"Suit!"
"Suit!"
"Haha! Kalah lo!" Suara tawa menggelegar di dalam kelas.
"Curang lo, mainnya nunggu!" Jawab orang yang kalah itu.
"Alah, kalo kalah ya kalah! Jangan nggak terima lo, cupu!" Tawa itu terdengar sekali lagi.
Tidak lain dan tidak bukan adalah Zumi dan Fauzan yang sedang bermain batu, kertas, gunting, sedangkan Kazu hanya melihat mereka bermain.
"Eh, Kazu. Ikut main lah." Zumi melihat ke Kazu.
"Jangan diajak, dia tu cupu. Mana berani ngelawan gua," Fauzan menyeringai.
Kazu menatap Fauzan dengan tatapan mematikan. Dia mendekat ke Zumi dan Fauzan, lalu dia ikut bermain juga.
"Mau main lo? Gua kira lo takut" Fauzan mengejek Kazu.
"Mau mati?" Balas Kazu.
Mereka saling tatap dengan mata sinis. Sampai pada akhirnya tiba-tiba ada seorang anak perempuan berteriak dari depan pintu.
"KAZU!!" Anak perempuan itu tidak lain adalah Ancia, dia berlari ke arah Kazu dan ingin memeluk Kazu yang sedang duduk.
Kazu berangkat dari duduk nya yang membuat Ancia jatuh tersungkur. Anak-anak di kelas yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Ancia yang tersungkur dibantu oleh Fauzan untuk duduk.
"Lo nggak apa-apa? Ada yang luka?" Tanya Fauzan ke Ancia.
Dia tidak membalas apa-apa. Saat Fauzan melihat wajahnya, dia sedang menangis.
"Eh? Jangan nangis," Fauzan memegang wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
"Kazu! Lo keterlaluan, liat dia nangis!" Fauzan melihat ke arah Kazu.
"Kok bisa lo nyakitin cewek? Cewek tuh nggak seharusnya di sakitin!" Fauzan melihat Kazu dengan tatapan marah.
"Kenapa gua? Dia yang datang tiba-tiba mau meluk. Gua juga nggak kenal dia siapa," Kazu menjawab dengan nada malas.
Fauzan berdiri dan berjalan ke arah Kazu. Fauzan meremas kerah seragam sekolah Kazu.
"Minta maaf sekarang, lo nggak merasa bersalah sama sekali?" Fauzan terlihat marah sekali.
Dengan mudahnya, Kazu melepas genggaman tangan Fauzan yang ada di kerahnya, yang membuat Fauzan sedikit terhempas. Wajah Kazu tetap seperti itu, tidak ada emosi. Tetapi, dengan melihat tatapan matanya, dia terlihat marah.
"Udah woy!" Zumi menengahi. Sedangkan anak-anak lain sedang menonton dan merekam mereka.
Kazu yang tidak mendengar berjalan mendekati Fauzan. Dan Fauzan pun sama dia mendekat ke Kazu. Saat mereka saling melemparkan tinjuan, Zumi menangkap tinjuan tersebut. Kazu dan Fauzan melihatnya. Zumi yang sudah kesal dengan kelakuan mereka pun meninju wajah mereka.
Buk!
Buk!
"Udah, puas lo berdua? Masih mau berantem? Masih mau? Lawan gua aja, ayok!" Zumi menantang mereka berdua.
"Cuma karena cewek, lo mau nyakitin temen lo, Zan?," Zumi melihat ke Fauzan.
"Lo juga Kazu. Coba jelasin baik-baik dulu. Kalo Fauzan nggak terima, baru pukul dia," Zumi melempar tatapannya ke Kazu.
"Buat lo, Ancia. Lo punya sopan santun, 'kan? Sopan kah tiba-tiba mau meluk orang? Bisa jadi orangnya nggak mau kan?" Zumi sekarang melihat ke Ancia.
"Itu, yang ngerekam. Matiin hp kalian! Bawa Ancia ke UKS sana, mukanya lecet." Zumi menyuruh mereka. Dengan segera mereka membawa Ancia ke UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSTACLE
Teen FictionZumi adalah anak perempuan yang berbeda dari anak perempuan di sekolahnya. Dia selalu sendiri, tidak punya teman. Baginya, tidak ada tempat untuk pulang. Rumah yang menjadi tempat istirahat adalah neraka baginya. Dia tidak pernah peduli apa yang dik...