Caka

24 2 0
                                    

**********


Hai teman-teman...

Terima kasih banyak untuk yang bertahan membaca ceritaku hingga ke sini. Ini hanyalah cerpen yang ku bagi dalam 5 part supaya halamannya tidak terlalu panjang dan kalian tidak cepat bosan, dan sekarang kita telah sampai di part terakhir cerita ini.

Saran dan kritik aku terima dengan senang hati untuk perbaikan ke depannya. ^_^

Merci beaucop a tous...


Seen 1771


**********



Sejenak tubuhmu menggigil, benarkah aku perlu mati? Pikirmu. Tapi kemudian kamu memantapkan hati. "Ya sudah, Pikirmu. Aku akan mati dengan megah."

Dia membentangkan sayapnya lebar-lebar kemudian mengangkatmu tinggi... tinggi... angin menampar wajahmu. Dia berhenti tiba-tiba, melepasmu.

Kau menggapai-gapai, panik... rasa takut itu mulai menyerangmu. Jadi begini rasanya mau mati? Menakutkan. Sempat saja kau memikirkan itu. Cepat sekali tubuhmu jatuh... jatuh... Kemudian kau memikirkannya, ya ayahmu. Untuk dialah kau melakukan semua ini. Ayah, kamu berpikir. Seandainya saja aku pernah melakukan perbuatan apapun yang baik, apapun yang kaurestui, tolonglah aku sekarang. Kupersembahkan nyawaku sendiri..." Kamu mulai tenang, dan mengulangi sekali lagi 'jika'mu.

Kamu merasakan telah menghantam sesuatu, secepat itu pula semuanya gelap, kamu tidak merasakan apa-apa. Apakah aku mati? Haha Lucu sekali. Aku belum bertemu dengan sang 'Jika'.

Kamu merasakan gelap semakin membelitmu, gelap yang sangat gelap, gelap yang hampa. Dingin menikam kulitmu, bersamaan itu dari gelap itu ada suara. "Waktu tidak akan berhenti. Bahkan tidak meskipun kita sangat menginginkannya. Seperti saat ini."

"Apakah kau sang 'Jika' yang selama ini kucari?" Kamu bertanya gugup.

"Iya... dan aku akan segera mengabulkan 'jika' sudah kau teriakkan. Tapi aku akan meminta matimu untuk hidup ayahmu. Bersiaplah."

"Hei tunggu sang 'Jika'..." Kau menyebut namanya.

"Apa lagi? Kamu berubah pikiran?" Suara itu bertanya.

"Tidak...Wanita yang berhasil bersatu dengan kekasihnya itu menitipkan terima kasihnya padaku untukmu. Sekarang aku siap..." Kamu sempat menyampaikannya.

"Baiklah..." Kemudian kegelapan itu semakin mencekikmu. Sakit.

Kata terima kasih ya. Apakah aku juga akan bersyukur dengan keputusanku. Pikirmu di saat terakhir.

Tiba-tiba putih menyilaukan mata.

"Apa dia mati?"

"Sepertinya dia mati."

"Aku tidak yakin."

"Kemana anak itu?"

"Dia lari..."

"Bagaimana dengan penumpang mobilnya?"

"Keduanya selamat... Hei tunggu, si wanita luka parah, tampaknya mereka berdua mabuk. Kurang ajar."

"Kita keluarkan saja dulu mereka berdua. Si wanita perlu perawatan." Suara-suara itu mengganggumu.

Kau berusaha membuka matamu, di celah-celah kerumunan yang mengelilingimu kau melihat gadis cantik berandalan itu, dikeluarkan dari sebuah mobil bersama seorang pemuda. Mereka berdua tidak sadarkan diri.

"Mana anakku...?" Seorang ibu berteriak histeris. Perutnya buncit. "Aaaaahhh ahhh... sakit..." Dia mengerang dan memegang perutnya.

"Heiiiii... Ibu ini sepertinya mau melahirkan. Tolong aku." Seseorang berteriak.

Pandanganmu mulai mengabur.

"Anakku... Tidaaaaakkk..." Seseorang menyeruak kerumunan sambil melemparkan barang yang dibawanya. Ayah.

"Tunggu Pak, jangan guncang dia seperti itu, Ambulans sedang menuju kesini."

"Anakku... anakku..." Dia tergugu. Suara orang-orang menenangkan. Kamu ingin menenangkannya, tapi kamu tidak bisa bersuara. Pandanganmu semakin kabur.

"Aaaaa sakiiitt..." Suara wanita itu lagi.

"...disini ada yang bisa melakukan persalinan... Gawat ibu ini tampaknya mau melahirkan." Suara-suara panik.

Suara sirine, orang-orang berceloteh, menangis, dan kemudian suara bayi. Suara itu mengecil... menjauh. Gelap.

Kelahiran... Kematian... bergulung menjadi satu.

——-

Tangan itu menyentuh bahumu. Si wanita bersayap.

"Ayo kita terbang... Kamu sudah mendapat sayapmu." Benar, ada yang berat di pundakmu, namun kau bisa mengendalikannya.

"Apakah aku mati?"

"Menurutmu?"Dia balik bertanya.

"Kupikir aku sudah mati." Kamu sekarang yakin.

"Menyesal?"

"Tidak." Katamu.

"Sang 'Jika' telah mengabulkan permintaan kamu yang pertama dan juga yang terakhir."

"Tampaknya seperti itu. Sayap ini... dan juga rasa lega ini." Kamu pun terbang mengikutinya. Rasa angin, cahaya. Kamu menikmatinya.

Kalian terbang mengelilingi perkampungan yang pernah kau jalani. Terus hingga sampai di tempat berdinding tinggi. Penjara. Kalian masuk ke wilayah itu. "Kau lihat... Anakku sudah bersama pemuda yang menyayanginya dengan tulus." Kata si wanita burung, wajahnya tersenyum puas. Kamu melihat melalui jendela kecil, si gadis cantik itu sedang berbicara dengan pemuda yang kau lihat saat kecelakaan.

"Ayo aku tunjukan bagian terbaiknya."

Kamu terbang lagi bersamanya, melewati beberapa tempat hingga sampai di tempat yang sangat kau kenali. Rumahmu. Ayah dan ibumu, bersama wanita hamil saat kecelakaanmu yang menggendong bayinya, dan bocah laki-laki itu... Mereka seperti siap-siap berangkat.  Kamu terbang mengikuti mereka yang ternyata berjalan ke arah kubur.

Kamu lega...

Kamu bukan si gila lagi.

Tersenyum, kamu memulai memperdengarkan siulanmu, mengepakkan sayap pergi, mengepak lebih semangat, dan telingamu mulai mendengar,

Jika...Jika...Jika...



——-The End——-

CAKA (Menemukan Sang "Jika")Where stories live. Discover now