RA | 03

20 1 0
                                    

Rezafi bersama bayangan perempuan empat tahun lalu.

Satu potret halte bus mengingat kan tentang satu perempuan yang selalu dia lihat duduk disana, anehnya perempuan itu mengabaikan bus yang berhenti di depan nya.

Lalu untuk apa dia duduk lama disana sambil mendengarkan earphone dan novel yang bahkan tidak pernah sekali diliriknya.

Namun setelah hari itu, setelah mendengar pertanyaan itu cukup menjelaskan semuanya. Dia bukan sedang menunggu bus, melainkan hanya menatap Universitas impiannya.

Tapi sejak hari itu, gadis dengan seragam abunya itu sudah tidak pernah terlihat lagi. Namun tetap saja dia selalu mengingat nya ketika melewati satu halte itu, aneh bukan?

Lucu, dulu setiap hari dia melihat gadis itu duduk lama di halte lalu pergi tanpa menaiki bus yang berhenti didepannya.

Dan sampai sekarang mereka masih saling mengikat diri meski mereka saling tidak bertemu, bahkan mereka tidak saling tahu nama.

Rezafi Aqnala Muhammad.

Dia seorang tulang punggung keluarga yang berhasil berdiri dikakinya sendiri, dia terlahir dari keluarga sederhana.

Rezafi, laki-laki tampan yang berwibawa. Sikap keras dan tidak banyak bicara itu dimilikinya, kulit cokelat manis dan hidung mancung juga tubuh tegap tinggi menjadi sorotan orang-orang yang melihatnya.

"Za.." panggil Rezky— Kakak Rezafi yang sedang berkunjung ke Kantor Rezafi.

"Ya?" ucap Rezafi tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas di laptop nya.

Kenapa mirip sama yang suka ada di halte waktu itu yaa—

"Gimana Asyara sudah ada kabar?"

"Emm Aca? belum ngabarin gue."

"Cari Za, kasian si Bunda."

"Ya elah Bang, gue baru juga sehari sampe Bogor udah diribetin aja."

"Heh gue bilangin Bunda ya lo, itu kan adik lo."

"Adik lo juga."

"Iya maksudnya—"

"Ya, lagi gue cari kok."

"Yauda bagus, Qila juga lagi nanyain ke temen-temen nya Aca."

"Iya."

"Btw lo udah di Bogor, jangan minum ga jelas lagi. Lo juga udah 25 tahun kan sekarang, udah gak bisa main-main lagi. Pikirin masa depan." ucap Rezky.

Suka balapan itu adalah kebiasaan buruk Rezafi. Apalagi akhir-akhir ini, masalah keluarga nya membuat dia sangat sulit berfikir.

Asyara, dia adik perempuan satu-satunya Rezafi yang menghilang entah kemana satu minggu yang lalu.

"Lo denger gue ga? liatin apaan sih–" Rezky memutar laptop dihadapan Rezafi ke arah dirinya sendiri.

"Loh ngapain lo ngezoom-zoom foto orang kaya gini?"

"Gue lagi liat cctv."

"Ada masalah??"

"Engga."

"Terus kenapa?"

"Ya gapapa, ni cewe kenapa ada di bengkel ya?"

"Kenapa emangnya? lo kenal? atau mau kenalan?"

Rezafi hanya menoleh sekilas mendengar pertanyaan Mas-nya satu ini, lalu beralih ke handphonenya yang bergetar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rezafi AlmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang