ngambek

26 2 9
                                    

mingi pulang sekolah lebih awal, jam 10.00 pagi. soalnya guru pada rapat. ditemenin yunho, mingi jalan dari sekolah sampe rumah. kalian inget kan kalo mingi dianter papanya?

karena jadwal sekolah mingi aslinya itu pulang jam 14.30 siang, nggak mungkin mingi nunggu papanya ber-jam-jam atau nelponin papanya yang lagi kerja di kantor. jadi, yunho nawarin diri buat nganterin mingi pulang.

pas mau ambil motor, yunho baru inget kalo yang dibawa dia pagi ini itu motor adiknya, wooyoung. jadi daripada wooyoung yang jalan kaki, mending yunho aja.

kakak yang baik, ya?

untung si cowok wibu itu juga nggak apa-apa waktu diajak pulang jalan kaki.

kata mingi sih, sekalian olahraga kaki.

"percaya sama mingi, bunda pasti lagi ketawa sekarang." mingi hentak-hentakin kakinya, masih kesel kalo inget kejadian tadi pagi.

yunho cekikikan aja. asli, mingi kalo ngambek gini jadi imut banget. kalo nggak lagi di jalan raya, mungkin udah yunho unyel-unyel pipinya sampe melar!

"emangnya tadi mingi bangun jam berapa? sampai bunda nipu mingi pake nama yuno?"

"nggak tau. mingi taunya kalau tadi tuh udah telat banget sampai yuno ngambek!"

"emang yuno sering ngambek ya, sampai mingi takut yuno ngambek?"

mingi geleng kepala dengan semangat.
nggak ya! yunho tuh nggak pernah ngambek sama mingi. kalaupun mau ngambek, ujung-ujungnya nggak jadi karena mingi suka sadar duluan kalau misalnya dia salah. begitu juga sebaliknya. selalu ada kata maaf di antara mereka eaaa.

"justru karena yuno nggak pernah ngambek, mingi jadi takut." cicit mingi.

"padahal yuno kalo ngambek nggak makan orang." sahut yunho.



"HAHAHA!"

suara ketawa bunda mingi menggelegar, kayaknya bisa bikin kaget tetangga. dengerin yunho cerita tentang mingi yang ngadu ke yunho bikin bunda mingi nggak tahan buat ngakak.

anaknya itu, kenapa lucu banget—?

"iya ketawain aja anaknya, ketawain terus." mingi yang lagi ngambil air minum buat yunho udah pengen banting kulkas.

"mingi tuh temennya cuma yuno doang ya? takut banget yunho ngambek!" kata bunda mingi dengan suara yang sengaja digedein biar anaknya makin ngamok.

"nggak kok, tante. mingi temennya banyak." elak yunho setelah merasa aura dapur makin gelap.

"yuno nggak perlu bohong kok, bunda nggak heran kalo mingi temennya dikit."

"BUNDAA!!!"

"beneran tante, mingi temennya banyak. yuno sampe kesel tiap jalan selalu ada yang nyapa mingi."

mingi datang bawain nampan yang diatasnya ada dua gelas berisi teh hangat dan satu toples kue kering. matanya sengaja ditajemin, biar keliatan ngambek.

"kayak yuno nggak aja."

"yuno tenar mah wajar, kalo kiming yang tenar bunda jadi curiga." celetuk bunda mingi, yang sekali lagi mengaktifkan rasa ingin marah.

"ih tau ah sebel!" mingi menghempaskan bokongnya tepat di sebelah yunho, gamau deket-deket bundanya.

yunho menyesap teh buatan mingi, sesekali ngeliatin mingi yang lagi makanin kue bawaannya sendiri.

"yunho, jagain mingi ya. dibohongin bundanya aja dia nggak sadar, gimana kalo dibohongin sama orang lain?"

"iya tante, pasti yunho jagain."

"tenang aja, nggak perlu dijagain. kalian semua telah memberikan mingi kesadaran bahwa semua manusia mulutnya nggak bisa dipercaya." ucap mingi tanpa ngeliat bunda dan yunho.

"HAHAHAHA ANAK GUEEEE" suara tawa bunda semakin lantang.

ding dong!
bel rumah berbunyi yang dengan cepat meredakan suara ngakaknya bunda. bunda izin ke yunho untuk keluar, dan setelahnya memanggil yunho.

"ada dek wooyo, yun, ming! katanya buru-buru dianya!"

yunho meneguk teh mingi sampai habis dalam sekali teguk. padahal tadi masih banyak. mingi kaget liatnya.

"pulang dulu ya, mingi. teh sama kuenya enak."

"iya hati-hati, ayo mingi anterin sampai depan gerbang."

sampai di depan gerbang, jung wooyoung menyapa mingi yang dibalas senyum oleh si wibu. pas ditanya mau mampir apa ngga, jawaban wooyoung tetep sama. kapan-kapan aja bang, bang yun dicari mama soalnya.

"yunho pulang dulu, tante."

"hati-hati ya! wooyo juga hati-hati!"

"iya tante!" kalo ini wooyoung.

yunho pulang dengan motor wooyoung, sama wooyoungnya juga tentunya. motor yang kemudinya udah berganti tangan ke yunho langsung pergi dan hilang dari penglihatan mingi. aslian, gara-gara dicari mama, sahabatnya sampai ngebut padahal komplek yunho cuma di sebelah.

bunda mingi yang udah pegel berdiri di depan pintu nyuruh mingi masuk rumah,

ngeliat serunya yunho yang dijemput wooyoung, mingi kepikiran sesuatu.

"bunda, mingi mau punya adek."

"setau bunda setan berkeliaran di luar rumah pada waktu maghrib aja deh. kamu kesambet apaan?"

baru sampai di depan pintu setelah nutup pagar, hp mingi bunyi. notif chat whatsapp kayaknya.

segera mingi buka notifnya, walaupun hampir nabrak bunda yang lagi lepas sendalnya buat masuk ke rumah. untung kaga nabrak ming.

"buset, yuno udah sampai rumah, bunda!"

"mukegile, cepet amat. kita aja belom masuk ke ruang tamu."

mingi matiin hpnya, lalu dengan gesit rapihin kembali ruang tamu yang tadinya banyak kue untuk tamunya, yunho. biar apa? biar bunda nggak ngamuk lah. pake nanya.

tapi hari ini kayaknya bunda lagi mode damai, soalnya mingi disuruh tinggalin kue-kuenya dan masuk kamar aja. wah tumben?

"lah biasanya marah kalo kuenya mingi tinggal di meja, bun?"

"ih gapapa udah sana, bunda mau nonton hafidz indonesia!"

aduh berabe, sebelum dibanding-bandingin sama peserta acara itu mending mingi kabur ke kamar aja!

sesampai di kamar, segera mingi buka roomchatnya dan yunho.


yuno🐶🐾

mingi, yuno udah di rumah ya!
bilangin bunda

okee

yuno🐶🐾

parah, kirain apaan

kenapa yuno?

yuno🐶🐾

ternyata yuno disuruh balik
buat pasang gas elpiji

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai, Mingi!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang