Kamu mulai berjalan. Mendengarkan bincang hewan-hewan, menyambut sapaan matahari, dan sesekali mencuri dengar berita yang dibawa angin. Bertanya pada siapapun yang kau papasi di jalan, berharap akan mendengar tentang keberadaan sang 'Jika'. Mereka semua tertawa. Hingga kata 'gila' telah melekat padamu. Memang kamu sudah gila dengan keinginan.
Beberapa hari kau tak bertemu manusia. Hingga suatu pagi kau bertemu dengan sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang berasyik masyuk di padang rumput. Langkahmu tampaknya mengganggu mereka hingga mereka berpaling ke arahmu.
"Kamu siapa anak muda? Sepertinya kau bukan dari sini." Tanya sang laki-laki, ternyata dia ramah. "Kesinilah. Kamu sangat kurus, apakah kau lapar? Kami punya beberapa makanan." Dia menawarkan makanan. Kamu memutuskan untuk mendekat.
"Aku bukan siapa-siapa selain si Gila yang mencari sang 'jika'." Kata-kata itu meluncur lancar, Yup. Kamu memang si Gila, bila yang ada di otakmu hanya jika, jika, dan jika...
Mereka terdiam dan saling pandang. Sementara kamu mulai makan dengan lahap.
"Kau tidak gila anak muda. Aku sudah bertemu dengan sang 'jika', dan harapanku telah dikabulkan." Si wanita akhirnya bersuara memecah hening. Kamu hampir memuntahkan semua makanan yang ada di mulutmu. Untuk pertama kalinya ada yang tidak memanggilnya si gila karena membahas sang 'jika'.
"Anda serius nona? Atau nyonya?" Kamu masih belum mempercayai apa yang kau dengar barusan.
"Nyonya. Aku menjadi istrinya setelah tanpa henti meneriakan 'jika'." Katanya merangkul mesra laki-laki itu. "Diambang rasa putus asa berpisah dengan kekasihku karena dia sudah menikah, aku mendapat kabar dari burung bahwa ada sang 'Jika' yang mengabulkan harapan-harapan. Aku ingin bersama kekasihku lagi, aku lantas mencari sang 'Jika' itu, hingga aku bertemu dengannya. Harapanku dikabulkan."
"Nyonya, ceritakan padaku bagaimana kau bisa menemukannya?" Harapanmu membesar.
Wanita itu tersenyum. Dia hanya menggelengkan kepala. "Aku tak bisa mengatakannya, kau cukup mencarinya sendiri. Yakinlah kau akan menemukannya. Yang pasti, kau bukanlah si Gila, karena aku sudah membuktikannya."
Semangatmu muncul lagi, setelah berterimakasih atas kebaikan mereka kamu segera bergegas pergi.
"Sampaikan terima kasihku pada sang 'Jika'. Aku tak ingin bersikap bijak, karena harapanku sendiri sangat buruk, tak ada keinginan tanpa pengorbanan. Aku memang jahat." Pesan wanita itu.
Berjalan melewati padang rumput itu ditemani siulan burung. Malam terlewati siang berlalu, hingga beberapa hari kemudian kamu mulai masuk ke pemukiman penduduk, namun dengan rumah-rumah yang jarang antar bangunan, hingga kamu melewati sebuah rumah besar yang bisa dibilang paling mewah di lingkungan itu. Dari dalam terdengar musik yang sangat keras. Tiba-tiba pintunya terbuka dan keluarlah seorang gadis cantik, namun dengan penampilan yang berantakan seperti anak-anak berandalan. Bibir dan hidungnya bertindik, dan karena bajunya yang pendek, kamu bisa melihat tindikan di pusar gadis itu. Dia membuang sampah, dan tanpa sadar pandanganmu bertemu dengan pandangannya.
"Hei kamu. Kenapa memandangku?" Ketus sekali bicaranya.
"Maaf nona, aku sudah berlaku tidak sopan. Aku hanya kebetulan lewat daerah ini." Kamu menjawab gugup.
"Siapa kamu? Dia mendekatimu yang berdiri di balik pagar rumahnya. Matanya tajam menyelidik.
Menimbang perlukah memberitahu siapa kamu sebenarnya, tapi kemudian kau hanya berkata, "Aku bukan siapa-siapa selain si Gila yang mencari sang 'jika'." Kata-kata itu lagi.
"Sang 'Jika'?" Dia terperanjat. "Aku pernah bertemu dengannya. Kupikir itu hal terbodoh yang kulakukan, tapi nyatanya aku lega setelah menyampaikan 'jika'ku padanya dan dia mewujudkannya." Tangannya menyusur rambut berantakannya.
"Benarkah? Aku sudah berjalan sangat jauh, tapi aku belum bisa bertemu dengannya. Berarti aku benar-benar bisa menemukannya?" Rasa sungkanmu berubah menjadi keingintahuan.
"Aku bisa, kenapa kamu tidak? Dan lagi kamu tidak gila." Gadis itu berjalan menjauhi pagar menuju rumahnya.
"Nona, tunggu... Apa yang kamu minta?" Kamu belum puas.
"Aku minta agar ketidakbahagiaanku dirasakan juga oleh orang lain. Aku sendiri di rumah besar ini, bahkan pohon akan layu jika akar pondasi dia berpijak tercerabut. Saat ada yang diambil darimu, kau bisa berlaku di luar akal. Ibu dan ayahku benar-benar orang tua tak bertanggung jawab. Aku orang yang jahat." Dia melambaikan tangannya dan menutup pintu.
Kamu bingung sekali. Sekarang kamu harus kemana?
"Dia itu gadis liar. Wajar saja karena keluarganya hancur, ayahnya berselingkuh, tentu saja anaknya akan kacau seperti itu." Seorang ibu menyapamu. "Kamu tampaknya anak yang baik, tapi kamu lusuh sekali dan kurus, kamu lari dari rumah ya?"
"Tidak Nyonya, Aku bukan siapa-siapa selain si Gila yang mencari sang 'jika'. Aku sama dengan gadis yang baru saja kau caci maki."
"Jadi kamu sama gilanya dengan dia. Padahal aku tadinya kasihan denganmu. Aku tidak akan membantu orang yang menghancurkan hidup anakku dan juga temannya. Dia berteriak-teriak mengharapkan kematian seseorang karena dia tidak bahagia. Hingga dia benar-benar membawa kesialan di keluargaku. Anakku harus masuk penjara gara-gara dia. Menabrak orang hanya karena ingin menjemput gadis itu saat mabuk. Aku tidak habis pikir kenapa anakku sampai tertarik pada gadis liar itu. Jika saja dia yang mati." Dia kelepasan bicara membuka rahasia kebenciannya.
Entah kenapa tidak ada rasa kasihan darimu mendengarnya. "Kalau begitu kenapa nyonya tidak meminta juga kematian gadis itu pada sang 'Jika'?"
"Aku bukan orang gila, dan lagi 'jika' hanya sebuah kata-kata. Pergi kamu sana." Ibu itu berteriak mengusirmu. Kamu bisa melihat mukanya memerah menahan marah.
Kamu segera bergegas pergi, sesaat kamu melihat ke arah rumah besar gadis tadi sekali lagi. Gadis itu muncul di jendela, dan melihat ke arah kalian berdua sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dasar anak berandalan. Kau pembawa sial." Ibu itu memaki-maki ke arah gadis itu. Kamu segera bergegas pergi karena ibu tadi mengambil sapu dan mulai mengusir dan memukul ke arahmu.
————-
YOU ARE READING
CAKA (Menemukan Sang "Jika")
FantasySemua pasti pernah berandai-andai, berkata, "jika saja aku begini", "jika saja aku begitu". Bagaimana bila kemudian ada Sang "Jika" yang bisa mengabulkan 'jika' 'jika' yang diteriakan ke langit? Sebuah jika yang muncu...