RA | 01

28 2 1
                                    

"Kalau ternyata nanti tidak jadi apa-apa bagaimana?" gumam seorang gadis SMA dengan jas hitam ditangannya.

Lalu, seorang mahasiswa ber-almamater khusus Ungu menjawab nya.

"Cita-cita memang bukan hanya tentang profesi tetapi, hidup selalu meminta lebih. Sebab katanya, jadi manusia saja tidak cukup. Kita harus punya apa yang orang punya, kita harus bisa apa yang orang bisa. Namun setelah berulang kali dipikir, siapa yang sebenarnya memberi batas bahwa manusia harus tinggi, putih, punya benda mewah. Padahal dengan merasa cukup, bukankah lebih dari cukup?"

Perempuan SMA itu menoleh, pria itu tersenyum.

"Menjadi berbeda tidak apa-apa. Tidak semua orang menambang beberapa ada yang menanam, memelihara, menuliskan sajak, dan menjadi pendengar yang baik. Bukankah hidup juga tentang saling melengkapi?"

Gadis itu tersenyum canggung.

"Semangat yaa, saat kamu gagal hidup kamu gak akan berhenti sampai disitu. Keep praying until someday you say 'Thank God, this is what I want' jangan nyerah." ucapnya.

Almara Nayshila Husna.

Gadis empat tahun lalu yang berdiri didepan universitas impiannya, kini berdiri didepan mushola kantornya. Karyawan tiga tahun lalu, yang entah mengapa bisa seorang lulusan SMK bergabung di sebuah perusahaan besar.

Dia hanya seorang Staff Administrasi, baginya seorang Staff Administrasi bukan satu hal yang biasa saja.

Itu sangat berharga.

Namanya Almara, perempuan ramah dengan senyum manisnya. Perempuan 21 tahun dengan hijab yang selalu melekat saat keluar rumah, dia bukan sosok perempuan yang sholehah yang tau segalanya tentang agama, bukan juga perempuan yang sangat taat pada agama. Untuknya, dia hanya ingin melaksanakan kewajibannya sebagai seorang perempuan, dan ingin mencoba memperbaiki diri nya agar lebih baik lagi.

Dia bukan lagi seorang gadis SMA yang masih bingung dengan arah dan tujuannya, dia sekarang sudah menjadi manusia versi terbaik untuk dirinya.

Manusia yang sudah berdamai dengan segala keadaan, manusia yang sudah menerima segala hal yang menimpanya, juga menjadi manusia yang selalu bersyukur untuk semua hal yang sudah didapatkannya.

Sebagai tulang rusuk yang bengkok dan juga sebagai tulang punggung keluarga, dia sudah berhasil. Dia sudah bisa berdiri sendiri, selama ini dengan tiga tahun yang mungkin selalu saja ada jalan yang sulit yang dilewati nya.

Bertemu dengan seseorang empat tahun lalu, Almara sangat bersyukur karena mendapatkan kalimat itu yang juga ikut menjadi bagian dari 'bertahan nya dia hingga saat ini'.

Almara masih menyimpan ucapan itu baik-baik didalam ingatannya, meski dia melupakan bagaimana tampan nya sosok laki-laki dengan almamater impiannya yang dulu tersenyum dan menatap matanya begitu tenang.

Rezafi..

Sampai bertemu 'Rezafi Almara' chapter berikutnya..

Rezafi AlmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang