Seorang gadis berjalan di lorong sekolah sambil memainkan ponselnya. Ia dengan asik mendengarkan lagu dengan earphonenya tanpa mempedulikan sekitar. Siapa lagi dia kalau bukan Freya, siswi yang hobi keliling sekolah saat kelasnya sedang jam kosong. Ia berjalan mendekati belokan tangga. Sepertinya, sesuatu yang klise akan terjadi sebentar lagi.
"Ku sandarkan, kepadamu-" Gumaman Freya terhenti karena ia menabrak seseorang yang baru belok.
Freya terjatuh sambil menutup matanya. Saat ia membuka mata, banyak buku yang berserakan serta seorang siswi lain yang duduk terjatuh di depannya. Sudah kuduga, pasti anak ceroboh ini akan melakukan sesuatu yang bodoh akibat kebiasaannya itu.
"E-eh maaf maaf." Freya melepas earphonenya mengambil satu per satu buku yang berada di sekitarnya.
Saat ia megambil buku yang berada di antara dirinya dan siswi di depan, tangan siswi itu mendarat di atas tangannya sehingga membuat Freya menoleh ke depan. Sebuah senyuman dari gadis berkacamata yang mempunyai tahi lalat di bawah mata kanan itu menyambut dirinya. Freya seketika membeku tidak dapat bergerak sama sekali.
"K-ka-kak Fio???" Teriak Freya binggung. Jantungnya hampir dibuat copot karena menyadari siapa orang yang sedang mengenggam tangannya itu.
Wajar saja apabila Freya tekejut seperti itu. Pasalnya, orang yang ia barusan tabrak itu adalah Fiony, salah satu primadona sekolah yang memiliki peringkat tertinggi. Puluhan siswa dan siswi telah mengincar dirinya. Namun, Fiony selalu saja menolak setiap tembakan yang diarahkan ke dirinya. Wajar saja sih, kebanyakan orang yang berani menyatakan cintanya kepada Fiony itu dari kalangan atas yang berpikir kalau uang adalah segalanya. Bagaimana dengan para siswa menengah kebawah yang mengicar Fiony? Mereka hanya bisa memendam rasa karena tidak ingin memancing amarah dari murid murid kalangan atas yang mengincar Fiony. Begitu pula dengan Freya. Walau dirinya dari keluarga yang cukup, tapi ia malas berurusan dengan para murid kaya yang tidak memiliki otak itu.
"Kamu gapapa?" Pertanyaan dari Fiony menarik kesadaran Freya yang sedang benggong itu.
Freya dengan cepat mengumpulkan buku buku yang masih berserakan dan menaruhnya di depan Fiony. Ia langsung berlari naik ke lantai kelasnya. Fiony menggelengkan kepalanya karena kelakuan Freya tadi. Tiba-tiba, Freya kembali ke bawah dan mendekati Fiony lagi.
"M-maaf ya Kak Fio." Ucap Freya memandang ke bawah tidak berani melihat ke Fiony.
"Iya gapapa, makasih ya udah bantuin." Freya memberanikan diri dan melirik ke depan. Ia melihat Fiony tersenyum manis kepadanya sebelum akhirnya berbalik badan dan melangkah menjauh.
"Emang ya, kalo orang cantik itu mau diliat dari manapun tetep cantik." Ucap Freya mengagumi Fiony dari belakang.
Langkah Fiony terhenti di depan kelasnya. Ia menoleh ke Freya sambil tersenyum.
"Muka kamu kok merah gitu?" Ucap Fiony sambil tersenyum usil sebelu, masuk ke dalam kelas.
Jantung Freya seketika terasa ingin lepas dan jatuh. Ia jongkok dan menutupi wajah dengan kedua tangannya. Freya berteriak tanpa mengeluarkan suara. Untung saja tidak ada yang melihat dirinya seperti ini. Bel pergantian pelajaran berbunyi yang membuat Freya berdiri dan mengambil napas. Ia langsung berlari kencang menuju kelasnya karena tidak sabar untuk bercerita pengalamannya ini kepada teman sebangkunya.
YOU ARE READING
Peony | Freya-Fiony
FanfictionBunga Peony, memiliki arti sebagai sebuah harapan dan kebahagiaan. Sama hal nya Fiony yang merupakan sumber harapan dan kebahagiaan bagi Freya.