Tumbang

400 25 6
                                    

Panas terik matahari yang paling Bian rasakan sekarang, mendengarkan sang kepala sekolah berbicara di depan membuatnya bertambah kesal di tambah lagi kepalanya yang kini terasa sangat pusing. Salahnya sendiri di suruh tidak usah ikut upacara malah ngeyel.

"Udah gue bilang gak usah ikut upacara kan, sok rajin banget" Dion yang berdiri di belakang Bian membuka suara ketika melihat sahabatnya itu berdiri dengan tidak nyaman.

"Berisik lo,mendingan lo suruh pak mamat udahin pidatonya lagian dari gue masuk sekolah sampai sekarang yang di bahas itu itu mulu" Bian berbicara tanpa melihat ke belakang, ia masih berusaha untuk memfokuskan penglihatannya yang mulai berkunang.

"Lo aja yang nyuruh, udah ayo ke UKS" Dion hendak menarik tangan anak itu tapi belum juga tangannya bersentuhan dengan tangan Bian. Bian sudah ambruk terlebih dahulu.

"Ehh Bian, aduh nyusahin banget sih" Pasti tubuh anak itu akan bersetuhan langsung dengan aspal kalau saja Dion tidak dengan sigap menangkap tubuh Bian.

Tak lama dari itu tugas pmr  pun datang dan segera membawa Bian untuk mendapatkan pertolongan.

Fano yang menjadi salah satu petugas PMR pun segera melonggarkan Sabuk,dasi, membuka kancing seragam dan melepas sepatu Bian setelah anak itu di baringkan di atas brankar.

"Angkat kakinya van" Suruhnya pada revan yang merupakan salah satu petugas pmr.

"Bian, hey? " Fano mencoba menepuk pipi Bian agar mendapatkan respon.

Hingga beberapa detik kemudian Bian mulai sadar dan membuka mata.

" Sesek kak" Ia berucap sangat pelan nyaris tak terdengar.

"Iya sabar ya, gue ambil inhaler lo dulu" Baru saja Fano berbalik hendak ingin pergi ke kelas Bian, pintu UKS sudah di buka kasar oleh seseorang.

" Nah sa untung lo udah dateng, adek lo sesek tuh. Lo bawa inhaler nya kan? " Tanya Fano saat aksa sudah masuk ke dalam.

"Hmm" Ini bukan hal aneh, Bian memang selalu seperti ini asma nya yang sudah lumayan parah membuat anak itu bisa tumbang jika tubuhnya merasa lelah sedikit saja. Tapi tetap saja walau sudah sering terjadi aksa selalu saja khawatir.

Aksa membantu Bian untuk duduk agar lebih mudah menghirup oksigen.

"Buka matanya dek"

Bian mencoba membuka kelopak matanya walau begitu berat.

" Tarik napas yang dalam lewat hidung lalu hembuskan lewat mulut".

Kemudian Aksa menyuruh Bian untuk menghirup inhaler nya. Selang beberapa detik napas Bian pun sudah teratur.

"Sekarang tidur ya, nanti pas jam istirahat gue anterin pulang" Bian hanya mengangguk, ia sungguh tidak punya tenaga lagi sekedar untuk berbicara.

Aksa segera membaringkan  tubuh Bian lalu ia dan Fano keluar dari sana setelah memastikan Bian benar benar tidur.

.................

Riuh kelas saat bel pulang berbunyi, seakan menjadi melodi paling menyenangkan yang paling di tunggu siswa siwa di sekolah.

Semua siswa kelas 11 IPS 3 sudah meninggalkan kelas kecuali Abian, Regan dan Dion. Saat jam istirahat tadi Abian memaksa sang abang untuk tidak mengantar nya pulang dengan alasan ingin mengikuti pelajaran sampai selesai.

Aksa sempat menolak dan tetap menyuruh Abian untuk tetap pulang. Fano, Delia dan kedua sahabat Bian pun Regan dan Dion sempat membujuk menyuruh Bian untuk pulang saja dan istirahat. Tapi Abian tetaplah Abian, keras kepala.

" Lo serius mau kabur dari bang Aksa yan? " Regan bertanya untuk kesekian kalinya

" Serius Regan serius, lo nanya mulu dah daritadi "

" Tapi.. Masalah lo tadi pagi baru aja kambuh, udah besok lagi aja lah kesananya" Dion menimpali.

Bian mendengus " Gak mau, Gue mau nya sekarang. Kalian kan janjinya sekarang "

Regan dan Dion hanya bisa menghela napas pelan, siapa memangnya yang bisa mengalahkan keras kepalanya seorang Abian.

"Terserah lo aja deh, tapi kalo sampe bang Aksa marah kita gak bakal bantuin" Dion berujar dengan nada sinis tapi tak membuat seorang Abian luluh bahkan anak itu sekarang malah tersenyum.

"Siap bos"

TENTANG ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang