◾ Chapter | 18

825 42 4
                                    

••••

Saat di perjalanan menuju Mansion, Jillian terus-terusan berteriak menggunakan bahasa yang Kay tidak mengerti membuat pria itu pusing sekaligus kesal ketika mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat di perjalanan menuju Mansion, Jillian terus-terusan berteriak menggunakan bahasa yang Kay tidak mengerti membuat pria itu pusing sekaligus kesal ketika mendengarnya.

“KAY DENGER GAK APA YANG AKU OMONGIN.” teriak Jillian tepat di sampingnya membuat Kay mengusap telinganya sendiri.

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan Lily.” ujar Kay mencoba sabar. Sedangkan gadis itu malah semakin menjadi.

“Payah, kau payah.” mendengar jawaban itu membuat Kay menatap Jillian tajam, tapi gadis itu malah tersenyum dengan bodoh membuatnya tidak bisa untuk marah. Bagaimana bisa Kay marah jika gadisnya memperlihatkan wajah imutnya seperti itu.

Sial, jika saja Jillian dalam keadaan sadar sudah pasti dirinya habis oleh Kay. Tapi Kay bukan pria bejat yang akan memanfaatkan ketidaksadaran seseorang. Setidaknya untuk saat ini.

Katanya mafia tapi gak ngerti sama yang aku omongin, dasar laki-laki cabul.” Jillian memandang ke depan dengan matanya yang tidak fokus. Kakinya menendang-nendang dengan brutal.

“KAY!” Jillian memiringkan badannya menghadap Kay seraya menepuk bahu pria itu.

“Apa Jillian?” Kay menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di Mansion. Dia sudah tidak sanggup lagi
menghadapi gadis mabuk seperti ini.

“Aku, aku ingin kau berhenti untuk memutar-mutar kepalamu seperti itu bodoh!” Kay menatap Jillian dengan tajam setelah mendengar perkataan gadis itu.

“Dux ambil alih.”

“Baik Mr.Cyrano.”

Kay memiringkan badannya hingga fokus sepenuhnya pada Jillian yang terus mengoceh. Gadis itu menempelkan wajahnya ke kaca yang ada di sampingnya lalu menjulurkan lidahnya membuat Kay segera menarik kepalanya.

“Kau- jorok sekali.”

“Berisik!” jika saja Jillian sadar mana berani dia berkata seperti itu pada Kay.

“Astaga, kau benar-benar.” Kay menggelengkan kepalanya. Terus menahan kepala Jillian yang ingin menjilat kaca.

Jillian melepaskan tangan Kay dari kepalanya lalu menatap pria itu dengan tajam. Melengkungkan bibirnya, gadis itu membalikkan badannya dan memeluk kursi membuat Kay menghela nafas.

Saat tiba di Mansion, Kay keluar lalu membukakan pintu di samping Jillian yang menolak keluar dengan terus memeluk kursi.

“Lepaskan tanganmu.”

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang