PART 6

614 36 2
                                    

"Shen, hari ini aku benar-benar lelah. Bisakah besok kau sendiri saja yang ke restoran?" Tanya Calia.

Shena mengangguk. "Tentu saja nona, itu memang sudah kewajiban Shena untuk membantu nona."

Calia tersenyum lebar. "Kau memang bisa diandalkan, Shen." Ujarnya seraya menepuk bahu gadis itu.

"Terimakasih Shen, kalau begitu aku istirahat dulu. Kau juga langsung tidur, karena mulai besok pekerjaanmu menjadi double." Kata Calia tersenyum.

Tak hanya diam, Shena pun membalas senyuman Calia dengan hangat. "Semoga malam ini, nona bisa tidur dengan nyenyak bersama tuan Dean."

Setelah mengatakan itu Shena langsung pergi meninggalkan Calia yang masih mencerna kalimat terakhirnya. Hingga beberapa detik kemudian Calia baru menyadari apa yang dimaksud asistennya itu.

"Dasar, kau!"

Calia terkekeh, ia bingung dengan jalan pikiran Shena. Dua hari yang lalu, gadis itu sangat menentang dirinya agar tidak mendekati Dean lagi. Sedangkan sekarang, gadis itu terang-terangan menggodanya hanya karena kepindahannya yang tidur sekamar dengan laki-laki itu. Memang, jalan pikir seorang wanita sangat susah untuk dimengerti. Bahkan sesama wanita pun belum tentu bisa saling mengerti.

***

"Dean, tidurlah! Ini sudah larut, waktunya untuk aku pulang."

"Tidak Seren, aku masih ingin kau disini."

"Tapi bagaimana dengan nona Calia?" Tanya gadis itu dengan lembut, namun tampak jelas raut khawatir yang tentunya dibuat-buat.

"CK, ada aku disini. Kau tak perlu takut pada wanita itu."

Seren tersenyum kecil. "Kau selalu bisa membuatku tenang, Dean."

"Benarkah?" Tanya Dean dengan mata membulat.

"Tentu saja, aku sendiri merasakannya langsung." Kata Seren seraya memeluk Dean lembut, menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu.

Mendapat perlakuan seperti itu, Dean merasa tidak nyaman. Pasalnya, meskipun Seren adalah kekasihnya. Tapi laki-laki itu tidak pernah melakukan kontak fisik yang berlebihan. Hanya sebatas menggenggam tangan, tak pernah lebih dari itu.

"Maaf Seren, sikutmu menekan pahaku." Ucap Dean yang merasa pahanya mendapat sedikit tekanan dari gadis itu.

Mendengar penuturan Dean, Seren langsung menjauhkan dirinya dengan wajah khawatir. "Apakah sakit, Dean?"

"Sedikit." Jawabnya tenang.

Seren membelai lembut paha Dean dengan kedua tangannya. "Maaf, Dean. Aku benar-benar tidak sengaja."

Dean menghentikan gerakan lembut itu dengan menggenggam penuh tangan Seren yang berada di pahanya. "Oh, ayolah. Kau tak perlu merasa bersalah seperti ini. Lagi pula ini bukan sepenuhnya salahmu, kakiku saja  yang akhir-akhir ini lebih merepotkan." Ucap Dean menenangkan.

"A-."

"Maaf mengganggu waktu kalian, tapi ini waktunya untuk aku istirahat. Bisakah kau keluar, Seren?" Sela Calia memotong pembicaraan Seren.

Kedua pasangan kekasih itu sontak menatap kearah datangnya suara yang menampilkan sosok Calia yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Jika masih belum selesai, kau juga bisa ikut keluar bersamanya, Dean." Lanjutnya seraya melangkah masuk, menyimpannya tas selempang di lemari khusus.

"Ma-af nona, tapi Dean sendiri yang menyuruhku untuk tetap di sini." Kata Seren berucap takut, namun jelas tersirat jelas kesombongan di dalamnya.

Calia tak mempedulikan kata-kata gadis itu. Ia malah melenggangkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

RENJANA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang