03

550 61 8
                                    


Raja Iblis berdecak kesal. "Manusia memang lemah," desisnya, terselip nada jijik sekaligus kesal.

Samar-samar Naruto mendengar suara itu.

"Merepotkan."

Lagi, nada menghina terdengar olehnya. Lebih jelas dari sebelumnya.

"Sangat ringkih, tidak berguna."

Naruto ingin sekali melayangkan pukulan pada sosok pria pemilik suara itu. Benar-benar berlidah tajam!

"Aku tidak punya waktu, ada hal yang lebih penting untuk diurus."

"Biarkan hamba yang merawatnya, Yang Mulia." Kali ini suara wanita menyahut. Naruto memilih menyimak, kelopak matanya masih terpejam. Tidak perlu membuka mata untuk mengetahui siapa pria kasar itu.

Raja Iblis menatap sekilas wajah istri pertamanya kemudian mengangguk singkat. "Bagus, kau selalu paham situasi." Dalam sekejap tubuh pria itupun menghilang disertai kobaran api hitam.

Sakura menghela napas pasrah, ia pun beralih pada Naruto. Duduk di tepi ranjang, tangannya menepuk pelan pipi yang lebih muda. "Tidak perlu berpura-pura, aku tahu kau sudah sadar."

Melihat mata Naruto yang memerah Sakura pun salah paham, mengira kalau perempuan pirang itu menahan tangis. "Jangan diambil hati perkataan Raja Iblis tadi. Beliau mencemaskanmu, hanya saja mulutnya berucap lain."

Cemas dari mana? Jelas sekali jika dirinya direndahkan sedemikian rupa oleh Raja Iblis! Naruto meraung dalam hati, dia marah, bukan sedih. Dia sangat ingin menenggelamkan pria kasar itu ke samudera terdalam, persetan dengan gelar janda yang menantinya.

Dia berusaha duduk dibantu Sakura. "Terima kasih, tapi aku tidak bersedih karena Raja Iblis." Jelasnya, masih jengkel.

Tawa lembut mengalun di udara. Sakura mencubit ujung hidung Naruto, gemas. "Tidak perlu berbohong." Teringat sesuatu, perempuan bermata zamrud itu memperkenalkan diri. "Namaku Sakura, istri pertama Raja Iblis. Kau bisa memanggilku Kakak. Aku adalah Iblis Bunga dan ahli dalam pengobatan. Salam kenal, Naruto."

Naruto tidak sempat membalas, otaknya terguncang dengan kenyataan bahwa Sakura adalah iblis. Wanita di hadapannya adalah iblis? Serius? Jika dia sungguh iblis, kenapa dia bisa begitu lemah lembut dan cantik?

Naruto pikir, semua iblis itu buruk rupa dan kasar karena menyesuaikan diri dengan kekejaman yang biasa mereka lakukan. Oh, kebodohan besar telah tersingkir dari otaknya sekarang. Pantas saja Rin seperti manusia biasa tanpa ekor dan telinga hewan meskipun setengah darahnya berasal dari Iblis Anjing.

"Naruto?"

"Ah, maaf," Perempuan dengan netra safir itu tersenyum canggung. "Apa semua istri juga iblis kecuali aku?"

"Tentu saja," sahut Sakura, cepat. Tangannya lekas menggenggam tangan Naruto. "Tidak perlu takut, kami tidak akan menyakitimu. Insiden tiga hari lalu murni kelalaian para koki istana yang lupa bahwa kau adalah manusia. Itu juga salahku karena tidak memastikan makananmu bebas dari racun."

Sudah menjadi rahasia umum bahwa ras iblis kebal terhadap berbagai jenis racun, daya tahan mereka jelas berkali-kali lipat dari manusia biasa seperti dirinya. Naruto terdiam, masih memproses perkataan Sakura. "Tiga hari? Aku tidak sadarkan diri selama itu?"

Sakura mengangguk. "Tapi, tidak perlu khawatir tentang racun, aku sudah mengeluarkannya dari tubuhmu. Sungguh beruntung kau sadar lebih cepat dari perkiraanku," tuturnya penuh kelegaan. "Aku juga menyuruh koki istana mengganti peralatan makan dengan perak, itu akan memudahkanmu untuk menghindari makanan beracun." Imbuhnya.

Istri Keempat [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang