Setelah kejadian kemarin, sekarang Hendra dan keluarga kecilnya sedang melaksanakan rutinitas paginya yaitu sarapan.
"Udah dong dek ngambek nya" Bujuk Dira pada Abian yang masih saja menekuk wajahnya.
Yap, akibat kejadian kemarin, Hendra yang ikut ikutan mengerjai Abian dan Zyan yang malah semakin gencar mengejek sang adik membuat Abian benar benar marah dan mengurung diri di kamar.
Ia bahkan tidak ikut makan malam dengan alasan tak mau bertemu dengan Ayah dan kakaknya dulu dan sekarang ia juga belum menyentuh sarapan nya sama sekali.
"Kita kan cuman bercanda dek, udah dong marahnya" Kali ini Zyan yang mencoba membujuk sang adik.
"Dek jangan diem diem bae napa, jawab dong"
"Jawab apanya?"
"Maaf"
"Iya gue maafin"
"Beneran?"
"Gak"
"Kampret"
"Iya gue maafin, gak usah nanya beneran apa engganya"
"Yeyy makasih adekku yang imut"
"Gue gak imut"
"Iya terserah lo deh, yang jelas makasih udah di maafin"
"Wah kakak sama adek udah baikan, berarti kita juga udah baikan dong dek?" Tanya Hendra dengan semangatnya.
"Gak! Adek belum maafin ayah"
"Lah kenapa?"
"Adek masih kesel sama ayah, kenapa ayah gak belain adek kemarin? Malah ikut ikutan"
"Ya maaf dek, janji deh gak gitu gitu lagi"
"Gak semudah itu adek maafin ayah"
"Terus ayah harus gimana dong biar adek maafin ayah"
"Ayah harus beliin adek sesuatu"
"Sesuatu? Apa? Adek mau apa?"
"Adek mau motor baru"
"GAK" Bukan hanya Hendra yang berteriak tapi Dira, Zyan dan Aksa pun ikut berteriak.
"Gak! Ayah gak akan biarin kamu naik motor lagi.
"Tap.."
"Gak dek, Kakak juga gak setuju kamu naik motor lagi"
"Abang juga gak setuju"
"Bun.."
"Gak! Bunda juga gak setuju, bunda takut kamu jatuh lagi"
"Tapi itu udah lama bun"
"Gak kalau bunda bilang enggak ya enggak, PAHAM"
Abian menghembuskan nafas kasar melihat keoverprotektifan keluarganya. Berlebihan ucapnya dalam hati.
Ya, dua bulan yang lalu Abian memang pernah jatuh dari motor saat pulang sekolah. Lukanya sedikit parah namun tidak ada yang serius, tapi entah kenapa keluarganya menjadi begitu parnoan padahal Abian sendiri tidak merasa trauma sedikitpun.
"Aku berangkat" Pamitnya yang langsung pergi tanpa meminta persetujuan dari mereka, ia bahkan tak mencium punggung tangan Hendra maupun Dira.
"Kebiasaan, ngambek lagi kan tuh bocah"
"Udah Zyan ngomongnya, sekarang kamu cepet abisin sarapan kamu abis itu berangkat ke kampus"
"Iya bun"
"Dan kamu Aska, susul adek kamu sekarang takutnya dia nekad naik bis lagi"
"Yaudah kalau gitu aku berangkat yah, bun, kak" Pamitnya lalu mencium punggung tangan Hendra dan Dira secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG ABIAN
Teen FictionHidup itu bukan hanya untuk di jalani tetapi juga di nikmati__ Abian Alfiansyah Welcome to Abian life jangan lupa follow dulu ya tapi gak juga gak papa sih semoga suka sama ceritanya