PELIK - BAB 1

15 13 0
                                    

Seorang wanita tinggi semampai dengan sebuah masker dan kacamata hitam yang melekat di wajahnya mengendap-endap untuk memasuki ruang kelasnya. Setengah wajahnya ia naikkan ke atas jendela untuk melihat seisi kelas. Sial! Dosen berperangai galak itu sudah menjelaskan materi rupanya. Jantungnya berpacu tak karuan, haruskah nilainya menjadi korban lagi?

"Kalau mau masuk ya masuk saja, tidak usah mengintip dibalik jendela, gak sopan!" sarkas dosen muda dengan posisi kepala masih menunduk memandang buku yang menjadi pemandunya dalam memberikan materi.

Puluhan pasang mata sontak tertuju ke arah luar kelas, dan didapati Reinzanny Aliandra Quinadinne yang tengah melangkah ketakutan ke dalam ruangan itu. Ia meremas ujung hijabnya, entah sedang berada di suhu berapa, yang jelas baginya panas sekali.

"Eh buset, lo mau ikut kelas atau mau tamasya? Kebanyakan gaya hidup lo!" cibiran itu datang dari mulut Alika Putri Syahrin. Rein hanya mendelik di balik kacamata hitamnya.

"Terserah dia lah, yang bergaya dia kok lo yang banyak bacot sih, Pig!" sarkas wanita berhidung bangir dengan senyuman miringnya.

"Sshh, biarin aja," gumam Rein sambil mendaratkan bokongnya di kursi samping wanita yang telah membelanya.

Haifa Hifza Clemira, sosok wanita tangguh nan pemberani yang pernah Rein temui. Ia tak segan-segan menghabisi siapapun yang mengusik dirinya juga orang-orang terdekatnya.

Alika mendengkus kesal, "sialan lo, Njing!" balas Alika yang membuat seisi kelas menatapnya sambil berbisik-bisik.

BRAK!!!

Suara gebrakan meja terdengar memekakkan telinga, membuat para mulut itu bungkam seketika. Dengan tatapan membunuh dari sang dosen, satu orang pun tidak ada yang berani menegakkan kepalanya, puluhan pasang mata kini hanya menatap pada lantai yang entah sejak kapan benda mati itu menjadi menarik untuk diperhatikan.

"Karena tugas makalah kalian belum ada yang selesai satu orang pun, saya kasih waktu sampai pekan depan dengan syarat minimal 25 halaman, paham?!"

Tak ada yang menjawab, hanya gumaman pelan yang terdengar seolah tidak menerima tugas dari dosen muda itu.

"PAHAM?!" ulangnya sambil menggebrak meja kembali.

"Paham, Pak!" kompaknya sambil kembali menegakkan kepalanya.

"Kalau pekan depan masih belum beres, silakan untuk mengulang mata kuliah saya tahun depan!" ucapnya sambil memasukkan laptop ke dalam tasnya.

"Baik, perkuliahan hari ini saya akhiri."

Setelah itu ia beranjak dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya menuju pintu. Semua pasang mata menatapnya, berharap dosen tak berperikemanusiaan itu segera lenyap di hadapannya. Namun harapannya pupus tatkala ia menghentikan langkahnya dan menatap tajam wanita berkacamata hitam.

Ia menaikkan tangannya dan menunjuk wanita yang mulai berkeringat dingin itu, "kamu, Reinzanny Aliandra Quinadinne! Nilaimu saya kurangi!" ucapnya bulat kemudian ia kembali melangkahkan kakinya.

Shit!

Benar saja dugaannya, lagi dan lagi nilai yang menjadi korban. Entah berapa pukulan lagi yang akan ia dapatkan, namun tak bisa dipungkiri bahwa gadis itu ingin semuanya segera berakhir.

Haifa menepuk pelan pundak Rein, "sabar."

"Gak perlu ngajarin gue sabar, pada dasarnya dunia emang kejam sama gue."

"Ya tapi kan-" ucapannya terpotong begitu saja oleh satu makhluk yang kini tengah berdiri di depan kelas.

"Wahai teman-temanku yang semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah–"

PELIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang