PLAK!
"GUA BUKAN IBU LO! GAK SUDI GUA! GUA GAK PERNAH MAU NGELAHIRIN ANAK KAYAK LO!" Terdengar suara tamparan dari ruang keluarga yang sepi itu.
Terlihat Zumi yang sedang menangis memegang pipi kanannya yang sakit.
Saat itu, Zumi masih berumur enam tahun.
"S-sakit" Zumi meringis kesakitan.
"Huhh, bikin emosi aja lo! Kenapa sih nenek kesayangan lo tuh mati? Bikin repot aja" Terlihat wanita yang dipanggil Ibu oleh Zumi itu menjambak rambutnya sendiri.
Wanita itu pergi meninggalkan Zumi sendirian di ruang keluarga.
Lenggang.
Zumi menghapus air matanya dengan kasar menggunakan punggung tangannya. Dia beranjak pergi menuju ke kamarnya.
***
Kini, Zumi yang berumur enam belas tahun itu sedang berlari menuju sekolahnya.
Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 07:00, lima belas menit lagi masuk sekolah.
Melewati tanjakan, jalan yang rusak. Membuatnya kesusahan untuk berlari. Jam sudah menunjuk pukul 07:10, lima menit lagi masuk sekolah.
Zumi telah sampai di gerbang sekolah. Tapi, gerbang itu sudah ditutup. Segera dia berlari ke arah belakang sekolah dan memanjat pagar itu. Sepi, tidak ada orang di area belakang sekolah itu. Kesempatan bagi Zumi untuk segera berlari menuju ke kedalam sekolah.
Di lapangan, terlihat siswa yang satu angkatan nya sudah berbaris rapi menunggu upacara yang segera dimulai. Zumi segera berbaris rapi dibelakang siswa-siswi lain.
"Puhh, masih sempat" Zumi ber-puhh pelan.
Tidak berselang lama, upacara telah dimulai.
***
Setelah upacara, siswa-siswi yang lain balik ke kelasnya masing-masing. Zumi juga sama, dia berjalan ke kelasnya yang berada di X IPS 2.
Sesampainya di kelas, Zumi menuju ke tempat duduknya. Tempat duduknya berada di belakang kali dekat jendela.
Zumi mengambil handphone dan earphones nya dari dalam saku. Dia membuka lagu favorite nya yaitu Kokoronashi.
Seperti biasa, setelah menyetel lagu. Waktunya melakukan ritual di pagi hari. Yaitu, tidur.
Tidak berselang berapa lama, guru mapel sudah datang. Jam pertama hari ini adalah mapel matematika, mapel yang paling dibencinya. Selain membenci mapel nya, dia juga kesal dengan guru yang mengajar nya.
"ZUMIIII!!!" Terdengar suara melengking dari Bu Eni--guru matematika.
Zumi yang kaget segera terbangun dari tidurnya.
"Kenapa, Bu?" Zumi memasang muka polos, seakan-akan tidak tahu apa-apa.
"Main nanya lagi, kenapa kamu tidur dikelas saya!?" Bu Eni terlihat marah.
"Hoaaammm, yaelah Bu, tidur doang kok gak boleh?" Zumi menutup mulut nya.
"Kamu ini jadi cewek pemalas banget, udah lah pemalas, suka bikin masalah lagi." Bu Eni menjewer kuping Zumi.
"Aduh duh, Bu. Lepas." Zumi mencoba melepaskan tangan Bu Eni dari kupingnya.
"Datang ke ruang BK setelah pulang sekolah!" Bu Eni kembali mengajar.
Lima belas menit berlalu akhirnya istirahat. Zumi tetap tidak pergi dari tempat duduknya, dia masih terlelap dalam tidurnya.
"Hei cupu, beliin gua roti dong." Terdengar suara berisik di dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSTACLE
Teen FictionZumi adalah anak perempuan yang berbeda dari anak perempuan di sekolahnya. Dia selalu sendiri, tidak punya teman. Baginya, tidak ada tempat untuk pulang. Rumah yang menjadi tempat istirahat adalah neraka baginya. Dia tidak pernah peduli apa yang dik...