3. Siapa?

7 0 0
                                    

Mungkin bagi sebagian orang, malam minggu termasuk malam yang menyenangkan. Bisa bersantai-santai tanpa perlu memikirkan pr atau pekerjaan kantor. Tetapi tak sedikit pula yang membenci.

Biasanya di malam seperti sekarang, Aine melakukan rutinitas nya, yaitu berdoa agar hujan turun. Akan tetapi untuk malam ini, tidak dulu. Dirinya sangat-sangat menantikan malam yang sudah ditunggu-tunggu dari jauh-jauh hari.

Teman sekaligus sepupunya yang paling menyebalkan itu tumben sekali mengajaknya pergi jalan-jalan menikmati alun-alun kota Bandung. Ralat. Lebih tepatnya menepati janji yang ia buat sesuai permintaan Aine hitung-hitung sebagai permintaan maaf.

Ya walaupun tidak seperti sahabat nya yang lain yang pergi bersama pacar. Menurutnya tidak ada pacar, sepupu cecunguk pun jadi. Yang tentunya ia sudah memasang rencana jahat untuk memeras sepupu jelek nya itu.

"Duh, gak sabar banget anjir," ucap Aine tak sabaran di depan cermin seraya merias tatanan rambut nya yang di biarkan tergerai indah. Jarang sekali ia berpenampilan seperti ini.

"Pasti si curut bangga banget punya sepupu se-cantik gue hahaha," ujar nya berbangga diri.

"Jelek banget, sih, Ai. Gimana cowok-cowok di Jubels gak suka coba? Wajah mulus, bibir merah merona, dagu belah tengah," kata nya meraba-raba wajah nya yang nyaris terpahat tidak sempurna. Ralat, sempurna.

Kalau sahabat-sahabat nya mendengar ucapan pick me girl-nya itu, sudah pasti ia akan di ledek habis-habisan. Tak ayal kadang mereka berceletuk seperti,

"Merendah untuk meroket bangsat."

"Bukan Puy, tapi merendah untuk melonte."

"Sok-sokan insecure, tuh gak liat cewek-cewek di sekililing lo. Mereka udah insecure, nambah dengerin lo ngomong gitu, tambah deh insecure. Dasar bego!"

Atau yang paling ia suka, sahutan dari Puyu,"Bagus Ai. Lanjutin jiwa kepedean lo. Siapa tau lo jadi insinyur," celetuk nya sambil menepuk-nepuk pundak Aine.

Setiap mengingat itu, ia pasti langsung rindu dengan mereka. Padahal baru dua hari yang lalu mereka bertemu dan berghibah bersama.

Suara notifikasi dari ponsel nya, menyadarkan Aine dari lamunan. Sudah di pastikan itu si kutu gajah.

"Lima menit lo gak keluar, jangan harap ada susu cokelat dirumah selama sebulan." kira-kira, seperti itulah isi chat darinya.

Benar saja, saat Aine mengintip dari balik gorden kamar, seorang cowok tengah berdiri dengan sesekali menendang apa saja yang ada didepan sepatu sneakers nya.

Nama sepupunya itu Abay. Anak dari Kakak tiri Bunda-nya. Lelaki itu di utus oleh kedua orang tuanya untuk tinggal sementara dirumah Aine karna ada pekerjaan di luar negeri. Tapi karna sifat Abay yang annoying membuat Aine tak terlalu suka dengannya. Kecuali ada sogokan seperti ini hehehe.

Abay memang cowok tampan. Tapi akan menjelma menjadi monyet dadakan kala didepan Aine.

"Duh, cepat banget sih siapnya," dumel Aine dengan tangan nya yang terus bergerak lincah memilih baju apa yang akan ia kenakan. Tanpa perlu waktu lama, ia menarik drees warna cokelat selutut dipadukan dengan flatshoes senada.

"Oke sip. Buset... Gak nyangka juga gue punya bodygoals."

Aine melenggak lenggok kan badannya di depan cermin besar kamar yang ia beli hanya untuk ootd. Selain mempunyai sifat percaya diri yang sangat tinggi, jangan heran kalau Aine juga sering sekali merendah diri untuk minta dipuji. Tipikal gadis yang haus akan pujian.

Sementara itu didepan rumah Abay menunggu dengan perasaan kesal. Lama sekali ini. Batinnya.

"Buset cuma di read doang. Giliran gue yang kayak gini udah ngomel-ngomel pasti. Dasar betina," gerutunya. Abay hanya mampu merutuki chatnya dengan Aine, tapi tak mampu untuk berbicara di depan sang sepupu jahat hati. Bisa-bisa ia kena bakar hidup-hidup.

Jelek? Siapa takut!Where stories live. Discover now