Bab III : Secret Opia

46 7 1
                                    

Maafkan saya karena sudah lama tidak update, karena jujur saja akhir-akhir ini saya bingung mau eksekusi ide cerita ini kayak gimana 😔🙏🏻

Dan berhubung otak ini lagi encer, saya akan update sebelum dedline tugas lain menyerang😆

Happy reading❤

•Ada sebuah kekuatan yang bisa dikendalikan, dan hanya pemilik tertentu yang bisa menggunakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada sebuah kekuatan yang bisa dikendalikan, dan hanya pemilik tertentu yang bisa menggunakannya.


~{Auretta_OPIA}~

Auretta mematung ketika dirinya berhenti di area parkir. Ia benar-benar tak menyangka bahwa aromanya berhenti di depan orang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Seorang anak kecil yang mengajaknya bercerita kemarin termenung sendirian di sana. Anak itu memakai seragam rumah sakit, serta tiang infus di sampingnya yang menandakan bahwa ia adalah pasien di rumah sakit ini.

Anak itu menoleh, lantas tersenyum padanya. Seketika itu Auretta tersadar bahwa bau yang ia cari sudah hilang entah sejak kapan. Ia terlalu terkejut dengan kehadiran anak ini sampai tak menyadari kapan hilangnya bau yang sebelumnya ia kejar.

"Kak Auretta!!" Wajah anak itu berubah semringah ketika menyadari kehadiran Auretta.

Anak itu berniat untuk menghampirinya. Namun, Auretta mengibaskan tangannya ke depan, untuk menyuruhnya tetap di sana, kemudian menghampirinya.

"Sedang apa di sini sendiran?" tanya Auretta setelah sampai di sebelah anak bernama Hersen.

"Lagi nunggu Ibu ambil obat, lalu jalan-jalan sebentar," jawab anak itu antusias. Ketika berada di dekatnya, Auretta pun baru menyadari kalau saat ini Hersen tengah menggenggam susu kotak di tangan kanannya.

"Kakak, apakah di zaman dahulu orang-orang pernah berburu manusia serigala?" Hersen kembali membuka suara.

Auretta melihat wajah anak itu sekilas. Matanya berbinar saat sedang menunggu jawaban keluar dari mulut Auretta. Namun, tak selang lama anak itu kembali memalingkan wajahnya.

"Kakak pernah berkata bahwa alasan saya hidup di dunia ini adalah untuk mendengarkan cerita, kan? Lalu, jika sekarang kakak tidak mau memperdengarkan cerita untuk saya, apakah masih ada alasan saya berada di dunia ini?"

Auretta mengusap rambut anak itu pelan. Sejujurnya Auretta bukanlah orang yang memiliki kesabaran seluas samudra. Dirinya cukup sering dibuat emosi akan hal-hal remeh. Akan tetapi kali ini, entah kenapa anak laki-laki di hadapannya membuat relung hati terdalamnya tergugah.

"Apa kau tahu, Hersen? Setiap makhluk yang ada di dunia ini memiliki alasan untuk tetap ada di dunia. Mungkin saat ini... kau masih belum sadar akan alasan dirimu hidup, tapi suatu saat nanti kau pasti akan mengerti alasan kenapa kau hidup di dunia. Dan itu... pasti."

Opia : In the Middle of You | [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang