bagian 3.

58 12 2
                                    


Diruang tak terpakai_ yang hampir penuh oleh berbagai ukuran kado,
Hanna dan Dongmin terlihat membuka satu persatu hadiah pernikahan mereka yang diselipi kartu ucapan. Tak pelak sesekali senyum terlontar dari bibir plum Hanna saat mendapati tulisan yang menggelitik.

"Sayang, lihat ini. Mirip sepertimu." Sekali ini Hanna mengangkat boneka dari kotak berpita pink. Sengaja ia mendekatkan boneka goblin disebelah wajah Dongmin.

Tak terima, Dongmin cemberut. Bagaimana bisa boneka jelek seperti itu disamakan dengan dirinya. "Tidak. Sama sekali tidak mirip." Protesnya.

"Siapa pengirimnya?!"
Mengambil tumpukan sampah kado teratas, Dongmin hendak mengetahui boneka yang dipeluk Hanna adalah pemberian siapa.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku ingin tahu siapa yang begitu lancang memberi hadiah seperti ini di pernikahan seorang Lee Dongmin." Kado murah bahkan untuk warga yang berulang tahun. Benar-benar tamu tak beretika. Setidaknya menghadiri pernikahan cucu tunggal seorang Lee Sang-moon, ia bisa menghadiahkan mobil mewah, bukan boneka jelek ini. Batin Dongmin.

Meletak boneka goblin putih, Hanna kini telah mendekap boneka pasangan goblin. Boneka yang tak kalah buruk dimata Dong-min, mata boneka sedikit tergores. Sangat sedikit. Sampai Hanna tak menyadari. Tapi tidak dengan Dongmin. Pria perfeksionis itu segera menarik boneka dari pelukan Hanna, melemparnya ke kumpulan bungkusan kado.

"Sayang, apa yang sedang kau lakukan?"

"Menyingkirkannya. Hanya boneka cacat. Akan ku ganti dengan yang seribu kali lebih bagus."

Mendapat reaksi demikian, ekspresi wajah Hanna berubah sedih. Tidak ia sangka, Dongmin menyingkirkan boneka itu. Bahkan disamakan dengan sampah.

Seburuk apapun hadiah tetap hadiah. Hal yang pernah orangtuanya ajarkan. Menghargai pemberian orang adalah hal wajib bagi si penerima. Kenapa pria beretika dan berpendidikan seperti Dongmin tidak mengerti?

"Maaf. Aku tidak bermaksud buruk." Menyadari kekecewaan Hanna, Dongmin mengajak rehat. Bangkit pertama dari duduk, mengulurkan tangan, Dongmin memberi senyum yang selalu ia perlihatkan kala bersama Hanna.

Sembari meninggalkan tumpukan hadiah, pria itu merangkul pundak Hanna. "Sayang, masalah boneka, maafkan aku ya. Bagaimana kalau kita percepat pergi berbulan madu?"

Hanna mengangguk kecil. Dia tahu pria disebelahnya tak punya niat melukai perasaannya. Permintaan maaf pun sudah diterima. Hanna bisa memaklumi kalau pria sesempurna Dongmin menginginkan hal serupa di sekitarnya.

Sayang, kenyataan demikian membuat ketakutan terselubung Hanna timbul. Apa yang akan terjadi kalau Dong-min tahu dia tidaklah sesempurna yang pria itu sangka. Akankah pria itu meninggalkannya?

_

Sabtu yang dijanjikan.

"Ayah, cepat! Cepat kemari." Melompat girang, Kai melambaikan tangan pada Yi-an. Pria itu nampak berbincang dengan rekan kerja yang memiliki usia diatasnya. Jung Yumi.

"Ayah!" Sekali lagi panggil Kai. Dia tidak begitu senang saat tahu ada pihak lain yang turut. Belum lagi kehadiran Yumi bagi Kai bagai penghalang untuk memiliki waktu lebih banyak dengan sang ayah.

_

Saat Yumi permisi ke kamar kecil dijadikan momen bagi Kai untuk bertanya pada Yi-an. "Ayah, apa ayah menyukai bibi itu?"

"Teman. Ayah dan bibi Yumi hanya teman. Kai tidak suka? Bukankah bibi Yumi baik?"

Membuang muka, Kai bersedekap. Tahu akan kebiasaan ayah. Kalau tak ingin menjawab, Yi-an akan mengalihkan pembicaraan.

Welcome Home (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang