Kembar Berpelukan

3 0 0
                                    

PART 11

Suatu kami berjalan ...

kak Arya Aji itu pasti sedih banget

Mungkin saja, dia selalu saja mengusik kepikirannya, Dan sampai ke Ruang Perawatan.

'Bagus, Kamu tahu. Namaku yang sebenarnya ini siapa? Dulu dari kecil, kita sering bermain. Walaupun hanya seminggu saja, Kita sudah berpisah. Dengan orang tuamu yang baru, aku sedih sekali, dan tidak bersemangat karenamu.' gumam hati kak Arya Aji,

Menangis di depan kaca jendela yang besar,

Aku akan menurut prihatin, dengan kondisi saudara kembarnya. Semoga saja, kak Bagus Da segera sadar.

Seorang suster, datang menghampiri kami. Dan, beliau berkata,

"Permisi, Mas, Mbak. Kata Dokter, saat ini pasien, Sudah melewati masa kritisnya," kata suster Shanty,

"Saya mau nanya, yang namanya 'Aji Hoeruman' itu, siapa ya?"

"Alhamdulillah, " haru kami berdua,

"Hmm, iya, dengan saya sendiri. Ada apa ya, Sus?" lanjut kak Arya Aji,

"Soalnya, saat kami sedang memeriksanya. Tiba-tiba, Pasien yang memanggil anda. Apakah ada hubungannya, dengan pasien itu?"

"Iya, Sus. Saya dan Beliau itu, masih saudara kandung. Dan tetapinya, kami itu berpisah," jelas Kak Arya Aji,

"Ooh saya kira, teman anda ya. Turut prihatin ya, Mas, Mbak. Semoga Pasien itu bisa segera sadar," ramah Suster Shanty sambil berharap,

"Aamiin Ya Rabbal Alamin, " ucap aku dan kak Arya Aji,

"Kalau begitu, saya pamit dulu, permisi," kata Suster Shanty,

"Iya, Sus. Terima kasih. Ayo, Dek Liya." ucap kak Arya aji sambil ajakku.

Setelah masuk ke ruangnya, kak Arya aji dan aku itu pelan-pelan saja jalannya.

[Dag, dig, dug,]

Itulah kami deg-degan di depannya.

"Dek Liya, kamu saja duluan," bujuk kak Arya aji sambil bisikku,

"Ish, kak Arya mah. Hmm ... iya deh, kak! Liya coba."

Aku memegang tanganku, ke sebelah bahu kak Bagus Da.

Aduh, deg-degan saja ah!

Saat kami sudah datang, kak Bagus Da masih belum sadar total.

"Dek liya, sebenarnya, yang kak Arya nggak jawab tadi itu. Berarti kakak sendiri yang benar, Dek!" jelas kak Arya aji gugup,

"Hah?! Terus? Gimana mau cerita lagi, kak Arya?"

"Jadi, intinya. Bisikan dari kakak barusan itu, benar! Sama, kayak Jirayut barusan, Dek. Benaran deh! Percayalah sama Kakak,"

"Oh, pantesan. Kak Arya Aji itu, nggak mau di jawab." keluh aku sambil mengeleng-gelengkan kepala.

Eh, tiba-tiba, yang kata Suster Shanty itu benar!

Kak Bagus Da, terlirih kembali. "Aji Hoeruman, di mana kamu?" desis kak Bagus Da,

"Kak Bagus Da, ini Aku, Dek Liya, Temanmu." ucapku pelan-pelan,

Alhamdulillah, dia siuman dari masa kritisnya. Dan, dia mulai bangun dari pingsannya, teman-teman! Kak Bagus Da, membuka mata secara perlahan.

"Hmm ... kamu ya, Dek Liya. Kakak kira, Aji Hoeruman." keluh kak Bagus Da. dan sambil melihat

"Hmm maaf, sebelah itu. Siapa ya, Dek Liya? Kok di Kakak, merasa nggak asing deh,"

Kak Bagus Da sambil curiga padaku,

"Iya, Kak Bagus Da. Maaf ya, dan syukurlah, kalau kak Bagus Da itu sudah sadar." jawab aku senyum,

Kak Arya aji, menahan rasa sedihnya. dan Aku yang akan melanjutkannya,

"Kak Bagus Da, mohon maaf. Yang sebelahku itu, bukan orang lain. Tetapi, Apakah ini saudaramu yang engkau cari, Kak Bagus?" kata aku sambil menunjukkan ke kak Arya aji,

"Apa kalian berdua, saling kenal?"

"Iya, Bagus. Ingatkan, kita yang dulu ini?" sahut kak Arya aji sambil perlihatkan foto mereka,

Kak Bagus Da, mulai mengambil sebuah foto. masa Kak Bagus Da dan Kak Arya aji kecil itu.

Kak Bagus Da, mulai memikirkan kembali. Dan, ketika itu Mereka berdua saling menangis!

"Aji Hoeruman? Apa ini, Kamu kah?"

Kak Bagus Da sambil raih tangan kak Arya aji,

"Iya ... ini Aku, Den. Kamu juga, pasti Bagus Sampurno Aji, kan?"

"Iya, Mas. ini Aku." jawab kak Bagus Da haru.

Dan, mereka berduapun, saling berpeluk. Aku senang sambil tersenyum, melihat mereka telah bersatu kembali.

Mau tahu kelanjutannya, gimana? Besok! Pastinya, lebih seru! Sampai ketemu besok, teman-teman.

Ketemu Sang IdolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang