4. The night we met

142 62 19
                                    

Malam ini mendung, tanpa hujan yang membasahi tanah. Hanya ditemani angin sepoi-sepoi, yang berhasil masuk ke dalam pori-pori.

Bulan bertengger indah di atas sana. Menampilkan dirinya dengan penuh percaya diri. Bahkan tanpa satupun bintang, bulan tetap cantik sebagaimana dirinya.

Jalanan begitu sepi. Hanya beberapa pengendara yang masih setia berada di lintasannya. Seperti halnya Al.

Dengan celana jeans snow black, yang dipadukan kaos hitam polos, lelaki itu mempercepat laju motornya dengan percaya diri.

Pikirannya kalut, memikirkan perkataan-perkataan menyakitkan yang diterimanya, dari keluarganya sendiri.

'Kamu itu mau jadi apa? Sok sibuk ngurusin pekerjaan gak jelas sampe nilai turun gini! Kamu pikir gampang jalanin bisnis? Paling bentar lagi juga bangkrut. Gak akan sukses kamu!'

'Mamah capek ya ngasih tau kamu. Jadi pembisnis itu gak meyakinkan Al! Udah banyak saingannya sekarang. Kamu gak akan bisa sukses lewat pekerjaan gak jelas itu! Benerin nilai kamu dan masuk kedokteran!'

'Sibuk sama sok sibuk itu dua kata yang beda. Udah deh gak usah sok-sokan sibuk buka bisnis gitu, cuma buang-buang waktu tau ga? Mending Lo belajar yang bener buat masuk kedokteran. Kaya Gue!'

Suara itu terus menggema di telinganya, membuat lelaki itu memukul-mukul keras kepalanya. Berusaha menghilangkan suara-suara yang terus berputar dipikirannya.

Hatinya terasa sakit. Bukan hidup seperti ini yang dia inginkan. Tidak bisakah keluarganya mengerti. Lelaki itu ingin menentukan hidupnya sendiri, tanpa campur tangan orang lain.

Sakit itu masih terasa, hingga beberapa tetes air mata, mengalir membasahi wajahnya.

"ARGHHHHHH!!!! GUE BUKAN BONEKA LO SEMUA SIALAN!!!!!"

Teriakannya membuat motor yang dikendarainya sedikit oleng. Hingga belum sempat ia membenarkan laju motornya,

BRAKK...

Al terjatuh, terlempar kedepan menjauh dari motornya. Kepala yang untung saja dilindungi helm itu, menabrak aspal dengan keras. Dirinya meringis perih. Merasakan sakit pada kulitnya yang sudah mengeluarkan banyak darah.

Dengan sisa kesadaran yang dia punya, Al menatap kedepan kearah motornya. Menatap nyalang kearah sana, hingga matanya menatap objek yang tengah berlari kearahnya.

Dia, perempuan yang baru beberapa jam dikenalnya. Berlari panik kearahnya.

Tidak tahan dengan sakit di kepalanya, belum sempat menunggu sampai gadis itu tiba di hadapannya, kesadarannya sudah lebih dulu hilang. Hanya kegelapan, yang dirinya lihat.

"KAK AL! TOLONG.... ADA KECELAKAAN."

__________

Matanya mengedip perlahan. Menetralkan cahaya yang masuk kedalam pengelihatannya.

Lagi dan lagi, Al merasakan sakit di kepalanya. Dengan spontan, ia meringis sembari mencengkram erat rambut tebal miliknya.

"Minum dulu Kak."

Suara itu, sama seperti suara yang dia dengar beberapa jam lalu.

Dengan sekuat tenaga, Al memaksakan dirinya untuk segera sadar. Guna memastikan siapa wanita di sebelahnya.

"Nalla?"

"Iya. minum dulu Kak!"

Gadis itu, Nalla. Seseorang yang dikenalnya, saat makan siang sepulang sekolah tadi. Tidak heran jika sedari tadi dirinya begitu familiar dengan gadis tersebut.

Hate (You)R Love - Revisi New versionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang