11 'Kumpul Perdana'

180 19 0
                                    

Helloww i'm back xixixixi

Enjoyyyy...

Denting suara sendok garpu yang beradu dengan piring-piring berisikan nasi goreng terdengar memenuhi ruang makan pagi ini.

Dua pemuda dan dua orang paruh baya duduk mengitari meja makan.

Dua orang pemuda itu adalah Jeno dan Haechan, sedangkan dua orang paruh baya itu adalah mama dan papa mereka.

Kemana Mark?

Ah dia sudah lebih dulu berangkat lima belas menit yang lalu. Akhir masa jabatannya di OSIS memang bukan menjadikan Mark lebih longgar, tapi malah bertambah padat. Banyak acara di akhir masa jabatannya serta laporan pertanggungjawaban yang harus di susun saat serah terima jabatan ke pengurus OSIS yang baru.

Belum lagi acara utama di akhir kepengurusan nya, yaitu penyambutan siswa siswi baru tahun ini.

Mari kita tinggalkan Mark sejenak, beralih kepada keempat orang di meja makan tadi.

.

.

"Papa sudah mendaftarkan kalian di tempat les, dan mulai minggu depan kalian berdua bisa mulai mengikuti les" Heru membuka percakapan

"Nanti papa kirim jadwal lesnya" lanjutnya.

"Iya pah" jawab kedua nya serempak

"Tapi papa enggak lupa kan, mas ada jadwal latihan basket"

"Iya, papa sudah atur les mu hanya dua kali seminggu sisanya bisa buat latihan basket"

Jeno memang rutin dalam kegiatan berlatih basket sejak SMP kelas satu.

Selain harus latihan eskul basket disekolah yang cuma dua kali seminggu, dia juga berlatih di luar sekolah. Jeno yang merupakan atlet basket bahkan bisa setiap hari bergelut dengan bola bundar berwarna oranye itu.

"Eskulmu juga dua hari saja kan dek?" Tanya mama

"Iya mah, hari Selasa dan Rabu"

"Bagus setelah itu kamu bisa fokus dengan les mu" kata papa

"Jangan lupa papa hanya mengijinkan mu eskul band di kelas 10 saja. Setelah itu kamu bisa meneruskan kalau syarat dari papa kemarin terpenuhi" tambahnya

Ya, mereka berdua telah membuat kesepakatan. Sebenarnya lebih terdengar seperti ancaman sih. Hadchan boleh mengikuti ekskul band dikelas 11 jika dia bisa mendapat peringkat satu di kelas dan dua besar pararel di jurusannya.

Terdengar cukup sulit bagi kita, tapi memang belum tentu sulit bagi Haechan.

Dia memang masih bisa meyakinkan dirinya untuk bisa di peringkat satu kelas. Tapi untuk tiga besar pararel entahlah. Haechan tidak yakin dia bisa melakukannya.

Bayangkan saja dia harus melawan siswa siswi di SM Internasional High School yang terkenal dipenuhi dengan murid pintar dan cerdas dengan banyak torehan prestasi di cabang nasional dan internasional.

Haechan meragukan dirinya sendiri 'apa aku bisa' batinnya.

"Iya pah, Haechan akan berusaha" jawab Haechan dengan semangat mengulas senyum indahnya menutupi rasa tidak percaya diri yang dirasakannya

Jeno yang duduk di samping Haechan hanya menghela nafas pelan. Sedikit jengah karena mendengar papa yang selalu menuntut ini itu dari anak-anaknya.

Terlebih dengan Haechan yang selalu dituntut dengan angka yang tinggi. Bahkan menurutnya nilai-nilai Haechan selama ini sangat bagus. Nilainya saja jarang menyentuh angka 85

Itu Harapanmu, Bukan Aku. || Haechan ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang