Hari demi hari, tanpa aku sadari aku terus bertemu dia, ya karena kita satu jurusan. Sering berpapasan dengan dia. Dan saat saat itu aku merasa grogi dan kikuk. Aku tidak mengerti mengapa, apalagi saat dia berinteraksi dengan teman-temannya. Diam-diam aku menatapnya saat dia tersenyum, tertawa bercanda dengan teman-temannya. Aku sedikit tersenyum, melihat dia tersenyum juga.
Hadehhhh kenapaa iniii.
srtttttt, singkatnya
Di jurusanku akan mengadakan acara tahunan, acara itu membuka open recruitment . Aku dan teman-temanku tertarik ikut acara itu. Dengan senang hati aku mengikuti pendaftaran dan seleksi wawancara. Dan aku baru tahu bahwa Kak Rafa adalah ketua acara itu. Wah... senang bisa satu acara dengan dia.
Aku pun diterima di divisi konsumsi. Dan sejak saat itu aku sering mengikuti rapat rutin acara tersebut. Pastinya aku bertemu dia dan bisa melihat dia lebih dekat dari yang sebelumnya hanya melihat ketika berpapasan dengan dia di kampus. Entah mengapa aku senang dengan hal itu. Aku senang melihat dia, tapi aku masih tidak yakin dengan perasaan ku sendiri.
Karena aku dari divisi konsumsi, dan seorang mahasiswa baru. Aku masih saja seperti biasanya, tidak membuat interaksi dengan Kak Rafa, aku terlalu takut untuk memulai pembicaraan mengingat pesanku yang belum dibalas sebulan yang lalu.
Dalam kepanitiaan itu, aku semakin tahu tentang dia. Bagaimana dia. Bahkan aku jadi sering melihatnya tersenyum, tertawa setelah sebelumnya aku kira dia manusia datar yang tidak bisa berekspresi. Bahkan cenderung jutek.
Aku sangat senang melihat dia saat sedang bercanda, hanya dari jauh si liatnya. Apalagi temanku selalu menceritakan sisi dia yang tidak dilihat oleh mahasiswa lain. Selain semakin kagum dengan dia, aku juga semakin sadar diri bahwa sepertinya jika berteman atau sekadar dekat dengan dia bakal jomolang.
.
.
.
.
Waktu demi waktu aku sempat bertemu tatap dengan dia, tapi tatapannya seperti orang yang aneh. Seperti orang yang jengkel? atau bagaimana aku tidak tahu. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengikuti akun sosmednya. Sesuai dugaanku tidak di follback walaupun dia aktif sosmednya. Saat itu aku masih berpikir "ah mungkin dia tidak sempat membuka request pertemanan dariku", batinku.
Tidak kunjung di terima aku memutuskan untuk meminta temanku follow dia. Ternyata tidak ada 30 menit, permintaan itu diterima. Entah mengapa saat itu aku sedih, tanpa pikir panjang aku berhenti mengikuti akun sosial medianya. Namun temanku meminta ku untuk mengikuti nya lagi. Bodohnya... aku kembali mengikuti akun instagramnya. Dan seperti yang dibayangkan. Tidak ada tanggapan. Aku terus menunggu hingga beberapa hari, hingga aku makin penasaran dan meminta 2 temanku lagi untuk mengikuti akun sosial medianya di waktu yang berbeda dengan jarak yang lama. Dan lagi, permintaan pertemanan mereka diterima oleh Kak Rafa. Lantas bagaimana denganku???
Aku sempat kesal dan berhenti mengikuti akunnya. Benar-benar kesal saat itu. Tapi entah mengapa aku jadi berpikir. Untuk apa aku marah? untuk apa aku sedih? Toh dia mungkin tidak tahu siapa aku. Hingga akhirnya akau memutuskan untuk mengikuti kembali kaun sosial medianya tanpa berharap apapun. Namun selalu terpikir dalam benakku. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya??
KAMU SEDANG MEMBACA
What's on Your Mind?
Short StorySampai sekarang, aku masih bertanya-tanya. Apa sih yang ada dalam pikiranmu?