8

23 4 1
                                    

Bunny?














***

"Hai, Huto." sapa pria itu dengan senyumannya.

  Melihat ke arah datangnya suara, Huto langsung terkejut.

"H-haai.." jawab Huto dengan gagap.

"Long time no see, my Bunny."

   Huto menelan ludahnya kasar, Huto berharap semua ini hanyalah mimpi yang akan segera berakhir. Namun sepertinya harapan itu takkan terwujud.

  Merasa ada yang aneh, Vio segera menarik tangan Huto pergi dari sana.

"M-mak-kasih Vio." ucap Huto kepada Vio.

"No problem, i feel something wrong with you guys."

"Can you tell me?." tanya Vio.

"Maybe, not now." jawab Huto.

  Max tersenyum sambil memandangi 'kelinci' nya. Entah apa yang ada dipikirannya. Mengingat masa lalu? atau memikirkan masa depan. Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Dan apapun yang dipikirkan pria itu, sudah pasti tidak disukai oleh Huto.

.
.
.
.
.

  Dion tersadar dari lamunannya setelah Luna meneriakinya dari kejauhan.

"WOYYY DIOONNN, KUMPULL OSIS WOYY."

  Dion berdecak karena dirinya sangat malas untuk mengikuti kegiatan OSIS yang membosankan. Palingan hanya membahas hal-hal tentang event dan sebagainya, kalau tidak ya paling hanya dibentak karena hal tak jelas.

"Lu udah bolos berkali-kali, huh." ucap Luna dengan napas terengah-engah.

"Hari ini latihan pertama calon anggota OSIS."

  Sial, Dion lupa bahwa hari ini adalah hari pelatihan. Tentu saja Dion tak ingin melewatkan kesempatan melihat para calon anggota osis baru itu tersiksa. Senyum langsung terukir diwajahnya. Membuat Luna keheranan, semenit lalu Dion seperti tak minat, tapi sekarang?.

"Ayok cepet, males banget gua kali si Zean udah ngomel." ucap Luna yang langsung menarik tangan Dion.

  Di halaman depan ruang osis kini sudah berbaris rapi para calon anggota osis. Mata Dion menyusuri satu persatu orang-orang disana. Willian. Dion menemukan William berbaris disana. Tanpa Dion sadari semburat merah muncul di mukanya, disertai senyum tulus yang juga muncul tanpa bisa Dion kendalikan. Perasaan aneh muncul dalam dirinya. Apa ini? Dion bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

  Luna yang menyadari ada sesuatu dengan temannya itu, menyusuri arah pandang Dion dan menemukan pria tinggi dengan badan tinggi dan cukup kekar yang memiliki wajah tampan. Sepertinya Luna menemukan Ship¹ baru yang siap berlayar setelah Kenan Huto.

"Oke, baiklah."

"Siang semua, mari kita mulai pelatihan kita hari ini." ucap Zean Bachary dengan aura berwibawa yang terpancar dari dirinya.
.
.
.
.
.
.

  Kenapa? Kenapa harus disini, mengapa dia harus mengikuti ku kemana pun aku pergi. Pikiran Huto beradu di kepalanya. Huto sudah tak peduli dengan pelajaran hari ini, dia sibuk memikirkan jawaban dari pertanyaannya sendiri.

  Sesekali Huto melirik ke arah Max, tapi disaat yang sama Max juga selalu terlihat memandangi Huto dengan senyumannya. Orang itu selalu membuat Huto bergidik ngeri setiap melihatnya. Membuat Huto mengingat kejadian itu.

  Bel yang ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Para murid keluar dari kelas membawa tas mereka. Bel pulang menjadi penyelamat bagi Huto, dari situasi ini.

Aphrodite. [Fin?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang