• PROLOGUE •

30 3 0
                                    

Seorang perempuan terlihat terburu-buru menyusuri jalanan aspal. Ransel biru muda terpampang cantik di punggungnya, ikut bergerak seiring langkah demi langkah yang dilakukan sang pemilik. Nafasnya baru terdengar teratur ketika kakinya berhenti bergerak untuk beristirahat sejenak, bersandar di salah satu pilar gedung 3, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Karya Bangsa.

"Hufffttt kerjaan banget bang Jerry. Untung ojeknya sat set sat set, kalo enggak bisa-bisa kena disiplin gue sama kating." Gerutu si cantik, lalu mengeluarkan name tagnya dari dalam tas dan memakainya. "Nah, dah cakep deh gue. Ya walaupun kek setelan anak magang."

Bangga dengan dirinya yang kini tampak cantik - katanya - senyum manis tersungging di wajahnya. Pengenalan kampus pasti akan menguras banyak energi, tapi dirinya yakin, dengan senyum dan pemikiran positif, ia pasti dapat menjalani kegiatan hari ini dengan baik.

No drama drama club, itulah jargon hidupnya.

Setelah dirasa rapi, kini kakinya kembali bergerak memasuki lobby, untuk kemudian memasuki ruangan dimana mahasiswa baru harus berkumpul di hari pertama pengenalan kampus.

Namun, baru satu pijakan di lobby, ia merasa ada yang memanggil dirinya, otomatis si cantik menoleh.

"Saya..?" Tanyanya, sambil menunjuk dirinya sendiri.

Sosok dibelakangnya mengangguk. "Iya. Ini, punya lo? Jatoh di teras." Ia menunjuk lantai dekat pilar tempat si perempuan tadi berdiri, lalu kembali menatap lawan bicaranya.

Dahi si perempuan berkerut heran. "Bentar, gue gak ngantongin duit perasaan..." Walau begitu ia tetap mengecek kantong celananya dan tersadar, itu memang uang miliknya.

"Ohh iya hehe, ternyata punya gue." Ucapnya pelan sambil meringis.

Sosok tadi tertawa pelan. "Ya udah nih, lain kali hati-hati ya." Ia menyerahkan satu lembar uang sepuluh ribu itu kepada si cantik, yang tentu saja belum ia ketahui siapa namanya.

Diterimanya uang tersebut dan langsung dimasukkan ke kantongnya.

"Makasih ya, sorry ngerepotin." Ucap si cantik.

Sosok tersebut tersenyum lagi. "No worries. Gue duluan, ya."

"Iya." Balas si cantik, lalu mengangguk pelan, sambil melihat punggung orang itu menjauh.

"Carren.. Callen..? Hah aneh banget namanya?" Gumamnya sendiri. Namun ia langsung tersadar dan cepat-cepat memasuki lobby fakultasnya, tidak ingin dirinya terlambat di hari pertama dan menyebabkan dirinya tersandung hukuman. "Cepetan naik, fokus dan gak boleh name-shamming. Oke, kajja!"

Dengan demikian, dimulailah cerita baru dalam hidup seorang Adinda Lavina, yang tanpa ia tahu, seperti apa kehidupan akan membimbingnya. Menjalani dunia yang abstrak, tak dapat ditebak, dan sulit diprediksi.

Akankah ia bertahan, atau justru membiarkan dirinya berhenti berjuang dan mengakhiri segala sesuatunya dalam sekali jentik?

= Nouveau Départ =


Hello pals! Kembali lagi bersama gue, si author yang mulai menemukan kembali passion dan niatnya di dunia menulis 😅😂 *sobbing*

Entah keberanian dari mana, gue mutusin utk balik ke dunia ini lagi, bermain dg imajinasi gue yang ga seberapa itu *what?!* ya pokoknya gue mau numpahin ide mendadak gue ini di sini, dengan harapan, book ini bisa selesai, tuntas, tanpa tanggungan *ciaelahh* , harus tanggung jawab kan kalo udah memulai sesuatu?

So, I hope you guys can enjoy this story, I promise to you all and also myself, I have to finish what thing I've started.
Private message/komentar dipersilahkan kalau ada yg mau disampaikan soal cerita/koreksi.

Makasih banyak pembaca lama yang masih setia jadi followers gue, dan selamat datang para pembaca baru, semoga cerita kali ini berkenan.

Sekian cuap-cuap gue. Jangan lupa bintangnya, komentarnya, dan share kalau kalian suka sama ceritanya.

See ya on the next chapter!

With much love,
Theresia. 💙

Nouveau Départ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang