29. G O O D B Y E A R L A N

3.6K 165 12
                                    

"HWARANG' BERDUKA" begitulah tulisan pertama yang ada pada caption postingan terbaru instagram Hwarang'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"HWARANG' BERDUKA" begitulah tulisan pertama yang ada pada caption postingan terbaru instagram Hwarang'.

Hujan yang turun sejak pagi, tidak mengurungkan niat member geng tersebut, sanak saudara dan teman-teman Ares dan Arlan untuk datang ke kediaman Dion yang menjadi rumah duka.

Pagi ini, tepat pukul 10.00, Arlan berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa, usai dirawat selama hampir dua minggu di rumah sakit. Kepergian Arlan menjadi berita duka yang mengagetkan bagi banyak Guru serta para siswa yang kenal dengan sosok ramah dan periang itu.

Sama seperti para pelayat, Elona juga merasakan kehilangan yang amat dalam setelah kepergian putra bungsunya. Banyak yang mengira ia lebay karena memang baru menjadi ibu sambung Arlan dan Ares selama empat bulan, namun, ia benar-benar merasa kehilangan karena ditinggal pergi oleh Arlan.

Elona duduk di kursi yang berada di samping peti berisi jenazah Arlan. Wanita itu terlihat menatap kosong putranya yang masih terlihat tampan walau sudah terbaring kaku di dalam peti. Tidak berbeda jauh dari Elona, Ares dan Dion juga turut duduk berjejer di samping wanita itu, juga menatap kosong wajah damai Arlan.

"Adek kok jahat, ninggalin buna di sini hm? Adek katanya mau liat dede bayi, kenapa pergi nak?" ucap Elona dengan suara serak yang nyaris tidak terdengar karena terlalu lama menangis sambil berteriak di rumah sakit.

Wanita dengan dress hitam polos itu, kini menaruh kepalanya pada pinggir peti, kemudian mengelus pelan rambut Arlan yang tertata rapih.

"Gantengnya Buna beneran ga mau balik lagi nih? Kamu beneran ga mau lagi bangun dan cerita sama buna?"

Lagi, Elona berucap sambil sesekali tersenyum getir, seiringan dengan airmatanya yang mulai kembali membasahi pipinya.

Hera, sahabat Elona yang ada di sana, membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Ia tahu, Elona pasti sangat terpukul apalagi Dion juga terlihat tidak berdaya, sehingga dirinya yang turun tangan untuk menenangkan sahabatnya.

"Benar kata adek, sepatunya bagus yah dek? Padahal daddy udah ga sabar lihat adek main basket pake sepatu baru, adek keburu pergi. Ntar siapa yang bakal adu jokes sama daddy dong? Siapa yang bakal nyuruh daddy nyari bahan prakarya tengah malam? Siapa yang bakal nitip jajan kalo daddy pulang kantor? Kemarin katanya mau menuhin isi lemari sama piala, kok pergi sih dek? Udah ga sayang daddy lagi ya?"

Ares memeluk ayahnya. Pria yang paling kuat itu, kini menangis juga dalam pelukannya.

"Dek, daddy nangis nih, cemen banget kan? Pantesan bilang udah ga sakit, ternyata mau pergi yah? Gapapa, abang izinin, asal rajin-rajin main ke mimpi abang yah, abang masih pengen dijahilin kamu tau. Nanti abang juga bakal main ke rumah baru adek sering-sering. Oh ya, nomor adek bakal abang spam nih, jangan marah yaa. Baik-baik lho di sana, jagain tempat buat kita semua yah!" ucap Arlan, sebelum Hana, tantenya memeluk cowok itu karena sebentar lagi peti Arlan akan ditutup.

Tangan gemetar Dion, mulai mengayunkan palu untuk memaku penutup peti Arlan. Airmata pria itu tak henti-hentinya mengalir, seiring tubuhnya yang kian melemah. Perasaan campur aduk karena kehilangan putranya kini semakin meningkat, apalagi ia harus mewakili Ares dan Elona untuk memaku karena kedua kesayangannya itu tidak kuasa menahan tangis pilu.

Hujan sudah berganti gerimis kecil, Arlan sudah dimakamkan sejak setengah jam yang lalu. Para kerabat, sanak saudara serta teman-teman yang ikut mengantarkan Arlan ke tempat peristirahatan terakhirnya juga sudah pulang sejak tadi, menyisakan sepasang suami istri serta remaja pria yang duduk sambil menatap kosong ke arah gundukan tanah yang diberi taburan bunga itu.

Elona tampak tidak terurus. Wanita yang sudah basah kuyup karena sempat terguyur hujan itu, kini bersandar pada nisan yang tertanam di sana. Tangan gemetarnya yang kedinginan karena tak kunjung berganti pakaian, mengelus pelan nama "Arlan Emanuel Horizon" yang terukir pada nisan itu. Bibirnya kembali bergetar, menangis tanpa suara. Elona belum pernah merasakan kehilangan sebelumnya, membuat wanita itu benar-benar terpukul dan mengerti bahwa ucapan penenang berupa "semuanya akan baik-baik saja" hanyalah kepalsuan. Ucapan itu tidak akan pernah bisa membawa Arlan kembali hidup dan bersamanya, kecuali ia berandai-andai dalam mimpi.

Tidak jauh berbeda dengan Elona, Dion terdiam di tempatnya, pria itu tak kalah mengenaskannya dengan Elona. Wajah yang selalu penuh wibawa serta kehangatan itu, kini terlihat pucat dengan bibir yang mulai berubah ungu karena kedinginan. Tatapan menenangkan yang selalu didambakan oleh Elona itu, kini berubah menjadi tatapan kosong. Jika Elona akhirnya mengerti arti kehilangan, maka Dion kini kehilangan salah satu pilarnya.

Bukan rahasia lagi, pria bermarga Horizon itu sudah berusaha bertahan sampai pada titik ini, karena adanya Arlan dan Ares di sisinya. Pria yang menikahi Sila karena kehadiran kedua buah hatinya itu, bertahan menekan egonya menghadapi Sila yang semakin hari-semakin membuat dirinya muak. Walau Dion ingin sekali lembur dan pulang tengah malam, ia selalu teringat Arlan, putra bungsunya yang menunggu kepulangannya dengan cerita tentang keseharian remaja itu. Ia tidak ingin memberikan suasana broken home atau menuntut anak-anaknya, karena mereka tidak pernah tahu bagaimana pahitnya kehidupan Dion tanpa Ares dan Arlan.

Dion menyesal. Yah, siapapun pasti merasakan hal yang sama setelah kehilangan. Namun, apa gunanya penyesalan itu? Semuanya akan tetap sama, Arlan akan tetap meninggalkannya walau sekeras apapun ia berteriak untuk berdoa pada sang pemilik kehidupan.

"Mas Dion, kita pulang yah?" ucap Hana, adik sekaligus satu-satunya kerabat yang dimiliki oleh Dion, usai pertengkarannya dengan orang tuanya.

Dion tampak bergeming dengan posisi yang masih sama, tidak ada tangisan ataupun reaksi dari pria itu. Bahkan, ia masih diam bak patung, ketika Hana mengguncang pelan pundaknya.

Hana menghela napas pelan. Bukan berarti dirinya tidak merasa kehilangan atas kepergian sang ponakan, Arlan itu bak pangeran di keluarganya, namun, ia harus terap waras agar tidak kalah karena keadaan lagi. Ia percaya, Arlan tidak akan suka hal itu.

Hana mengisyaratkan Bernath, suaminya untuk membopong tubuh lemah Elona yang sudah tidak sadarkan diri di dekat nisan Arlan. Gadis itu berharap agar kandungan kakak iparnya itu baik-baik saja.

Sambil menarik paksa tubuh kakaknya untuk dipapah, tangan Hana terulur untuk menggandeng Ares. Cowok yang sedari tadi hanya diam itu, memang yang paling kuat diantara ibu dan ayahnya. Terbukti dengan pergerakan dari Ares yang perlahan-lahan bangun dari duduknya walau terlihat berat untuk meninggalkan tempat itu.

***

Hola guys
Part ini sedikit berat untuk ditulis huhu
Semoga kalian ngefeel yah, jgn lupa vote sama komentnya
AU akan segera digarap setelah part terakhir di up hari ini

CU

MY MAN (HWARANG'S SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang