bagian 7.

53 7 1
                                    

Beberapa hari kemudian..

Didalam ruang sidang, Hanna duduk di deretan bangku terdepan_ dengan mengenakan kacamata hitam serta berpakaian gelap, sementara Dongmin_ didampingi pengacara berpenampilan wibawa. Duduk pada kubu bersebrangan. keduanya tak saling tatap.

Oleh Hakim, sempat menyarankan mediasi_ yang ditolak mentah Dongmin. Hanna pun tak menunjukkan keberatan atas gugatan yang ditujukan padanya. Sikap keras keduanya berakhir membuat Hakim mengetuk palu.

Begitu keputusan sidang terlaksana, Lee Dongmin langsung meninggalkan ruang sidang. Wajahnya tak terlihat baik. Ia pergi tanpa sedikitpun mengetahui ekspresi Hanna.

Lima belas menit sejak kepergian orang-orang diruang sidang, Hanna yang memang tak didampingi siapapun_masih berada di ruang. Dia duduk tak berkutik dengan tatapan kosong. Selang detik berikut, jemari yang menyentuh tas tangan_entah kenapa merosot sendiri, pun dengan tubuh Hanna.

_

Situasi dalam mobil.

Ada apa dengannya? Kenapa bertindak seperti korban.

Dong-min menetap di mobil setelah bercakap dan menyalami pengacara hukum. Dia sengaja tak meminta supir bergerak karena menanti Hanna pergi.

Beberapa saat menunggu, tak melihat sosok yang dinanti meninggalkan gedung, Dong-min tidak tenang.

"Tetap disini! Aku ingin memastikan sesuatu."

.

.

Pada setiap langkah menuju ruang sidang, isi kepala Dong-min dipenuhi Hanna. Ia sedikit menyesali keputusan yang telah ia lakukan.

.

"Kapan dia pergi?" Dari luar pintu, tak terlihat kursi berpenghuni. Keadaan didalam ruang sidang tampak sunyi.

Tunggu!

Melangkah lebar, Dongmin kian masuk dan mendapati wajah Hanna sudah mencium lantai. Dari bagian bawah tubuh wanita itu menggenang darah merah. Hanna kehilangan banyak darah.

"Hanna! Hanna.. kau kenapa." Tubuh Hanna diguncang. Dongmin panik dan menggendong Hanna berlari meninggalkan ruang sidang.


.


Rumah sakit A class, Seoul.

"Dokter, bagaimana kondisi istri saya?"

"Jangan cemas, setelah istirahat pasien akan baik-baik saja. Hanya saja__ janin yang dikandungnya__" memandangi Hanna yang sedang terlelap, Dokter menjeda.

Tak lama selang pemeriksaan stetoskop dan urat nadi tangan, Hanna dibawa ke UGD. Dan wanita yang masih tak sadarkan diri ini baru saja dipindahkan ke ruang rawat inap.

Meski pria berseragam putih, berambut hitam pekat itu berkata Hanna baik-baik saja, tidak demikian Dongmin merasa. Pria ini tahu, Hanna pasti sangat terpukul kalau siuman nanti.

Harusnya ia bersikap dewasa. Kenapa malah terbawa perasaan dan tergesa-gesa membuat keputusan. Dong Min merutuki kecerobohannya.


-


Setelah Dokter berlalu pun, Dongmin senantiasa memperhatikan Hanna. Pandangannya kali ini berkaca. Pria itu bergerak menjauhi ranjang pasien. Dong-min menitikkan airmata dan menjambak Surai legam miliknya. Beberapa kali ia meninju dinding yang berada dihadapan.

"Aku memang payah." Lirihnya.
Kata-kata serupa terus dilontarkan hingga perlahan tubuh pria itu luruh dan terduduk dilantai. Duduk tanpa alas, Dongmin menutupi wajah dengan kedua tangan dan terisak. Setelah meluapkan emosi, ia mengusap cairan di pipi dengan
Punggung tangan dan menyambangi Hanna.

Welcome Home (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang