CHAPTER 3: I CARE ABOUT YOU

9 1 0
                                    

Hari ini mendung, tidak seperti biasanya. Sepertinya matahari sedang enggan menunjukkan diri sepenuhnya di atas sana. Begitu juga dengan gadis cantik berambut panjang tanggung, kini ia masih meringkuk di bawah selimutnya, tanpa ada niat untuk bangun dan meninggalkan tempat ternyamannya itu.

Tiga detik kemudian suara member NCT yang ia atur sebagai sound alarm membuatnya tersadar dari lamunannya dan segera memposisikan dirinya untuk duduk.

"Jam berapa ya?" Gumamnya lalu mengambil handphonenya di atas nakas.

Dirinya yang masih setengah sadar benar-benar dibuat melek seratus persen karena jam yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

"Buset tumben banget gak ada matahari, jam setengah delapan kaya jam enam, pantes aja gue telat bangun." Gerutunya pada dirinya sendiri. Ia pun bangun, berdoa dan segera membereskan tempat tidurnya.

"Ini sih yang pasti mama papa udah pergi, sad story banget gue ditinggal." Katanya lagi, lalu keluar kamar setelah memastikan tempat tidurnya sudah rapi kembali.

Hal pertama yang ia lakukan setelah keluar dari kamarnya adalah mengambil handuk lalu memulai ritual paginya. Berhubung rambutnya lepek, ia memutuskan untuk keramas, walaupun suhu udara terasa agak dingin. Tak lupa ia lakukan konser mini, lumayan melatih pita suara katanya.

Selepas mandi, perutnya terasa lapar. Kakinya melangkah membawa tubuhnya ke meja makan, sekiranya orang tuanya meninggalkan lauk untuk dia sarapan, dan matanya berhenti pada sticky notes di atas meja, tertulis seperti ini,

"Ada pokcoy sama telur dadar buat sarapan, di lemari masih ada sereal sama roti tawar juga. Mandi dulu baru makan, jangan lupa berdoa."
- Mama

Ekspresi "yah sudahlah" terpancar dari wajah cantiknya saat ini. Pokcoy bukanlah makanan yang ia suka, masalahnya. Namun pada akhirnya, makanan di bawah tudung saji tidak ia sentuh, karena ia membiarkan dirinya dituntun oleh kedua kakinya menuju lemari diatas pantry dan mengambil satu sachet sereal instan, satu mug dan satu sendok teh. Ia memilih menyeduh sereal instan rasa kacang hijau favoritnya, karena pikirnya ia tidak terlalu lapar. Ia masih bisa kenyang dengan satu gelas sereal dan biskuit coklat di meja TV.

Setelah selesai dengan serealnya, ia pindah dari dapur ke ruang tengah. Ditaruhnya gelas tadi di atas meja, ia tinggal sebentar mengambil laptop dari kamar karena ia ingin melanjutkan revisi dari skripsinya. Setidaknya harus ada progress yang cukup berarti hari ini, karena targetnya untuk wisuda pada akhir tahun harus terlaksana. Walau sebetulnya, dana yang dibutuhkan belum cukup terkumpul. Namun ia berusaha untuk optimis, skripsinya bisa segera selesai dan biaya wisuda dapat dilunasi tanpa harus dilakukan dengan cicilan.

Setelah semuanya siap, kini ia memulai memperbaiki isi skripsinya. Kali ini hanya perbaikan-perbaikan kecil seperti spasi, tanda baca, huruf dan istilah-istilah sederhana yang harus diganti. Karena dosennya sudah menyetujui isi dari skripsinya, maka pesan dari beliau hanyalah membereskan teknik penulisannya saja.

Ketika sedang meneliti lembar mana dari skripsinya yang harus diperbaiki dan di-print ulang, handphonenya bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Halo?"

"Iya, kenapa sayang?" Sahut Adinda dengan nada dibuat-buat.

Dengusan terdengar dari seberang. "Geli. Makanya cari ayang biar ada yang bisa lo panggil pake sayang."

"Bacot bener lu ah, mending lu duluan si yang nyari. Noh yang nungguin lo banyak, elonya aja gak peka."

Decakan dibuat oleh Caleb. "Gak minat. Skripsi lebih penting." Balasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nouveau Départ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang