Jevan POV
Entah kenapa aku lebih memilih berlari mengikuti Rania, sebenarnya gadis ini tidak betul-betul berlari, melainkan berlari sambil melompat-lompat, aneh kan. Tapi aku heran, kenapa aku bisa betah dengan tingkah ke kanak-kanakannya.
Terlepas dari masa lalunya yang sangat menyakitkan, aku rasa dia berhasil menyembunyikannya dan sikapnya yang sekarang merupakan sebuah topeng, agar orang lain tidak tahu isi hatinya. Entahlah.
"JEVAN!!" Aku menoleh saat seseorang memanggilku, otomatis aku menarik kerah baju Rania agar berhenti sebentar.
"Oi, udah lama nggak ketemu" ucapku sambil berjabat tangan dengan Adam. Dia adalah lawan main kami saat pertandingan terakhir dulu.
"Cewek lo?" Tanyanya sambil menunjuk dengan dagu pada Rania.
Aku tertawa "sendirian bro?" Tanyaku sambil mengalihkan pembicaraan.
"Nggak, bareng anak-anak. Tuh di lapangan" ucapnya sambil menunjuk ke arah lapangan basket yang tidak begitu jauh. "Main yok, gue tadi liat Dirgantara perasaan"
"Ada semua sih disini, kecuali Arjuna" aku mencari-cari ke segala arah keberadaan anggotaku satu persatu.
"Aku cari deh" Rania hendak pergi mencari, tapi aku tidak bisa melepaskan anak ini sendirian di tengah keramaian ini.
"Telpon aja satu-satu, repot amat" ujarku sambil memegang tangan anak tersebut, aku mengambil ponsel dengan tanganku yang satunya.
"Gue tunggu di lapangan deh" Adam melambaikan tanganya.
Aku mengangguk, sedangkan Rania malah dadah-dadah dengan Adam, bagaikan anak kecil yang baru saja bertemu dengan teman barunya.
"Mas! Gue tunggu di lapangan basket, ada Adam sama anggotanya, ngajak maen. Lo sama Samudra kan?"
"Gue misah, ntar gue cari"
"Itu kak Rev, kak Cend sama kak Dirga" tunjuk Rania, sambil melompat kegirangan, gadis itu melambai-lambaikan tangannya memanggil mereka.
"Mau nyebrang Van?" sindir Rev saat melihat aku masih memegang tangan Rania.
"Ni anak kalo nggak di pegangin, takutnya diculik"
"Ya kali ada yang mau nyulik, yang ada di balikin lagi hahaha" ucap Cendikia.
"Iya juga sih" aku melepaskan tangan Rania, baru saja dilepas gadis itu sudah berjalan ke arah penjual telur gulung.
"Tuh, apa gue bilang. Kek bawa bocah lima tahun tau nggak" gerutuku. "Eh, Adam ngajak sparing tuh di lapangan"
"Asiiik udah lama gue nggak ngelemesin otot" Cendikia mulai melakukan pemanasan diikuti oleh Dirgantara.
.
.
.
.Author POV
Pertandingan persahabatan itupun berlangsung meriah. Nuansa dan Deliandra terlihat santai sambil duduk, mereka tidak begitu memperhatikan pertandingan, berbeda dengan Rania yang justru heboh menyoraki anggota 7dreams.
"Rania aneh kan mbak?" Tanya Nuansa.
"Dia cuma berusaha menghibur dirinya Sa, kasian dia"
Nuansa terdiam sambil memperhatikan Rania.
"Kayaknya Jevan suka Rania deh" senggol Deliandra.
"Masa sih?" Nuansa memperhatikan Jevan dan Rania bergantian.
"Sejak camping, aku perhatiin dia suka ngeliatin Rania, masa kamu adeknya nggak peka?"
Nuansa terdiam lagi, memang, akhir-akhir ini dia tidak memperhatikan Jevan. Pikirannya terkadang masih mengingat Arjuna, walaupun yang lebih mendominasi otaknya adalah Samudra tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Mimpi [END]
Fiksi PenggemarWARNING!! 🔞 SEBENARNYA TIDAK ADA ADEGAN YANG VULGAR HANYA SAJA TIDAK COCOK UNTUK USIA DI BAWAH 18TH YA.. JADI BIJAKLAH DALAM MEMBACA! Nuansa, putri bungsu dari 4 bersaudara. Mempunyai 3 kakak laki-laki yang "ajaib" tapi sangat menyayanginya. Mempun...