PART 4

598 31 5
                                    

"Nona yakin dengan bisnis ini?"

Calia tersenyum lebar dengan pertanyaan Shena. "Tentu saja. Coba kau pikir Shen, untuk apa aku meminta bantuan mami jika hanya bermain-main."

"Tapi untuk apa?" Tanya Shena bingung.

Pasalnya orang tua Calia adalah pebisnis batu bara terbesar di Indonesia. Sedangkan Dean, ia menjadi direktur utama di perusahaannya sendiri yang sudah turun temurun dari kakeknya. Jadi tak heran jika Shena bertanya demikian pada Calia. Karena menurut pandangan orang awam pun, Calia tidak akan pernah kekurangan dalam hal ekonomi.

"Oh ayolah Shen, kau tau aku tak memiliki kesibukan apapun dirumah. Setidaknya aku tidak melihat pasangan gila itu karena selalu diluar seperti ini."

Shena tertawa geli mendengar penuturan atasannya.

"Apa ada yang lucu, Shen?"

"Ti-tidak nona, Shena hanya kagum dengan kata-kata nona barusan." Jawab gadis cantik itu.

Calia diam tak menanggapi, ia malah terlihat sibuk melihat bangunan kosong yang ada di depannya. Rencananya Calia ingin membuka restoran dengan kepemilikannya sendiri. Namun wanita itu masih bingung restoran dan konsep seperti apa yang akan ia ambil untuk restorannya nanti.

"Apa kau punya ide Shen, untuk restoran ku ini?

Shena berpikir sejenak. "Karena tempatnya yang strategis, Shena pikir nona bisa mengambil konsep casual restaurant. Jadi bisa dijangkau oleh semua usia, entah itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua."

"Ide yang bagus," Ujar Calia dengan senyum lebarnya. "Dan akan lebih baik jika kita mengusung tema gaya Eropa, dengan ruangan yang kita pisah menjadi tiga. Ruang tanpa asap rokok, ruang bebas merokok, dan play ground. Itu akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Apa kau setuju, Shen?"

"Tentu saja nona, nona Calia memang cerdas." Puji Shena.

"Oh ayolah, tak perlu berlebihan seperti itu." Ucap Calia.

"Lalu bagaimana dengan menunya? Apa nona sudah punya rencana?"

"Tentu saja, aku berniat menampilkan menu-menu tradisional Indonesia. Karena aku yakin itu akan menjadi ciri khas restoran kita."

Shena mengangguk mengerti.

"Untuk para pekerjanya, aku serahkan semuanya padamu. Tapi kau harus lebih dulu memberi rinciannya."

"Baik nona, akan Shena carikan pegawai yang terbaik sesuai keinginan nona."

"Bagus, lebih cepat lebih baik. Dan untuk tiga hari kedelapan, aku berniat untuk merenovasi seluruh gedung ini, sesuai dengan tema yang kita ambil. Jadi kita akan lebih sering diluar, apa kau siap?"

"Tentu saja nona, kemanapun nona pergi. Shena akan selalu siap mengantar nona."

"Terimakasih Shen, kau memang yang terbaik."

***

Calia memasuki kamarnya, tentu saja kamar dirinya dan Dean. Karena semalam ia mengambil haknya untuk tidur sekamar dengan laki-laki itu. Bukan untuk memenuhi hasratnya, tapi untuk menyadarkan Seren dengan posisi Calia yang berstatus istri sah Dean. Ia terlalu jengah dengan sikap Seren yang semena-mena memasuki kamar miliknya tanpa rasa malu.

Tak ada siapapun di sana, hanya keheningan yang menemani wanita cantik itu saat ini. Hingga beberapa menit kemudian, seseorang mengetuk pintu dari luar dengan sedikit keras.

"Siapa?" Tanya Calia.

"Ini saya nona, Miya." Jawab salah satu maid yang bekerja dirumah Dean.

"Masuklah." Pinta Calia.

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang