1. Aroma Sang Gadis

213 11 12
                                    

- Disclaimer -

Cerita ini hanya fiktif belaka. Dimohon bagi para pembaca sudah memahami bahwa cerita ini masuk ke dalam kategori Dewasa. Mulai bab ini dan seterusnya, akan ada bagian yang mungkin akan membuat kalian mual dan enggan untuk membaca entah itu karena tidak tega atau adegan yang terlalu sadis. Sekali lagi, cerita ini masuk ke dalam kategori Dewasa. 

Terakhir, untuk yang oshinya jadi korban, maafkan aku :)

Let's start 




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Pagi itu aku terbangun di jam setengah 4 pagi. Tidak biasanya aku terbangun di jam segini. Mungkin ini terjadi karena aku tidur terlalu cepat semalam. Sekitar jam 7 malam mungkin? Sepertinya iya.

Aku mencoba untuk tidur kembali, tetapi tidak bisa. Aku mencoba untuk membaca buku pelajaran hari ini. Tapi otakku menolak untuk menyerap apa yang kubaca. Aku mencoba menyalakan hpku, tapi mati. Aku lupa charge hpku. Sial.

Akhirnya, aku pergi keluar kamarku. Begitu aku menutup pintu kamarku dari luar, pintu depan rumah terbuka yang dibarengi dengan suara plastik-plastik yang terdengar seperti bergesekkan.

Rumah ini kecil. Sehingga suara dari arah manapun pasti terdengar. Kamarku saja hanya muat untuk satu tempat tidur dan satu lemari baju. Untuk meja belajar, aku menggunakan meja belajar lipat. Kursi belajar? Kasurku tentunya. Dan untuk lemari baju, bukan lemari baju dari kayu yang besar itu ya. Punyaku terbuat dari plastik dan ada gambar lumba-lumbanya. Tingginya hampir menyamaiku.

"Tumben udah bangun kamu," ucap mamaku sambil menenteng dua kantung kresek berwarna merah yang besar.

"Kayaknya gara-gara semalem tidur cepet," balasku lalu mengambil satu kantung kresek dari tangannya.

"Banyak banget," ucapku sambil melihat isi dari kresek yang aku bawa.

Sawi putih dan kol putih. Hanya dua sayuran itu saja yang ada di dalam kresek yang kubawa. Tapi, jumlahnya ada banyak. Aku tidak tau ada berapa, tapi yang jelas ini berat.

"Semester baru jelasnya banyak yang kangen makanan kantin dong," balas mamaku.

Aku mengikuti mama sampai dapur. Aku bilang rumahku kecil kan? Nah, dari pintu kamarku berada, dapurnya tepat berada di depannya. Benar-benar dekat sekali, jadi kalau ada bau masakan pasti aku dulu yang akan menciumnya. 

"Papa?" tanyaku setelah menaruh belanjaan mamaku di lantai dapur.

"Tuh masih di depan," jawab mama.

"Emang masih ada lagi?" tanyaku.

"Ya masih dong sayang," jawabnya lagi sambil terus membongkari isi dari kresek yang ada di lantai.

"Makanya sering-sering bangun jam segini biar tau belanjanya apa aja," lanjutnya.

Aku tidak menggubrisnya dan pergi meninggalkan mamaku sendirian di dapur. Aku berjalan melewati pintu kamarku hingga sampai di pintu depan  yang tidak tertutup ini. Dari ambang pintu, sudah terlihat papaku yang sedang berjalan ke dalam rumah sambil menenteng dua kresek yang besarnya sama dengan yang dibawa mamaku tadi.

"Kenapa banyak banget deh," ucapku.

"Semester awal Marsha," balas papa, jawaban yang sama yang diberikan oleh mama. Pantas mereka berjodoh.

Aku meminta satu kantung kresek yang dibawa papa, bermaksud untuk membantunya. Tapi papa tidak memberikannya tapi menyuruhku untuk menutup pintu rumah. Ku turuti lalu berjalan mendahului papa menuju dapur.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang