••••
Kay menarik badan Jillian dengan mudah hingga gadis itu menyandar di kepala ranjang. Membawa tangannya yang sudah dia ikat lalu diikatkannya pada sebuah besi yang menjulur dari atas. Hingga tangan Jillian saat ini di gantung dengan posisi yang masih duduk.
“Sempurna, kita mulai dari mana apakah dari sini?” tangan Kay menyusuri kaki Jillian dengan telunjuknya membuat gadis itu meliukkan badannya karena merinding. Badannya pun tidak luput dari gemetar takut sekaligus sensasi aneh yang pertama kali dia rasakan.
Jillian mencoba untuk terlihat biasa saja walaupun sebenarnya dia ketakutan melihat Kay yang terlihat seperti psikopat. Mencoba menarik kakinya tapi Kay menyadarinya dan menahan kakinya diantara pahanya.
“Diam sayang, nanti kau kesakitan.”
Kali ini Kay mengikat pergelangan kaki Jillian, mendongak melihat wajah gadis itu yang kentara sekali ketakutan meskipun dia mencoba menutupinya. Sangat menggemaskan sekali. Jika saja Kay tidak bisa menahannya, sudah pasti gadis itu akan habis detik itu juga.
“Tahan sebentar.” Kay mengambil sebuah belati dari saku tangannya.
Jillian semakin ketakutan melihat benda yang ada di tangan Kay, “Kau mau membunuhku,” suaranya terdengar sangat gemetar dan tercekat.
Kay sedikit memundurkan tubuhnya, “Tidak, aku tidak berniat untuk melakukannya," ada jeda sesaat, "aku hanya ingin bersenang-senang.”
Kay menyingkap rok yang Jillian kenakan hingga dalaman yang gadis itu kenakan terlihat membuat gadis itu semakin takut dan meminta untuk dilepaskan.
Sedangkan Kay tidak menghiraukannya, dia fokus untuk mengukir di paha Jillian. Kay menorehkan ujung belatinya pada kulit mulus Jillian, melakukannya dengan teliti hingga tidak keluar darah dari goresannya. Hanya goresan merah dengan sedikit membengkak, yang lama-kelamaan akan menghilang.
Jillian meringis, menahan sakit di pahanya, tapi tidak sampai membuatnya mengeluarkan air mata. Mendongakkan kepalanya keatas tidak ingin melihat apa yang sedang Kay lakukan. Jillian terbiasa mendapatkan luka ditubuhnya lebih dari ini jadi dia masih bisa menahannya.
Dengan wajah yang memerah Jillian menunduk melihat tulisan apa yang Kay ukir di pahanya. δικος μου tulisan itu yang bisa dia lihat. Entah apa artinya.
“Sempurna.” Kay mengukir senyuman di wajahnya yang malah terlihat menyeramkan. Jillian melihatnya sekilas sebelum dia mengalihkan pandangannya dari sosok menyeramkan didepannya.
“Cukup kuat juga, jadi lebih dari ini tidak apa-apa kan?” Kay bertanya dengan entengnya seolah hal itu hanyalah candaan.
“Tidak, sudah.” Jillian berkata dengan lemah.
Kay melengkungkan bibirnya ke bawah, “Yah padahal aku belum puas,”
“Karena kau tidak menangis jadi aku akan berhenti.” lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTHINE [Editing]
RomanceBertahan atau menyerah? Hanya dua kemungkinan itu yang bisa Jillian pilih. ❗ D A R K R O M A N C E 21+ Kedatangannya ke Indonesia membuat seorang Kay Cyrano Agesislou, pemilik perusahaan pelayaran terbesar di Yunani terobsesi terhadap seorang g...