PART 2

714 35 3
                                    

"Kita mau kemana nona? Apa kau sudah meminta izin pada tuan Dean untuk keluar?"

Calia tersenyum mendengar pertanyaan Shena. "Kau akan tau nanti, Shen. Dan soal izin, aku tak perlu memintanya pada Dean. Lagi pula ia sama sekali tak mempedulikan ku selama ini, bukan?"

Shena hanya diam dan menanggapi jawaban Calia dengan senyum kecilnya. Ia tau Calia tidak akan membawanya ketempat yang merugikan dirinya sendiri.

"Bukan kah ini butik nyonya Lousiana, untuk apa kita kesini?" Tanya Shena setelah taxi online yang di pesan Calia berhenti tepat dibutik milik ibundanya.

"Terimakasih Pak." Ucap Calia sebelum menanggapi pertanyaan dari Shena.

Kedua wanita cantik itu keluar dari mobil menuju butik mewah yang berdiri kokoh di depan sana.

"Aku merindukan mami, Shen." Jawab Calia singkat.

"Oh, ya." Langkah Calia terhenti seraya menatap lekat kearah Shena.

"Ke-kenapa nona?" Gugup Shena bertanya.

"Kejadian malam itu jangan kau ceritakan pada mami, Shen. Aku takut dia marah besar dan memintaku untuk meninggalkan Dean."

"Itu bagus Nona, kau tidak perlu lagi tersiksa dengan tinggal bersama laki-laki seperti tuan Dean."

"Shen, kita sudah membicarakannya semalam bukan?"

"Maaf nona, Shena terlalu kesala jika mengingat perlakuan tuan Dean pada nona." Sesal Shena.

Calia tersenyum tipis, ia tersentuh dengan perlakuan Shena yang begitu patuh padanya. Dengan langkah ringan seolah tanpa beban, Calia memasuki area butik milik ibunya yang dikuti Shena dari belakang.

"Jangan selalu di belakang, berjalanlah bersamaku Shen. Bukan kah kau akan selalu bersamaku? Kau yang berjanji semalam."

Shena tersenyum lebar, tanpa ragu berdiri disamping  Calia dengan tangan yang saling menggenggam. Seolah keduanya seperti saudara yang memiliki ikatan darah.

***

"Jadi kali ini apalagi Dean?" Tanya Marco begitu mereka memasuki ruang kerja Dean.

Seperti biasa, Dean duduk dibalik meja kebesarannya yang memang khusus disediakan untuk laki-laki itu. Tentu saja tanpa kursi, karena Dean sendiri sudah duduk di kursi roda yang dua tahun ini menemaninya kemanapun ia pergi.

"Bagaimana di kantor? Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Dean seraya mengecek berkas yang sebelumnya diberikan Marco.

"Sejauh ini baik-baik saja Dean, kau tidak perlu khawatir." Jawab Marco mantap.

"Bagaimana kerja sama dengan tuan Akbar? Apakah dia setuju dengan tawaran kita?"

"Sejauh ini masih aku usahakan, dia akan lebih yakin jika kau yang langsung menemuinya saat meeting."

"Kapan meeting-nya diadakan?"

"Dua hari lagi, Dean. Apa kau mau menemuinya?"

Dean menimang-nimang pertanya Marco sejurus kemudian dia menjawab. "Baiklah, kau bisa mengantarku kesana."

"Tentu saja aku akan mengantarmu kesana, kau yang terbaik Dean." Puji Marco dengan senyuman sempurna menampilkan gigi-gigi putihnya.

"Rupanya Seren membawa pengaruh positif untukmu." Goda Marco.

"Siapapun akan mendapatkan dampak positif jika mengenal Seren, perempuan itu benar-benar berbeda dari yang lain." Timpal Dean dengan kekehan di akhir.

"Lalu, bagaimana dengan Calia. Apa kau sudah melihat keadaanya?"

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang