Seungcheol membuka pintu depan apartemennya, hunian yang ia sewa dengan harga cukup fantastis. Ia melepas jas dan simpul dasi yang dikenakan, membuka kancing lengan kemeja dan menggulung lengannya hingga sebatas siku.
Kedua irisnya menatap jam dinding yang detak jarumnya menimbulkan bunyi cukup berisik di apartemen yang sunyi.
Tatapannya beralih dari jam dinding ke sebuah pigura kecil yang berada diatas meja. Pigura berisikan foto dia, keluarganya, serta mantan kekasihnya. Atau lebih tepatnya, mantan tunangannya.
Keningnya berkerut saat menyadari kebodohannya karena masih memajang foto tersebut diatas meja. Dengan langkah seribu ia menghampiri meja bundar kecil yang berada di sudut, mengambil pigura tersebut dan membuangnya begitu saja ke dalam tempat sampah.
Pikirannya kembali melayang ke sosok Yoon Jeonghan yang baru saja bertemu dengannya kembali setelah hampir enam bulan lamanya mereka tidak berjumpa. Jeonghan terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai pramugari sementara dia terlalu disibukkan dengan rutinitas rapat perusahaannya sejak Ayahnya menyerahkan tahta kepemimpinan padanya.
Kabar terakhir yang ia dengar, Mingyu mengkhianati hubungannya dengan Jeonghan. Pria yang berprofesi sebagai seorang pilot itu berselingkuh dengan seorang wanita, namun sampai detik ini, tidak ada seorang pun yang bersedia memberitahunya siapa sosok dibalik rusaknya hubungan Jeonghan dengan Mingyu.
Seungcheol mengambil ponsel dari dalam saku celana. Masih terlalu sore untuknya dan dia tidak bisa pergi tidur setelah berjam-jam waktunya tadi dia habiskan untuk tidur selagi berada di dalam pesawat.
Memutuskan untuk mengganti setelan formal dengan setelan santai, Seungcheol mengambil topi dan memakai jaket lalu memutuskan untuk pergi membeli sake di kedai langganannya yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Yoon Jeonghan. Nama itu seolah selalu menjadi peringkat pertama nama yang ia suka di dalam kamus hidupnya. Cukup lama Seungcheol mencoba untuk memenangkan hati wanita tersebut, namun sepertinya Kim Mingyu tidak akan pernah tergeser posisinya dari puncak tertinggi hati Jeonghan.
Seungcheol menghentikan langkah tepat di depan kedai sake yang selalu ia kunjungi bersama dengan Dino dulu, saat keduanya masih sering menghabiskan waktu bersama.
Pelayan wanita yang selalu menyambutnya nyatanya telah berubah, digantikan oleh seorang remaja laki-laki yang dengan sigap menanyakan lalu mengantarkan pesanan Seungcheol.
Seungcheol memiliki toleransi yang tinggi pada alkohol dan akan selalu seperti itu. Tapi saat ini dia terlalu lelah, dan menenggak empat gelas saja sudah cukup untuk membuatnya mabuk. Tangannya meraih cangkir sake lainnya, itu cangkir kedelapan. Tatapannya mulai buyar dan pria itu limbung seketika, membenturkan wajahnya sendiri keatas meja. Mulutnya tidak bisa berhenti meracau. Dari mulai cuaca hari itu, jetlagnya yang sangat menyiksa, makanan dengan rasa paling tidak enak yang pernah ia rasakan selagi berada di benua yang lain kemarin, serta perasaannya yang terlampau besar pada sosok wanita bersurai cokelat bermarga Yoon.
Ia mengambil ponselnya dari dalam saku jaket yang dikenakan dengan susah payah, dengan sisa kesadaran yang menipis, jemarinya berlari menekan nomor seseorang yang sudah dihapalnya diluar kepala. Ia hanya bisa berharap orang tersebut belum mengganti nomor ponselnya. Seungcheol menempelkan ponsel ke telinga dan menunggu hingga panggilannya dijawab oleh lawan bicaranya.
Pada dering kelima baru terdengar suara yang sudah sangat familiar di kedua telinga Seungcheol. Membuatnya tersenyum bahkan tertawa pelan.
"Seungcheol? Ada apa?"
"Aku tidak menyangka kalau kebiasaanmu minum masih saja belum bisa dihilangkan." Dengan susah payah Jeonghan memapah tubuh Seungcheol yang jauh lebih besar serta lebih tinggi dari tubuhnya sendiri. Wanita itu membawa Seungcheol masuk ke dalam apartemen Seungcheol, keringat mengucur dari keningnya yang lebar.
Seungcheol sendiri tidak memberikan respon apapun karena dia masih terus sibuk meracau. Sesekali dia akan tertawa dan sesekali mendengkur.
"Ugh! Kau benar-benar bau." Sembari menutup hidung, Jeonghan membuka satu per satu pakaian yang dikenakan Seungcheol. Ia juga membantu menaikkan satu kaki Seungcheol yang terjuntai di lantai, menaikkannya keatas ranjang besar miliknya.
Jeonghan dengan telaten membantu membersihkan noda dari alkohol yang tadi diminum oleh Seungcheol menggunakan handuk basah. Wanita itu dengan telaten membantu menggantikan pakaian yang dikenakan Seungcheol, membereskan kekacauan di dalam apartemennya, dan memutuskan untuk menginap di apartemen mewah milik pria itu.
Jeonghan yang masih belum bisa menghubungi Mingyu hanya bisa mendesah lelah saat lagi-lagi telponnya dijawab oleh pesan suara.
Mingyu sudah berjanji akan menemaninya pergi mengunjungi butik tempat mereka memesan gaun dan jas, mencoba pakaian yang akan mereka kenakan di pemberkatan dan resepsi nanti, sekaligus juga mengambil undangan-undangan yang telah selesai dicetak. Namun hingga detik ini Mingyu masih tidak bisa dihubungi dan bahkan pria itu tidak berusaha menghubunginya balik.
Mau tidak mau pikiran Jeonghan kembali melayang ke hari saat dia menemukan Mingyu tengah bercinta di dalam rumah yang Mingyu dan Jeonghan cicil bersama. Sejak saat itu Jeonghan memutuskan untuk pindah menyewa apartemen baru bersama Wendy. Jeonghan memang memaafkan perbuatan Mingyu, tapi tidak memberinya hal yang lebih selain memaafkan dan berusaha melupakan perbuatan pria itu.
Mereka masih melanjutkan hubungan mereka dan bahkan masih terus bersikeras akan tetap melangsungkan pernikahan yang telah mereka rencanakan jauh sebelum Jeonghan mendapati Mingyu berselingkuh.
"Jeonghan..." Panggilan seseorang di belakang tubuhnya membuat Jeonghan menoleh. Ia mendapati Seungcheol tengah berdiri dengan setengah limbung dan tangan memegang kepala, berusaha fokus menatap objek di depannya.
"Seungcheol? Kenapa bangun?" Seolah sofa yang ia duduki mengandung sengatan listrik, Jeonghan segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Seungcheol.
Keputusan yang salah yang akan ia sesali kemudian.
Satu lengan Seungcheol mencengkeram lengan Jeonghan yang berada pada kerah kemejanya kuat-kuat. Dia tidak sempat berpikir, tidak sempat pula mengatasi rasa terkejutnya saat dengan tiba-tiba Seungcheol menariknya masuk ke dalam kamar dan mendorong dengan lembut tubuh mungilnya keatas ranjang besar.
Pagi hari...
Selalu menjadi hari yang paling dinanti oleh Yoon Jeonghan, setelah ia berhasil melewati malam yang menyesakkan sejak ia mengetahui tentang skandal perselingkuhan Mingyu---tunangannya. Calon suaminya.
Ia mengerang jengkel saat mendengar ponselnya berbunyi tanpa belas kasih, dengan volume paling keras, menimbulkan keributan di dalam kamar luas yang sedang ia tempati.
Kamar luas.
Sesuatu yang aneh terjadi. Kamar tidur yang ia tempati di apartemen yang disewanya bersama dengan Wendy tidak seluas ini. Wanita itu memaksakan diri untuk membuka kedua mata dan meraih kesadaran meskipun tak ingin, meskipun rasa ngantuk masih mendera.
Hal yang pertama kali tertangkap oleh dua matanya adalah nuansa monoton bahkan terkesan membosankan dari perabotan serta dinding yang diberi warna hitam, putih, dan abu. Kamarnya terasa sangat terang. Itu jelas bukan kamar tidurnya ataupun kamar tidur Wendy.
Seingatnya, terakhir kali ia meninggalkan kamar tidurnya, dinding kamar tidurnya berwarna ungu lembut dengan berbagai hiasan lukisan kartun favoritnya. Rilakkuma. Itu juga bukan kamar tidur Wendy karena dinding kamar Wendy berwarna biru laut dan dia memajang banyak foto-fotonya bersama kekasihnya di dinding.
Lengan Jeonghan menggapai-gapai dan mendapati sesuatu yang ia yakin dengan amat sangat, bahwa yang berada dibawah lengannya saat ini adalah tubuh seseorang. Bukan guling bukan pula bantal. Bukan juga boneka rilakkuma berukuran besar kesayangannya.
Maka ketika ia menyingkap selimut yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, pemandangan yang ada di hadapannya selanjutnya membuatnya menjerit ngeri.
Seungcheol berada di bawahnya, tertidur damai, tanpa sehelai benang pun. Tidak, maksudnya adalah, mereka berdua sama-sama tidak mengenakan pakaian. Sehelai benang pun tidak.
"Kau akan mati karena ini, Jeonghan!" Ia menempelkan telapak tangannya yang entah mengapa terasa sangat dingin ke keningnya sendiri dan memejamkan kedua mata berharap apa yang ia lihat saat ini hanya mimpi belaka.
![](https://img.wattpad.com/cover/333637597-288-k458004.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLIN FLOWER | JEONGCHEOL (END)
FanficDisclaimer : © SEVENTEEN BG, PLEDIS ENT, HYBE ENT Pair : Choi Seungcheol (Scoups) x Yoon Jeonghan (genderswitch) Rate : M for some reasons Written and Published by : Keyyadoringharunoo Syn : Hanya tinggal beberapa minggu lagi, kami akan resmi menjad...