PART 1

1.6K 38 0
                                    

"Ma-af Dean,"

"Aku bersumpah itu bukan aku,"

"Tanya saja pada Shena kalau kau tidak percaya!" Wanita yang bernama Shena ikut mengangguk.

"Benar Dean, mungkin aku yang ceroboh sehingga tidak melihat nona Calia sedang membawa air panas." Tambah Seren membela Calia, namun sebenarnya ia hanya mencari simpati.

"Diamlah jalang, jangan mencari simpati suamiku." Murka Calia geram dengan tingkah laku Seren.

"KAU YANG DIAM CALIA!" Bentak Dean, suaranya menggelegar seisi ruangan.

"De-dean," Lirih Calia.

"WANITA SEPERTIMU MEMANG TIDAK TAHU MALU, KAU TIDAK LEBIH DARI JALANG JALANAN YANG KUANGKAT SEBAGAI ISTRI!"

Setetes air mata jatuh di pipi Calia, ia tidak menyangka Dean bisa bersikap sekasar itu padanya. Padahal dulu hanya perlakuan kurang mengenakkan dari pria yang berstatus sebagai suaminya.

"Dean, tidak baik kau berbicara seperti itu pada nona Calia." Ucap Seren yang sebenarnya mengambil perhatian Dean.

"Hatimu terlalu lembut untuk jalang seperti dia." Jawab Dean. "Lebih baik kau obati dulu lukamu itu, aku tidak mau kau kesakitan sepanjang malam."

Seren menurut, ia pergi dari hadapan Dean dengan langkah tertatih. Namun sebelum itu mata Seren kembali menatap Calia dengan iba sekaligus senang dengan apa yang menimpa wanita di depannya.

"Marco! Marco!" Panggil Dean pada asisten pribadinya.

"Iya Dean, ada apa?" Tanya Marco.

"Beri wanita jalang ini seratus cambukan." Pinta Dean.

"Dean," Lirih Calia.

"Apa kau yakin Dean? Calia tidak mungkin bertahan dengan hukuman yang kau beri." Tawar Marco.

"Aku tidak peduli!"

"Baiklah." Ucap Marco seraya mendekati Calia yang masih mematung dengan air mata yang mengalir tak terhenti.

Tak ada perlawanan atau permohonan dari wanita itu. Yang ada hanya asisten pribadinya Shena yang terlihat berusaha melepaskan atasannya dari kungkungan Marco.

Malam itu, Calia mendapatkan dua kesakitan sekaligus. Sakita hati dan fisik yang diberikan orang yang berstatus sebagai suaminya.

***

"D-dhean, a-khu bersumpah itu bu-khan aku. Aku bersumpah Dean."

Mata Calia masih tertutup namun lirihannya terdengar jelas di telinga Shena. Suaranya parau bercampur serak dengan wajah putih yang begitu pucat. Kening wanita itu sesekali mengerut menandakan bahwa ia sedang kesakitan.

"Nona! Nona Calia, kumohon bangunlah. Maafkan Shena yang tak bisa menjaga nona dengan baik." Ucap Shena dengan suara yang bergetar, pertanda kalau gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Setelah ini Shena berjanji, akan selalu membuat jarak antara nona dan perempuan gila itu." Perempuan gila yang di maksud Shena adalah Seren.

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang