"Gua dengar dari orang-orang, Fauzan ulang tahun besok" Ucap Kazu.
"Beneran nih?" Bisik Zumi agar tidak terdengar orang lain.
"Entah. Gua cuma denger dari orang-orang" Kazu menaikkan bahunya sedikit.
"Coba gua tanya fangirl nya, ah" Zumi berangkat dari duduk nya dan pergi ke depan.
"Permisi, fangirl Fauzan 'kan?" Zumi bertanya ke anak perempuan itu.
"Iya, kenapa ya? Ada urusan sama lo?" Perempuan itu melihat Zumi dengan tatapan sinis.
"Gua udah baik-baik, malah diginiin" Ucap Zumi dalam hati.
"Gua ngomong baik-baik, coba tatapan lo tuh biasa aja, ngajak berantem lo?" Ceplos Zumi.
"Cepetan, lo mau ngomong apa sama gua? Gua mau live di Instagram nih" Perempuan itu masih melihat Zumi dengan tatapan yang sama.
"Besok Fauzan ulang tahun ya?" Zumi langsung bertanya ke intinya.
"Iya, kenapa? Lo mau caper ya?" Perempuan itu mengalihkan pandangan dari Zumi dan melihat ke layar handphone.
"Gua tonjok boleh gak ya? Gak punya sopan santun banget. Padahal gua cuma nanya" Zumi marah-marah dalam hati.
"Oke, makasih" Zumi pergi dari tempat duduk perempuan itu.
"Gimana?" Kazu melihat Zumi dari gerak-geriknya pun langsung tau apa yang terjadi hanya diam saja.
"Iya, katanya besok dia ulang tahun. Kasih kejutan yok" Zumi duduk di bangku nya sambil tersenyum.
Kazu hanya mengangguk pelan. Dia menyuruh Zumi mendekat, lalu membisikkan sesuatu.
"Bagus bagus, gua setuju" Zumi mengacungkan jempol saat mendengarnya.
****
Saat pulang sekolah, Fauzan sedang berjalan menuju kelas X IPS 2. Dari kejauhan dia melihat ramai orang yang sedang melihat dari pintu dan jendela.
"Maaf, ini ada apa ya?" Fauzan bertanya ke seseorang.
"Ada orang berantem" Orang itu menjawab sambil melihat ke dalam kelas.
Fauzan yang mendengarnya langsung bertanya-tanya, siapa yang berantem?
"Permisi permisi" Fauzan menyelip ke orang-orang yang ada di depan pintu.
Buk!
Baru saja masuk ke dalam kelasnya. Fauzan langsung terkejut dengan siapa yang berkelahi.
"Zumi? Kazu?" Mata Fauzan terbelalak melihatnya.
Saat Kazu ingin meninju wajah Zumi. Fauzan segera berlari ke tengah-tengah mereka.
"Berhenti!"
Buk!
Alhasil wajah Fauzan yang terkena. Darah segar mengalir dari pinggir bibirnya. Dia menghapus darah yang ada di bibirnya menggunakan tangannya.
"Pergi, sialan." Kazu mendorong tubuh Fauzan agar menjauh.
"Kalian kenapa!?" Fauzan malah mendekati mereka lagi.
Dia menengahi Zumi dan Kazu.
Tiba-tiba Pak Revan--guru BK, datang untuk memisahkan Zumi dan Kazu.
"Berhenti kalian! Kalian ini ya! Selalu saja buat masalah, bapak bingung harus berbuat apa lagi buat kalian, terutama Zumi!" Pak Revan berkata dengan nada tinggi.
"Zumi! Kamu mau bapak keluarkan dari sekolah, hah!? Kamu ini gak pernah dengerin kata guru!" Tangan kanan Pak Revan menjewer telinga Zumi. Pandangan Pak Revan beralih ke Kazu.
"Ini juga, bapak gak pernah melihat kamu berbuat masalah. Bahkan, bapak gak tau nama kamu. Kenapa sekarang malah berantem gini?" Tangan kiri Pak Revan juga menjewer telinga Kazu.
Kazu dan Zumi hanya diam, tidak merespon.
"Karena kalian membuat masalah, kalian boleh ngambil kue nya sekarang." Ucap Pak Revan sambil menyunggingkan senyuman.
Para murid yang menonton kejadian tersebut kebingungan dengan perkataan Pak Revan. Begitu pula dengan Fauzan, dia lebih bingung nya lagi.
Pandangan Fauzan tertuju pada Pak Revan sekarang. Tanpa dia sadari, bahwa di sampingnya sudah ada Zumi yang membawa kue.
"Happy Birthday, Fauzan!!!" Zumi berkata dengan antusias, disusul bunyi trompet lidah yang ditiup oleh Kazu.
Fauzan terlihat sedikit terkejut dengan semua ini.
"Ini semua cuman prank?" Pandangan Fauzan beralih dari Zumi ke Kazu.
"Iya dong! Gimana? Akting kami bagus, 'kan?" Senyuman lebar terukir di bibir Zumi.
Suara bunyi trompet lidah terus berbunyi karena Kazu terus meniup nya. Walaupun begitu, wajah Kazu terlihat tidak ada kebahagiaan sama sekali, tetap datar seperti triplek.
Air mata kebahagiaan menetes perlahan dari kedua mata Fauzan.
"Cieee.. Terharu ya?" Goda Zumi main-main.
"Cengeng lo." Timpal Kazu.
"Happy Birthday, Fauzan. Bapak harap kamu jadi anak yang semakin baik, selalu dengerin kata orang tua. Jangan ikut jadi nakal kayak dua temen kamu." Pak Revan angkat bicara. Dia salah satu pelaku prank.
"Iya, pak.."
"HAPPY BIRTHDAY, FAUZAN!!!" Para murid perempuan yang masih ada di sana, ikut mengucapkan hari ulang tahunnya.
Mata Fauzan berbinar bahagia. Dia memang sering diberi hadiah oleh fans nya saat dia ulang tahun. Namun, ulang tahun kali ini, dia merasa lebih spesial, karena perempuan yang dia sukai juga ikut merayakannya, tidak lain adalah Zumi.
"Makasih semua!" Terukir senyuman lebar di bibir Fauzan. Dia sangat bahagia.
***
Suara ketukan jam dinding terdengar jelas di ruangan sepi.
"Kazu!" Terdengar suara berat milik seorang pria dewasa.
Kazu yang mendengar panggilan itu segera menghampiri pria yang dia panggil dengan sebutan 'Papa'.
"Kenapa, pa?" Kazu menjawab.
"Kamu jaga rumah. Papa ada urusan diluar kota, mungkin pulang sebulan lagi. Uang sudah Papa transfer ke rekening kamu, kalau mau uang cash, ada di laci meja di kamar Papa." Jelas Papa nya.
"Oke. Hati-hati." Kazu hanya memberikan jawaban singkat.
Setelah berbicara dengan Papanya, dia segera kembali masuk ke kamarnya. Dia melanjutkan bermain handphone.
Tidak lama kemudian, Kazu beranjak dari duduk. Dia mengambil jaket kulitnya dan memakai jaket tersebut.
Dia berjalan melangkah keluar dari kamarnya. Saat ini Kazu merasa bosan di rumah dan memutuskan untuk keluar rumah tanpa arah tujuan.
○●○
"Mau kemana, ya?," batin Kazu. Saat ini dia sedang menaiki skateboard di jalanan yang sepi, pada siang hari.
Ting!
Bunyi notifikasi ponsel miliknya. Dia segera melihat notifikasi tersebut.
Itu adalah pesan dari Fauzan
Kazu tidak menjawab pesan itu. Dia segera pergi kerumah Fauzan.To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSTACLE
Teen FictionZumi adalah anak perempuan yang berbeda dari anak perempuan di sekolahnya. Dia selalu sendiri, tidak punya teman. Baginya, tidak ada tempat untuk pulang. Rumah yang menjadi tempat istirahat adalah neraka baginya. Dia tidak pernah peduli apa yang dik...