CKLEK, suara pintu rumah terbuka.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Terlihat Zumi yang baru pulang.
"Capek banget." Keluh Zumi. Dia langsung berjalan menuju ke dalam kamarnya.
BRUK, tubuh Zumi rebah di atas kasurnya.
"Berangkat Zumi, jangan males. Masih banyak PR sekolah yang belum dikerjain." Batinnya. Zumi duduk di kasurnya, dengan tangan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing.
"Yaudah deh, gak usah dikerjain. Capek gua, mending tidur," Zumi merebahkan tubuhnya lagi. Sekejap, dia sudah berada didalam mimpinya.
"Zumi! Udah pulang lo? Gua kira lo gak pulang-pulang lagi!" Terdengar teriakan dari wanita yang dipanggil 'Ibu' oleh Zumi.
Dia sadar semua yang dikatakan oleh ibunya. Namun, dia memilih tidak menghiraukan perkataan Ibunya.
15 menit kemudian..
Tidak terdengar lagi suara dari wanita itu. Mungkin dia sudah pergi keluar. Zumi pun melanjutkan tidurnya.
***
Suara langkah kaki yang berirama terdengar di koridor sekolah. Seorang laki-laki berjalan menuju kelas X IPS 2. Di setiap langkah, laki-laki itu selalu disapa oleh anak perempuan. Anak laki-laki itu tidak lain adalah Fauzan.
Fauzan terkenal di sekolah karena dia ketua club basket sekaligus ketos. Terlebih dengan wajah yang tampan membuat hati para kaum hawa meleleh, tapi tidak untuk Zumi.
Sekarang Fauzan sudah ada di depan kelas X IPS 2. Dia segera masuk dan mencari keberadaan Zumi. Namun, Zumi tidak terlihat sama sekali. Fauzan pun bertanya ke siswi seberang meja Zumi.
"Permisi, Zumi belum dateng ya?," Fauzan tersenyum ramah.
"Eh, Fauzan. Zumi kayaknya belum dateng deh, coba tanyain ke laki-laki di depan bangku Zumi," siswi yang ditanya itu terlihat salting.
"Oke, makasih." Fauzan tersenyum lalu pergi ke tempat dimana Kazu berada.
"Punten bang. Mau nanya, Zumi mana ya? Kok belum keliatan?" tata bahasa Fauzan berubah.
Kazu menoleh ke Fauzan. Lalu menjawab singkat.
"Gak masuk." Kazu kembali melihat layar handphone nya.
"Kenapa gak masuk? Sakit? Atau apa?. Aduhh, kalo sakit gimana? Lo tau rumahnya? Tolong kasih tau dong, gua mau jenguk dia." Wajah Fauzan berubah drastis.
"Dia gak sakit, cuman males." Kazu menjawab tanpa melihat Fauzan.
"Syukurlah, gak terjadi apa-apa." Fauzan mengelus dadanya.
"Sana lo, berisik." Usir Kazu.
"Iyaaa" Fauzan melangkah pergi meninggalkan kelas X IPS 2 itu.
***
Kini Zumi terbaring lemah di kasurnya. Dia demam tinggi 39°C. Tidak ada yang peduli dengannya.
Zumi akhirnya memutuskan untuk tidur. Dia harus sehat hari ini. Kalau tidak dia harus makan apa kalau tidak kerja? Ibunya tidak peduli sama sekali dengannya. Bahkan, Zumi saja tidak tau dia selalu pergi kemana.
***
"Zumi?," absen guru mata pelajaran.
"Gak masuk ya? Ada yang tau kenapa dia gak masuk?," guru itu melihat ke semua siswa di dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSTACLE
Teen FictionZumi adalah anak perempuan yang berbeda dari anak perempuan di sekolahnya. Dia selalu sendiri, tidak punya teman. Baginya, tidak ada tempat untuk pulang. Rumah yang menjadi tempat istirahat adalah neraka baginya. Dia tidak pernah peduli apa yang dik...