◾ Chapter | 03

2K 89 0
                                    

••••

“Bagaimana tidurmu?” apalagi mendengar suaranya yang berat tapi halus membuat lulutnya lemas jika saja tidak ada kursi didepannya Jillian tidak yakin bisa berdiri dengan tegap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bagaimana tidurmu?” apalagi mendengar suaranya yang berat tapi halus membuat lulutnya lemas jika saja tidak ada kursi didepannya Jillian tidak yakin bisa berdiri dengan tegap.

“Jillian,” pria itu kembali bersuara membuat Jillian tersadar akan keterpakuannya.

“Y-ya.” Jillian berusaha bersikap normal lalu melihat pria itu duduk di kursi yang berada di paling ujung. Membuat keduanya berseberangan terhalangi meja panjang.

“Tunggu apalagi.”

“Hah?”

“Makan.”

“Ba-baiklah.” Jillian menarik kursi yang ada didepannya lalu mendaratkan bokongnya diatasnya.

Jillian dengan ragu mengambil piring yang diatasnya ada makanan yang terlihat tidak asing dimatanya. Sedangkan yang lain, dia takut salah makan dan berakhir tidak bisa dia makan.

Bukannya bodoh, Jillian sadar jika sedari tadi tatapan pria yang berada tidak jauh darinya itu terus menatapnya dengan mata tajamnya.

“Apakah itu kenyang?” pria didepannya mengerutkan keningnya ketika melihat gadis itu hanya memakan beberapa potong churros.

Jillian menganggukkan kepalanya, “Ya, ini cukup.”

“Pantas saja badanmu kecil.” mendengar perkataan itu membuat Jillian menatap pria itu tapi tidak berlangsung lama karena dia dengan cepat menundukkan kembali kepalanya. Astaga, untuk bertatapan saja rasanya Jillian tidak sanggup.

Tangannya gemetar hebat jika tidak ditahan sekuat mungkin.

Mendengar suara kursi yang ditarik membuat Jillian mendongak dan melihat ternyata pria itu berjalan menghampirinya membuatnya tanpa sadar bergerak dengan gelisah. Jantungnya bertalu-talu dengan hebat. Pikiran-pikiran buruk mulai menguasai pikirannya.

“Ayo.”

“Kemana?” Jillian mendongak dan dia baru menyadari betapa besarnya pria itu dan bahkan lebih besar dari Aebi. Membuat ukuran keduanya terlihat sangat kontras.

Melihat Jillian yang hanya diam membuat pria itu segera menarik tangannya sedikit kencang untuk mengikuti langkahnya.

“Awss tunggu tuan, ini sakit.” Jillian meringis ketika tangannya ditarik tapi sepertinya pria itu tidak peduli dengannya yang terus meronta.

Akhirnya Jillian pasrah saja mengikuti kemana dirinya akan dibawa. Toh menolak pun sepertinya tidak ada gunanya. Jillian dibawa kesebuah lorong yang terlihat sepi hingga mereka berdua berhenti dihadapan sebuah pintu yang menjulang tinggi.

Pria itu membuka pintu dengan kunci yang dia bawa. Hal pertama yang Jillian lihat ketika pintu itu terbuka adalah sebuah lapangan luas. Pria itu kembali menarik tangannya hingga berhenti di depan sebuah kandang? Jillian tidak melihat apapun di dalamnya.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang