Sesosok wanita tinggi ramping_ berambut gelombang blonde panjang tergerai dengan keterbatasan memejamkan mata, mengangkat dagu menikmati semilir angin. Dari pusar hingga kaki ditutupi kain selimut.
"Sayang, kau disini rupanya." Pria yang sebelumnya berlari panik, setelah menemukan yang dicari tersenyum lega, setengah berjongkok tangannya menyentuh pegangan kursi roda.
"Ehm. Musim semi telah datang." Menarik nafas dalam, si wanita berkebangsaan Belanda mengulas senyum.
"Wah, bahasa Korea mu semakin lancar. Siapa mengajari?" Goda pria berlesung pipi belahan rambut tengah.
Eng.. wanita cantik seperti berpikir. "Kim. Sang. Yeob. Dia pria terbaik yang kukenal."
Si pria terkekeh.
"Kim Sang Yeob?" Ulangnya.
"Apa yang begitu istimewa darinya? Ku lihat kau sangat mengaguminya?""Ehmm.." lagi, wanita itu tampak berpikir sebelum melanjutkan. "Aku tidak bisa memberitahumu satu persatu. Yang jelas dia pria terbaik yang pernah ku temui."
Mendengar penuturan si wanita, senyum si pria kian mengembang. Ia berganti posisi dan meninggalkan sebuah kecupan di kening wanita.
Setelahnya berputar tepat ke belakang kursi roda. Tangannya mulai mengambil kendali, mendorong pelan dari belakang."Maaf, aku belum berhasil menemukannya?" Ujar si pria ditengah langkah.
Si Wanita menggeleng pelan. "Harusnya aku yang minta maaf. Keterbatasan membuatku tak bisa membantu. Putramu, dimana pun dia berada kuharap dia sehat dan bahagia."
Pria tersebut mengangguk dengan bibir manyun. Melepas pegangan kursi beroda, duduk memeluk lutut di hamparan luas rumput hijau. Sang-yeob menghela nafas. Si wanita mengulur tangan, mengusap rambut legam tebal itu.
...
Hampir lima belas menit berbasa-basi, Dongmin masih belum menunjukkan keinginannya meninggalkan Hanna. Pria itu terus memegang erat tangan Hanna tanpa melepas pandang. Pohon jeruk tua seperti saksi bisu, tahu betapa pria itu enggan melepas tambatan hati.
Bertolak belakang, Hanna berusaha melepas pegangan tangan. Kemarin keduanya telah berbicara dalam waktu lama. Hanna memberitahu bagaimanapun dia takkan kembali. Namun bukan Dong-min namanya kalau tak memaksa keinginannya.
"Jangan begini! Lepaskan tanganku." Hanna menoleh ke arah pintu depan.
"Lee Dongmin, tolong mengertilah posisiku. Selama ini aku terus menahannya. Tapi sekarang tidak akan lagi."
Selama menjalin hubungan dengan Dongmin, Hanna menerima banyak tekanan. Tak hanya dari pria itu namun juga keluarganya. Pria itu mendominasi sampai beberapa teman Hanna yang dekat dengannya menjauh.
Pesona Dong-min sangat besar bagai magnet menarik dirinya dalam Kungkungan. Bersamaan membuatnya terhimpit dan sesak. Bohong bila Hanna berkata tak menikmati cinta yang pria itu beri untuknya. Begitulah cinta, sangat manis sampai membuatmu menutup mata, menutup hati.
Setelah menerima surat cerai, barulah Hanna sadar betapa dirinya keliru. Pikirnya dia adalah dunia Dong Min, namun salah. Mungkin lebih tepat bila dikatakan Hanna benda berharga miliknya.
"Kau sudah tahu masa lalu ku, jadi lepaskan saja aku. Pria sempurna sepertimu takkan sulit menemukan wanita yang seratus kali lebih baik dariku. Pergi dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Melihat wajahmu saja sulit bagiku. Kau seperti menelanjangiku."
"Aku tahu aku salah. Kita bisa mulai lagi dari awal. Tak peduli bagaimana masa lalu mu, perasaanku padamu masih sama. Aku hanya menginginkanmu."
"Inilah satu dari sekian sikapmu yang tak Kusuka. Terlalu memaksa. Pergi! Tempat ini tak menyambutmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home (On Going)
FanfictionDongmin berubah dingin setelah menikahi Hanna, kekasih yang ia kencani selama lebih kurang dua tahun. Ketika ditanya, pria itu mengaku lelah oleh masalah kerja dan berbagai alasan lain. Namun setelah diselidiki ternyata ada hubungannya dengan masa l...