sakit

269 26 5
                                    

Abian masih ada di alam mimpinya. Selimut tebal yang menutupi dari kaki hingga pipi menjadi pelengkap tidurnya. Dadanya bergerak naik turun senada dengan napasnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul delapan, kelopaknya tidak ada niatan untuk membuka.

Suara decitan pintu yang terbuka, di lanjut  cahaya matahari yang menerobos masuk ke dalam kamar lewat jendela. Ahhh Abian yakin ini pasti ulah kakaknya. Walau ia tak melihatnya tapi wangi parfum khas kakaknya dapat Abian kenali.

Cowok bertumbuh tinggi itu menghampiri sang adik. Tangan nya ia tempelkan pada kening Abian " Masih panas " Gumamnya.

Semalam Abian demam tinggi. Sudah menjadi kebiasaan setelah kambuh Abian akan terserang demam di malam harinya. Tapi untungnya hal itu juga menjadi penyelamatnya Kemarin. Aksa yang sudah menunggunya di teras dengan tatapan tajam seolah bersiap mengeluarkan amarah langsung berubah menjadi khawatir saat  melihat Abian berjalan di papah oleh Regan.

" Dek makan dulu. Gue tau lo udah bangun " Zian manarik selimut yang menutupi pipi adiknya.

" Kakak" Rengek Abian merasa terganggu dengan kelakuan kakaknya.

" Bangun! Makan dulu"

"Nanti"

"Ayah sama bunda lagi ke luar kota. Lo ada alasan  buat ga nurut sama gue"

Decakan pelan keluar dari mulut Abian
"iya iya"

Benar juga. Bila orang tuanya sedang pergi maka yang akan merawat dirinya adalah kedua kakaknya. Bahaya jika ia membuat kakaknya marah.

"Nih makan dulu, kakak gak masak. Ini tadi Aksa yang beli bubur di depan komplek sebelum berangkat sekolah"  Zian menyondorkan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu.

"Gak di suapin?" Zian tidak bisa menahan senyumnya. Bukan hal yang aneh, Abian terkadang akan bersikap manja jika sedang sakit.

"Buka mulutnya" Abian menurut membuka mulutnya untuk menerima suapan Zian.

"Kakak gak kuliah? "

"Kuliah,siang tapi. Nunggu Aksa pulang katanya bakal pulang cepet hari ini"

"Abang marah ya kak sama aku?" Tanya Abian menundukkan wajahnya. Mendengar nama Aksa. Abian jadi teringat kejadian kemarin sore

" Enggak kok"

" Tapi abang gak ke kamar aku dulu pas pagi"

"Dek ayah bunda abang sama kakak gak pernah ngelarang kamu ngelakuin apapun selama itu bukan hal yang buruk dan keadaan kamu baik baik aja. Kita sayang sama kamu makanya kita protektif sama kamu. Kakak harap kamu paham itu dan gak ngulangin hal yang sama lagi"

"Maaf " Ahh Abian jadi merasa bersalah terutama kepada abangnya sekarang.

Tapi perkataan kakaknya benar. Keluarganya bersikap seperti itu karna menyanyanginya. Walau ia terkadaang kesal tapi tak di pungkiri Abian juga bersyukur hadir menjadi bagian dari mereka. Karna jika bukan kelurganya Abian tidak tau manusia mana yang akan memperlakukan dirinya sebaik mereka.


........................

Abian sedang goleran di sofa ruang TV dengan setoples keripik pisang dan segelas susu yang menemani. sementara Matanya tertuju pada kartun di layar.

Waktu menunjukkan pukul satu siang. Zyan sudah berangkat setengah jam yang lalu. itu artinya Abian berada di rumah sendiri.

Saat sedang fokus menonton. Ponsel yang berada di sampingnya bergetar. Nama abangnya tertera di sana.

"Iya bang? " Jawab Abian setelah menekan tombol loudspeaker

"Kak zyan udah pergi?" Tanya Aksa di seberang sana

"Udah"

"Gue mau pulang mau titip sesuatu? "

" Mau es cream rasa coklat 2 "

" Oke. Jangan kemana mana"

" Iya" Panggilan pun di akhiri oleh Abian

Omong omong soal Aksa, Abian sudah menyampaikan permintaan maafnya melalui pesan whatsapp  yang ia kirim saat pagi setelah selesai sarapan dan bersyukur aksa memaafkannya dengan syarat Abian tidak boleh mengulanginya lagi

Setelahnya matanya kembali tertuju pada TV yang masih menyala sesekali tawanya terdengar saat hal lucu menurutnya tampil di layar. Sampai suara seseorang mengambil alih Fokusnya.

"Kenapa gak istirahat di kamar?"  Abian menoleh ke asal suara dan mendapati Aksa yang baru datang.

"Bosen" Jawabnya lalu merubah posisi menjadi duduk. Tangannya mengambil alih kantong indomaret di genggaman Aksa.

" Kok cuman coklat. Es cream nya mana? " Tanya Abian yang hanya melihat dua buah silverqueen.

"Jangan dulu makan yang dingin dingin, belum juga sembuh" Jawab Aksa setelah menyimpan tasnya di meja lalu mendudukkan dirinya di samping Abian.

Tangan nya di tempelkan pada kening Abian  "Kok panas gak turun turun sih? "

"Gak tau, tipes kali" Jawab Abian santai

"Masih pusing gak? "

" Lumayan"

"Kalau besok demamnya belum turun juga kita ke dokter ya? "

" Gak mau ah"

" Kenapa? Perasaan lo gak Takut jarum suntik"

" Takut beneran tipes"

" Ya makanya takut beneran jadi harus segera di tangani"

" Yaudah suruh dokternya aja yang kesini"

" Yang butuh siapa yang harus nyamperin siapa"

"Kan mereka juga butuh uang"Aksa hanya geleng geleng. Tidak akan ada akhirnya jika terus berdebat dengan Abian. Adiknya selalu punya kata untuk memabalas ucapannya.

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TENTANG ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang