng dari seorang perempuan muda.

Hersen—bocah laki-laki itu menghela napas berat. "Hahh.. padahal baru kali ini saya mendengar cerita menarik."

"Terimakasih untuk ceritanya, Kak.. Seperti kata kakak tadi, saya akan menjadikan cerita kakak alasan saya hidup."

Bocah laki-laki itu lantas berlari dengan riang. "Besok aku akan datang lagi, kak.." Sesaat anak itu terlihat bercakap-cakap dengan Ibunya. Ah.. dari gelagat Ibunya, sepertinya ia sedang memarahi anak itu.

Sebelum pergi bersama Ibunya anak itu sempat menoleh ke arahnya—melambai. "Sampai jumpa besok, Kak Auretta!!!"

Auretta, panggilannya sejak kecil yang tak pernah diubah. Mendengar ucapan itu Auretta hanya terdiam, memandangi anak kecil yang tengah berlarian dengan gembira bersama Ibunya. Tiba-tiba saja hati kecil-nya terasa tercubit. Kalau hanya melihatnya seperti ini, siapapun pasti tidak akan mengira jika anak sekecil itu menyimpan keputus asaan.

Lantas setelah anak itu benar-benar pergi, Auretta kembali teringat percakapannya dengan anak itu beberapa saat lalu. Anak itu berlari di depannya seraya menjatuhkan sesuatu. Kemudian, ketika Auretta bangkit usai memungut benda yang jatuh itu, anak itu sudah berdiri di hadapannya. Bertanya akan suatu hal yang tak pernah ia duga muncul dari anak sekecil itu.

"Apa kakak mengetahui alasan saya hidup di dunia?"

Karena terlalu terkejut dan bingung dengan pertanyaan polos yang lebih terdengar sebagai tebakan dari seorang anak kecil, Auretta pun menjawab asal. "Mungkin.. untuk mendengarkan sebuah cerita."

Yah... hanya itulah yang terlintas dalam pikiran Auretta, karena semasa kecil ia sangat menyukai cerita, entah itu dongeng, legenda, maupun kisah nyata. Dirinya yang saat itu masih seusia anak ini pasti amat menyukainya.

Opia : In the Middle of You | [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang