1

7 1 0
                                    

Peluru itu melesat tajam secara terus-menerus secepat kilat. Kiranya hendak mencari sasaran empuknya, tapi tak kunjung kena. Beberapa peluru mendarat ke tembok-tembok dan beberapa yang lain melesat ke barang-barang rongsokan.

Sang penembak nampaknya tak ingin mengakhiri aksinya sebelum ia menancapkan satu peluru ke sarang otak korbannya.

Sial! Pistolnya kehabisan peluru. Ck! Padahal ia masih belum mendapatkan targetnya. Dan yang paling mengesalkan lagi adalah peluru-peluru yang mahal itu justru harus terbuang sia-sia.

Menghela napas pelan, sadar bahwa posisinya sekarang terancam. Bisa jadi target yang sedari tadi hanya berlari menghindarinya tanpa perlawanan, ternyata memiliki senjata.

Ia harus waspada, terlebih lagi kondisi gedung gelap gulita. Banyak hal bisa terjadi pada dirinya.

Dengan langkah lincah tanpa menimbulkan sedikit suara ia bersembunyi ke sudut ruangan, setelah ia tau ada lemari bekas yang berdiri disana. Langkahnya menuju ke lemari yang hampir rubuh itu hanya didukung oleh cahaya bulan sabit yang sedikit-sedikit membias melalui kisi-kisi jendela gedung terbengkalai ini.

Ia menghembuskan napas lega karena telah berhasil mencapai tempat persembunyian. Namun, yang tak pernah ia sangka sekaligus tak pernah ia duga serta tak pernah ia perhitungkan adalah ketika sebuah tangan menyergap mulutnya dari belakang.

"Adios, Miss Angelina Jolie." Suara itu terdengar amat berat. "Tembakanmu payah dan kau tak akan bisa selamat dariku."

Miss Angelina Jolie atau sang penembak hanya bisa pasrah saat ini sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Bisa jadi ia akan sadar ketika telah berada di neraka.

🥀🥀🥀

Mayat ibunya ia temukan di dalam peti es setelah 3 hari tidak menemukan keberadaan ibunya. Awalnya ia mengira ibunya pergi bekerja seperti biasanya. Namun, lama kelamaan ia tidak bisa tenang.

Sore itu ia sudah akan berniat untuk mencari ibunya ke tempat-tempat yang mungkin saja terdapat ibunya disana. Tapi, sebelum itu ia ingin membersihkan rumah terlebih dahulu agar ketika ibunya pulang nanti, ibunya senang. Saat ia membersihkan gudang, ia menemukan sedikit kejanggalan. Yaitu pada peti es yang tersambung ke aliran listrik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa peti es itu telah lama rusak dan maka dari itu ditempatkan oleh ibunya di dalam gudang. Sehingga ia heran siapa kiranya yang telah menyambungkan peti es itu ke listrik.

Ia cabut sambungan listriknya kemudian membuka peti es itu. Dan alangkah terkejutnya ia ketika yang berada di dalam peti es itu adalah ibunya sendiri. Sudah tak bernyawa serta dalam kondisi tidak memakai pakaian sehelai pun.

Sungguh shock dirinya sebagai seorang anak, ia menjerit kuat dengan tangisan yang memilukan.

Akibat dari tangisannya yang terdengar hingga ke telinga tetangga kiri dan kanan. Mereka pun berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.

Lima orang datang, 3 orang ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak. Ibu-ibu itu lekas menutup tubuh mayat dengan selembar kain yang mereka temukan di gudang.

"Tidak! Ibu! Tidak!" Raungnya sembari terus menangis, ia terduduk lemas di lantai.

"Yang sabar ya Kina," bujuk Ibu-ibu tetangga sembari memeluk tubuhnya.

Berdatangan lagi beberapa orang untuk melihat mayat. Kepala lingkungan memutuskan agar mayat segera dikuburkan selepas maghrib nanti.

"Kok bisa terjadi ya. Gak habis pikir." Seperti itulah komentar mereka.

Selama prosesi pemakaman Kina hanya bisa meratap lemas.

Getting KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang