Part 24

89 12 1
                                    

"Kalau memang kak Faul keberatan, saya bisa membatalkan seminar ini kak.." ucap Zulfan sedikit sendu

"Tidak perlu Zulfan. Saya tidak keberatan."

"Tapi, kak Faul bilang pada Selfi kalau kak Faul tidak bisa..?"

"Setelah mendengar penjelasannya, saya memutuskan untuk menerimanya. Mungkin memang saya salah menilai sikapnya."

"Saya akan coba berkerjasama dengannya sebaik yang saya bisa."

"Sungguh kak?"

"Yaa.. kalau begitu saya tutup telefonnya. Saya rasa perlu bicara lagi dengannya. Assalamualaikum.."

"Baik kak.. wa'alaikumsalam.."

Usai menutup telefonnya, Faul tak langsung menghampiri Selfi. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi yang ia tempati sambil memejamkan mata sejenak.

'Ya Allah.. apa yang terjadi denganku. Hanya karena keraguan atas ketidakmampuan ku membatasi diri, aku malah bertindak tidak bertanggungjawab.' batin Faul

'Semoga ini keputusan yang terbaik. Ku serahkan rasa ini pada-Mu. Bantu aku untuk memberi batasan atas diriku dan dirinya Ya Allah..'

Usai menenangkan diri, Faul berjalan ke arah rak buku menghampiri Selfi untuk kedua kalinya.

_-_-_-

"Ish.. mana sih bukunya.. perasaan baru kemarin aku lihat buku itu.." kesal Selfi karena tidak kunjung menemukan buku yang ia cari.

"Cari buku nggak nemu-nemu. Proposal juga belum direvisi, sekarang harus jug mikir siapa yang bisa gantiin Zulfan. Huftt'.."

Sesampai Faul dilorong rak buku tempat Selfi berada, bukannya Faul langsung mengatakan maksudnya, ia justru mengamati Selfi yang sedang kebingungan mencari buku sambil meluapkan kekesalannya.

Faul merasa tak enak hati karena sudah membuat Selfi kesal karena perilakunya.

Namun disisi lain, ia menyadari kalau tempat Selfi mencari buku adalah tempat dimana ia akan mengembalikan buku yang sebelumnya ia baca.

"Selfi.." panggil Faul

Selfi berjengit kaget mendengar panggilan untuknya. Menoleh dan menatap tajam pemilik suara.

"Ada apa lagi?" Tanyanya datar

"Apa kamu mencari buku ini?" Ucap Faul sambil memperlihatkan buku yang ia bawa

Selfi menolehkan pandangan kearah buku yang ditunjukkan Faul. Ia sedikit melebarkan matanya, namun tetap memasang wajah datar meski dalam hatinya bersorak senang."

"Ya."

Kambing Hitam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang