"Rumah sakit jauh! Jangan mati dulu!"
•••_•••
"Ayah besok pulang." Suara Aheng adalah yang pertama Rius dengar saat baru tiba di meja makan. Hari ini Aheng terlihat dengan pakaian santainya, kaus yang seharusnya putih--namun berubah menjadi agak kebiruan dengan beberapa sudut dengan warna biru yang lebih pekat--kelunturan warna dari pakaian lain, dan celana pendek selutut. Kacamata masih bertengger di matanya yang minus, terlihat baru saja meletakkan nasi saat Rius baru tiba.
"Kapan?"
"Besok."
"Besok lusa? Besok senin? Bulan besok? Tahun besok?"
"Bulan besok."
Rius mendengus. "Masih lama, ini baru tanggal tiga."
"Aba-aba, siapa tau kamu nanti di jewer Ayah pas pulang." Aheng terkekeh, beberapa waktu lalu si bungsu mendapat masalah di sekolah, dan sampai pada telinga Ayah.
"Kenapa?"
"Siapa yang kasih nomor Pak Usman buat ngaku-ngaku jadi orang tuamu?" Tau-tau Mama menyahut dari depan meja kompor, suara panas wajan yang beradu dengan sutil nyaring di atas kompor. "Kurang ajar itu namanya."
Rius nyengir dengan mulut penuh tahu goreng. "Ya namanya kepepet."
"Telen dulu!" Dari belakang, Ayu memperingatkan. Menjewer telinga adiknya, mengundang ringisan dari Rius.
Benar, minggu lalu Rius menjebol pintu kelas dengan polahnya. Entah apa yang dia lakukan dengan dua kawanya, Bayu dan Haga. Teman sekelasnya. Saat di mintai keterangan di ruang BK, dengan ringan kedua temanya menjawab bahwa kaki Rius terlalu lincah hingga mampu menjebol engsel pintu kelas sampai lepas. Katanya tak sengaja, tapi itu benar-benar membuat pusing kepala.
Begitu Pak Tono menanyakan nomor orang tua, (entah dapat darimana) Rius memberikan nomor Pak Usman, tukang ayam langganan Mama. Menimbulkan kemarahan guru tampan itu semakin membara hingga ketiganya dibuat ketar-ketir.
Berahirlah orang tua masing-masing dimintai waktu untuk datang mengunjungi sekolah guna mendengarkan cerita tentang kelakuan anak mereka. Rius sudah tau bahwa ia tidak akan aman saat tiba dirumah, dan benar saja, Ayah menelpon, berbicara panjang lebar, mengomel dengan bijaksana. Sementara Aheng sudah geregetan ingin menggigit telinga Rous yang tak pernah mendengarkan segala ocehanya.
"Ya jangan kasih tau Ayah, nanti aku di gemplang."
"Ayah udah tau yaa.."
"Pasti Mbak lebih-lebihkan waktu ngomong ke Ayah, iya kan?" Rius memekik, menatap Ayu penuh permusuhan.
"Mbak bilang kalau kamu di skors 2 hari plus ganti rugi."
"MBAK!" Rius memekik, Ayah tidak tau kalau rius sampai di skors, yang ayah tau Rius hanya membuat masalah. Tapi terlambat, ternyata Ayu sudah mengadu lebih dulu.
Ayu mana perduli dengan adiknya yang merajuk itu. Memang begitu keadaanya. "Juna nggak ikut sarapan?"
"Di bawain bekal aja. Anaknya nggak kesini." Ujar Mama, meletakkan tas bekal lengkap dengan tumblr berisi minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu Tentang Biru
Teen FictionTentangnya, dunianya dan semua cerita yang di dengarnya. Abu-abu yang bercerita tentang si biru. Si biru yang menjadi rumah, menjadi raga, menjadi suara, menjadi telinga, dan menjadi tiang yang sekuat baja. Ini Rius, dan semua tentang hidupnya. Ju...