Hai haii don't forget vote and comment yaa!^^
WARNING! Typo bertebaran silakan kasih tanda, thnkyuu!Hepi redingg...
.
.
.Jarum jam menunjukkan pukul 20.10 Waktu Indonesia Barat, malam itu di kediaman keluarga Atmadja kedatangan seorang tamu dari negara kelahiran Salma, Dubai.
Kini, Indira, Haikal serta tamunya itu tengah berbincang hangat di ruang tamu. Pembahasan ketiga orang di sana sangat random, di mulai dari soal bisnis, hingga merembet jadi membahas seorang gadis kecil dalam keluarga Atmadja.
"Ra, gimana keadaan Salma sekarang? Apa udah membaik, setelah kepergian calon suaminya?"
"Alhamdulillah jauh lebih baik dari sebelumnya, do'ain aja ya semoga Salma selalu diberikan ketabahan hati."
"Ra, maaf sebelumnya kalau aku lancang ... Apa kamu mau kalau kita menjodohkan Salma dengan putraku?" tanya Wanita itu hati-hati.
Hening.
Satu detik, dua detik, tiga detik, masih belum ada yang membuka suara diantara ketiga orang itu. Hingga akhirnya, Haikal mencoba untuk mencairkan suasana yang menurutnya sangat awkward. Perlu diingat, Haikal sangat tidak menyukai hal yang terkesan canggung seperti ini.
"Ekhem ... Tante Lisa, di minum dulu teh nya. Kasian di anggurin terus gulanya udah manis ditambah ada Ikal disini makin manis, ‘kan bahaya kalo nanti malah Tante jadi diabetes gara-gara liat Ikal."
Krikrikk ...
Haikal hanya menyengir bak kuda lumping sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Perasaan gak garing-garing amat dah. Bener ya emang, martabak aja yang spesial masih di kacangin, apalagi gue yang spesial nya Maa Syaa Allah tabarakallah tapi masih juga di kacangin. batin Haikal.
"Minum dulu, Lis, nanti teh nya dingin nggak enak." Lisa menolehkan kepalanya menatap Indira yang kini tersenyum di sampingnya.
Lisa mengangguk.
"Di minum, ya."
Tok ... Tokk ... Tokkk ...
Suara ketukan pintu serta salam dari seseorang diluar sana mengalihkan atensi Indira, Haikal dan Lisa. Ketiganya menoleh ke arah pintu utama yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sofa tempat mereka duduk.
"Itu Salma, ya?" tanya Lisa menoleh pada Indira.
Indira mengangguk sembari tersenyum kemudian menoleh pada Haikal yang hendak beranjak dari duduknya, "biar Mama aja yang buka pintunya."
"Gak usah, Ma. Mama duduk aja, biar Abang yang bukain pintu tuan putri."
Indira mengangguk.
"Ya udah kalo gitu."
Tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi Haikal segera bergegas menuju pintu, sebelum mendapat kata-kata pedas dari sang adik, lebih baik ia buru-buru membukakan pintu untuk tuan putrinya.
Ceklek.
"Wa'alaikumussalam tuan putri," sindir Haikal.
Salma menatap dingin pemuda di depannya, "kalo punya telinga di pake, jangan cuma di pajang doang."
"CK! Punya adek lemes banget mulutnya, minta di gulain."
Salma segera masuk ke dalam tak mempedulikan Haikal yang masih berdiri di ambang pintu, pemuda itu masih mengoceh tak jelas di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamku Bersamamu
EspiritualJika tidak ingin merasakan kekecewaan di dalam hidup, maka jangan sesekali mencoba menggantungkan harapan pada manusia. - SAGA -